My Bad Boy Part 2

Kuedarkan pandanganku menatap hamparan rerumputan hijau. Udara disini begitu berbeda. Begitu segar dan nyaman.

Kuambil kamera yang sedari tadi menggantung di leherku. Kubidik beberapa single yang menurutku menarik.

Ya, fotografi adalah hobiku. Dan suatu saat nanti aku ingin menjadi fotografer handal. Tak peduli jika Tuan Choi Kiho tak menyukainya. Ia hanya peduli diriku untuk mengurus perusahaannya.

Tapi aku tak mau. Aku bukan boneka mainannya. Aku bukan robot yang dengan mudah menuruti kemauannya.

Lagipula siapa dia hingga berhak mengaturku? Appa? He’s not. Dia Cuma penyandang dana terbesar hidupku.

Terus kubidik kameraku. Hingga akhirnya aku menemukan sosok itu.

Gadis bodoh itu.

Aish, kenapa dimana-mana harus ada dia si? Dan apa yang ia lakukan disini? Menguntitku lagi?

Tapi sepertinya tidak. Ia bukan sedang menguntitku, tapi tengah bermain dengan anak-anak itu. cih, sudah besar tapi masih main dengan anak kecil. Pantas saja sifatnya seperti anak-anak.

***

“Siwon-ssi!” panggil seseorang sambil mengguncang bahuku. Membuatku terbangun dari tidur siangku. Aku menggeliat pelan untuk melihat siapa yang telah berani membangunkanku.

Gadis bodoh itu lagi.

“Wae?” ucapku dingin. Dia terlihat menelan ludahnya karena menerima tatapan dinginku.

“Aehm.. jam istirahat sudah berakhir Siwon-ssi. Sebaiknya kau kembali ke kelas.”

“Hya! Kau pikir kau siapa? Mengganggu tidurku saja”

“Tapi Siwon-ssi..”

“Hya! Aku tidak peduli. Bel sudah berbunyi kek aku tak peduli. Aku mau tidur. Kau pergilah atau kau akan telat masuk kelas!” ancamku. Ia terlihat ragu kemudian mengangguk. Ia mulai melangkah pergi tapi kemudian berbalik.

Mau apa lagi dia?

“Ehm.. kau belum makan siang kan? Ini aku bawakan bekal untukmu” ucapnya kemudian meletakkan bekal itu di meja. Dan ia segera ke kelas.

Cih! Ah tapi aku lapar. Tak ada salahnya aku makan bekal darinya. Semoga saja ia tidak menaruh racun di makanan ini.

“Hey Won-ah kau membolos lagi di pelajaran Kang Songsaeng?” ucap Eunhyuk menghampiriku. Aku hanya menganggukan kepalaku karena mulutku tengah mengunyah makanan. Aku memang sering membolos di pelajaran Kang songsaeng. Karena menurutku sangat membosankan pelajarannya. Membahas sejarah Korea yang sungguh sangat tidak menyenangkan.

“Woah, apa itu? Aneh sekali kau bawa bekal?” tanyanya sambil mencomot bekal ini.

“Buat apa aku repot-repot bawa bekal?”

“Terus ini?”

“Gadis bodoh itu yang memberikannya untukku”

“Gadis Bodoh?” aku mengangguk. “Hey, dia punya nama Won-ah” ralat Hyuk.

“Sejak kapan aku peduli dengan nama orang? “

“Aish kau ini. Setidaknya kau hargai dia yang sudah repot membuatkanmu bekal.”

“Aku tak peduli. Yang penting perutku kenyang. Dan, hey! Sejak kapan kau peduli dengan gadis itu?”

“Bukan peduli. Aku hanya kasian padanya. Bagaimana bisa ia menyukai namja keras kepala sepertimu.”

“Masa bodoh!” ujarku dingin. Kulanjutkan menguyah makananku.

“Yoon Hye?” Eunhyuk bergumam sesuatu. Ia melihat kearah lapangan. Apa yang ia lihat? Dan apa yang ia gumamkan?

“Hya! Apa yang kau lihat?” tanyaku tak mengerti sambil mengikuti arah pandangannya. Tapi apa yang dilihatnya?

“Bidadariku Won-ah. Pujaan hatiku”

HOEKKKK

Aku serasa ingin muntah mendengarnya. Sejak kapan si preman Hyuk ini jadi sok melankolis begini.

“Aku harus melihatnya!” ujarnya.

“Aish kenapa kau jadi ketularan gadis bodoh itu si? Seenaknya saja menguntit orang” protesku. Ia hanya memamerkan senyum anehnya. Kemudian melenggang pergi.

Dasar monyet bodoh!

Drtdrdtdrt

Kuangkat ponselku yang bergetar. “Yoboseyo” ucapku malas.

“Yoboseyo Siwon-ssi, ini Manager Kim.”

“Ah ne. waeyo?”

“Apa kau ada waktu sepulang sekolah? Saya ingin menyampaikan beberapa pesan dari Choi sajangnim.”

“Ne” ucapku singkat kemudian menutup telepon. Manager Kim adalah orang kepercayaan Choi sajangnim. Dialah anak buah Choi sajangnim yang ditugaskan untuk mengawasiku. Bahkan aku lebih sering berinteraksi dengannya daripada dengan Choi sajangnim yang notabene ‘ayahku’ sendiri.

***

Manager Kim memberikan sebuah brosur. Aku hanya mengernyit singkat kemudian membuka isi brosur itu.

Harvard Business School???

“Sebentar lagi ujian akhir Siwon-ssi, jadi Choi sajangnim sudah merencanakan universitas terbaik bagi Siwon-ssi,”

Aku mendengus kesal. Aku bahkan belum memikirkan akan meneruskan kemana setelah lulus. Bahkan aku hampir lupa kalau aku akan ujian akhir.

Tapi satu hal yang pasti aku TIDAK AKAN ke sekolah bisnis. Lalu meneruskan bisnisnya? Menjadi bonekanya?

TIDAK

Sudah cukup selama ini ia mengatur dan mengendalikan hidupku. Aku sekolah dimana, aku melakukan apa, semuanya ia sudah atur. Sebenarnya yang punya hidupku ini siapa? Aku atau dia?

“Lupakan saja! Aku tidak akan kesana”

“Tapi Siwon-ssi, Choi sajangnim sangat mengharapkanmu. Kau satu-satunya ahli waris dari Choi corp, jadi sudah sepantasnya Anda belajar bisnis dari sekarang.”

Aku menatapnya tajam. “Shireo! Aku tidak suka bisnis. Katakan pada Choi sajangnim aku tidak akan sekolah bisnis.” Ucapku tegas. Bersiap meninggalkannya.

“Keundae, kalau boleh saya tau, apa yang kau inginkan Siwon-ssi?”

“Bukan urusanmu” ujarku singkat sebelum akhirnya aku benar-benar menjauh dari jangkauan Manager Kim.

Aku memang tak pernah peduli dengan ‘harapan’ Choi sajangnim. Untuk apa aku peduli? Untuk apa aku peduli terhadap orang yang bahkan tak pernah kutahu wujudnya. Cih!

***

Ujian akhir tinggal hitungan minggu lagi. Semua murid Neul Paran tengah sibuk mempersiapkan untuk ujian. Tapi ada 3 orang yang tak begitu ambil pusing masalah ini. Aku, Yesung dan Eunhyuk.

Baru saja, kepala sekolah memberikan wejangan yang menurutku sangat basi. Mengingatkan kami tentang ujian akhir? Tentu saja kami tahu. Tidak perlu diingatkan juga kami sudah tau kapan harus ujian akhir.

Lalu menyuruh untuk giat belajar?? Semua orang juga tahu. Tak bisakah ia memberi wejangan lain? misalnya saja agar tetap menjaga kesehatan? Agar tidak stress. Jangan bisanya Cuma menambah ketakutan akan ujian saja yang dilakukan.

“Siwon-ssi!” ucap sebuah suara yang familiar. Gadis penguntit itu. terlalu sering mendengar suaranya yang sok lembut membuatku dengan sangat terpaksa hapal dengan suaranya. Menyebalkan.

“Waeyo?” ucapku dingin.

“Aish, Won-ah! Kasar sekali kau. Annyeong Shilla-ya!” ujar Yesung sok lembut. Dasar playboy kelas teri.

“Annyeong Yesung Op..pa” balasnya.

Oppa? Haha, pasti Yesung memaksanya untuk memanggil Oppa.

“Annyeong Shilla-ya. Kau sendirian saja?” kini giliran Eunhyuk yang bicara sok manis. Sejak kapan Eunhyuk jadi seperti Yesung? Sejak kapan ia ikut-ikutan playboy?

“Annyeong Eunhyuk-ssi..”

“Aish, kau tidak adil Shilla-ya” manyun Eunhyuk. Si gadis bodoh itu hanya mengerutkan keningnya tanda tak mengerti.

“Masa kau memanggil Yesung dengan sebutan Oppa dengan aku tidak?”

“Eh?”

“Panggil aku Oppa. Eunhyuk Oppa. Araseo?”

Dasar monyet aneh. Ada-ada saja. Pasti ada maksud lain dibalik sikapnya ini. Tapi apa?

Gadis penguntit itu hanya menganggukkan kepalanya ragu.

“Hehe begitu kan terasa lebih akrab. Dan karena kita sudah akrab sudah sepantasnya aku berteman denganmu. Termasuk berteman dengan teman-temanmu.” Eunhyuk menampakkan senyum terselubung. Aku tahu ada maksud lain di otak anak itu.

“Maksud.. Op..oppa?”

“Kenalkan aku pada Yoon Hye. Kau sekelas dengannya kan?”

BINGO!! Dasar monyet licik. Jadi dia hanya ingin berkenalan dengan teman gadis bodoh itu. hahaha.

“Hya, Hyuk-ah. Apa-apaan kau ini? Seenaknya saja memanfaatkan Shilla.” Protes Yesung.

“Aish, aku tidak memanfaatkannya kok.”

“Shilla-ya jangan didengarkan perkataan monyet bau ini.” Pinta Yesung. Gadis bodoh itu hanya mengangguk lagi.

“Ah iya, ada urusan apa kau kemari Shilla-ya?” intonasi Yesung berubah 180 derajat. Menjadi jauh lebih lembut sekarang. Seolah tengah merayu.

Hah, kenapa aku harus punya teman seperti mereka berdua? Yang satu playboy kelas teri, yang satu lagi tidak punya otak. Sial!

“Aku… aku.. hanya ingin memberikan sesuatu untuk Siwon-ssi.” Aku menolehkan kepalaku menatapnya.

Sesuatu untukku? Apalagi yang akan ia berikan? Makan siang lagi? Atau bahkan coklat lagi? Atau sesuatu yang bisa membuatku jijik?

Ia merogoh tas sekolahnya. Kemudian mengeluarkan sebuah buku dari dalam tas nya.

“Ini!” ucapnya sambil menyodorkan buku itu untukku. Aku hanya mengernyitkan dahiku tak mengerti.

“Ehm, sebentar lagi kan ujian nasional. Jadi aku sudah menyiapkan catatan ini untukmu. Semoga ini bisa membantumu belajar.”

Aku menatapnya tak percaya. Dia meremehkanku?

Kutampik kasar buku itu hingga terlempar ke lantai. Aku kemudian menatapnya garang.

“Kau pikir aku bodoh, huh?”

“Eh?”

“Kau meremehkanku? Kau pikir aku begitu bodoh hingga tak akan mampu melewati ujian? Begitu?”

“A..aniyo”

“Cih! Lalu apa maksudmu memberikan catatanmu? Apa lagi kalau bukan menganggapku bodoh?”

“A..ani… aku”

“Ambil saja bukumu itu. aku tidak butuh. Kau lihat saja aku akan lulus TANPA bantuanmu” sangarku.

Menyebalkan sekali gadis bodoh ini. Oke, aku memang bad boy. Tapi bukan berarti aku bodoh.

Aku memang tak pernah mencatat. Tapi bukan berarti aku bodoh kan? Dasar gadis bodoh menyebalkan.

“Won-ah! Kau ini kenapa? Maksud Shilla kan baik. Hargai sedikit lah usahanya.” Bela Yesung. Aish kenapa Yesung jadi membela gadis bodoh itu?

“Aku tidak peduli!” ujarku dingin.

“Siwon-ssi,.. mianhae… aku tidak bermaksud untuk….”

“Sudahlah. Sebaiknya kau pergi. Aku muak melihatmu”

“Mianhae..”

Aku tak menggubrisnya. Aku terlanjur naik darah. Seenaknya saja merendahkanku.

Dia memungut catatannya yang kubuang tadi. Kemudian berbalik menatapku. Dan apa itu? aish, kenapa harus bertampang seperti itu dia? Kenapa harus berkaca-kaca?

Kau pikir dengan ekspresi seperti itu kau akan membuatku luluh? TIDAK

“Hwaiting untuk ujian nanti Siwon-ssi!” ucapnya sebelum pergi. Aku tidak memandangnya. Malah asik mengutak-atik HP ku. Entahlah, aku hanya malas melihat gadis itu.

“Kau keterlaluan Won-ah!” sungut Yesung. Ia kemudian menyusul Gadis itu. aku hanya bersikap masa bodoh.

Lagipula siapa yang peduli? Aish, jinja!

 

 

To be continued..

Sesuai janji saya, weekend saya publish ni ff berhubung UTS saya sudah berakhir…haha

Tapi sepertinya part ini aneh ya??.. bikinnya ngebut soalnya.. haha…