You Ruin My Life Part 5

Aku hanya bisa menanti di depan ruang UGD dengan was-was. Sesekali kugigit jari kukuku karena takut. Takut kalau sesuatu yang buruk akan terjadi.

Pintu UGD kemudian terbuka. Dokter Kim menghampiriku.

“Eoteokae songsaeng? Shilla baik-baik saja kan?” tanyaku padanya. Dokter Kim menggelengkan kepalanya. Ada apa ini?

“Mianhae Siwon-ssi. Tapi saya harus mengatakan ini. Janin Shilla-ssi harus digugurkan.”

“MWO?”

“Ne. Janinnya tidak akan bertahan Siwon-ssi. Kondisinya sangat lemah.”

“Keundae, saya tidak bisa menyetujuinya songsaeng. Bagaimana mungkin saya tega membunuh anak saya sendiri?”

“Kita tidak punya pilihan lain Siwon-ssi. Janinnya tidak akan bertahan. Kalaupun janinnya bertahan saya khawatir bayi Anda akan lahir premature. Dan kemungkinan terburuk adalah ada salah satu yang dikorbankan”

“Maksud songsaeng?”

“Kalaupun Siwon-ssi tetap ingin mempertahankan janin itu saya tidak bisa melakukan apapun. Kondisi janin Siwon-ssi yang sangat lemah saya khawatirkan akan membuat dampak buruk. Shilla-ssi mungkin akan sangat berat menjalani kehamilannya. Selain itu… saya tidak bisa menjamin keselamatan penuh untuk Shilla-ssi saat melahirkan nanti. Kemungkinan Shilla-ssi tidak bertahan akan sangat besar. Kami tidak bisa mengambil resiko itu Siwon-ssi” jelas Dokter Kim panjang lebar.

“Maksud songsaeng.. ada kemungkinan Shilla bisa meninggal saat melahirkan? Begitu?” tanyaku was-was.

“Mianhae. tapi kemungkinan itu besar terjadi Siwon-ssi. Anda harus memutuskan mana yang terbaik”

Aku terhenyak. Jadi aku harus memilih sekarang? Memilih antara Shilla atau bayi kami?

Kalau aku menyetujui untuk menggugurkan janin itu Shilla pasti akan sangat sedih. Dia akan semakin terpuruk. Tapi kalau aku tetap mempertahankannya, aku tidak bisa mengambil resiko untuk kehilangan Shilla. Tidak akan. Aku tak ingin kehilangannya.

“Keundae, jika anak kami digugurkan Shilla akan baik-baik saja kan?”

“Ne! kami akan hati-hati mengeluarkan janinnya. Jadi bagaimana Siwon-ssi?”

Aku menghela napas berat, “ Lakukan apa yang seharusnya Anda lakukan Songsaeng. “

“Ne algetsemnida”

Aku terduduk lemas. Keputusan ini sungguh berat. Kenapa saat aku menyayangi calon anakku justru jadi begini? Aku bahkan belum sempat melihatnya lahir kenapa ia harus pergi?

Kenapa aku harus membuat Shilla terluka lagi? Kenapa aku hanya bisa menyakitinya?

Mianhae Shilla-ya. Mianhae anakku. Maafkan Appa karena membuatmu tak bisa melihat Appa dan Eomma.

<Shilla pov>

Kukerjabkan mataku menangkap sebuah sinar. Kubuka mataku perlahan dan mendapati nuansa serba putih dengan aroma menyengat khas rumah sakit. Terakhir kali yang kuingat adalah aku sedang bertengkar dengan Siwon Oppa kemudian pingsan

Tapi kenapa sepertinya ada yang berbeda dengan tubuhku?

Kurasakan nyeri di perutku. Kuraba perutku dan mendapati kalau perutku di perban.

Ige mwoya?

Kenapa perutku di perban? Kuraba lagi dan kurasakan seperti ada bekas jahitan.

Apakah…??

Andwe!! ini tidak mungkin terjadi. Aku tidak mungkin kehilangan bayiku.

Tanpa terasa air mataku jatuh. Aku memang tidak merawat kandunganku dengan baik. Tapi bukan berarti aku tidak menyayangi bayi dalam kandunganku.

“Shilla-ya kau sudah sadar?” kudengar sebuah suara. Siwon Oppa.

“Katakan Oppa!”

“Ne?”

“Katakan apa yang terjadi padaku! Kenapa perutku di perban? Wae?”

Kulihat perubahan muka Siwon Oppa. Ia seketika sedih. Jadi benar?

“Mianhae Shilla-ya.” Ucapnya singkat.

“Wae Oppa? Wae? Kenapa kau lakukan ini?”

“Shilla-ya”

“Kau datang untuk mengambil anakku? Wae? Kenapa kau ambil anakku, huh? Belum puaskah kau hancurkan hidupku? Kenapa harus kau ambil juga anakku?” tanyaku dnegan berlinang air mata. Kenyataanya aku begitu terpuruk sekarang.

“Shilla-ya aku tidak bermaksud begitu. aku juga ingin anak kita tetap hidup..hanya saja..”

“Oppa bohong! Oppa tidak pernah mengharapkannya. Oppa membenciku. Oppa ingin menghancurkanku kan? Begitukah?”

“Aniyo.. aku”

“Aku benci Oppa! Aku membencimu Oppa”

“Shilla-ya…”

Aku mengabaikannya. Aku menangis tersedu-sedu. Sungguh aku tak tahu apa yang kurasakan sekarang.

Hatiku terlalu hancur untuk bisa merasakan rasa sakit. I’m totally ruin now.

“Pergilah Oppa! Aku tak ingin melihatmu”

“Shilla-ya..”

Aku menolak untuk memandangnya. Kualihkan pandanganku kea rah lain. aku tak bisa melihatnya. Membuatku semakin merasa hancur.

“Mianhae Shilla-ya”

Aku tak tahu kata maaf yang ia ucapkan tulus atau tidak. Aku tak tahu siapa dia. Apakah ia masih Choi Siwon yang baik ataukah ia Choi Siwon yang tak berperasaan. Aku tak mau berspekulasi karena itu membuatku takut.

Aku takut berharap. Takut aku akan semakin terluka ketika kenyataan tak sesuai harapanku.

***

<Siwon pov>

Sekarang aku bisa merasakan apa itu rasa sakit. Apa itu nelangsa. Apa itu tersiksa. Yah, karena aku mengalaminya sekarang.

Yang lebih parah adalah aku tersiksa karena ulahku sendiri.  Aku terkena karma atas semua yang telah aku perbuat.

Salahku karena telah melukainya, menghancurkannya, dan menyiksanya. Kini aku harus merenggut nestapa yang sama.

Shilla membenciku. Setiap kali memikirkan kalau ia membenciku membuat hatiku remuk.

Satu hal yang kusadari sekarang. AKU MENCINTAINYA.

Mungkin aku memang pernah membencinya untuk suatu alasan konyol. Membuat hatiku tertutup oleh dendam yang membekukan hatiku. Membuatku tidak menyadari  adanya cinta yang masih tersisa.

Aku bodoh. Aku jahat.

Wajar kalau sekarang Shilla membenciku. Orang yang telah merenggut kesuciaanya. Orang yang telah merenggut kebahagiaannya. Bisa dikatakan aku adalah orang yang telah menghancurkannya.

Lalu sekarang apakah pintu maaf masih terbuka untukku?

Aku ragu. Mengingat hingga detik ini Shilla masih enggan bicara padaku. Dia seperti patung yang tak bicara sedikitpun. Tatapan matanya kosong seolah tidak ada kehidupan di raganya.

Dan siapa yang membuatnya seperti itu? AKU

Ini sudah hari ketujuh Shilla bungkam. Ia bahkan menolak bertemu denganku.

Shilla masih dirawat di Rumah sakit. karena memang kondisinya yang belum pulih. Terlebih sekarang ia menolak makanan. Sedikitpun ia tak menyentuh makanannya. Sudah berulang kali kubujuk dia tapi nihil. Dia tak mau mendengarku.

Setiap hari aku menjenguknya. Sebelum berangkat kantor aku pasti menyempatkan melihat kondisinya. Pulang kerja aku juga sengaja lebih awal untuk menemaninya. Meskipun tidak ada reaksi darinya. Ia tetap diam. menganggapku tak ada.

Seperti hari ini aku langsung menjenguknya sepulang kerja. Kulihat Shilla hanya menatap lurus dibalik jendela. Kulihat dirinya baik-baik. Wajahnya kusam dan lingkaran hitam dibawah kelopak matanya semakin besar.

Aku miris melihatnya. Aku ikut tersayat tiap kali melihatnya seperti ini.

“Shilla-ya, kau sudah makan? Lihatlah aku bawakan makanan kesukaanmu. Ttara bibimbap!!” ucapku seriang mungkin padanya. Tapi kalian tahu apa yang terjadi. Ia bertahan dalam kebisuannya. Bahkan sedikitpun ia tidak melihatku.

“Hey lihatlah kalau orang sedang bicara” cobaku lagi. Aku berjalan ke arahnya. Mencoba mensejajarkan pandangan kami. Tapi Shilla berbalik mengabaikanku.

“Shilla-ya ayolah kau harus makan!” pintaku. Shilla tak bergeming.

Aku takut melihatnya seperti ini. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi padanya. Aku takut. sungguh takut.

Aku rindu suaranya. Merindukan senyumnya. Merindukan tawanya.

Semuanya hilang sekarang.

“Shilla jebal jangan begini!” aku mencoba bicara padanya lagi. Shilla hanya diam.

“Aku tahu aku salah. Aku memang bodoh. Aku melukaimu. Aku menghancurkanmu. Hanya karena…karena salah paham.” Akuku.

Shilla menoleh menatapku. Meski ia tak bicara tapi aku tahu ia menantikanku untuk menjelaskan lebih lanjut.

“Aku egois dan bodoh Shilla-ya. Aku meragukanmu. Aku menganggapmu jahat. Aku salah Shilla-ya”

Shilla masih diam. aku sekarang bagaikan mengakui kesalahanku pada sebuah patung.

“Lima tahun lalu kupikir kau mengkhianatiku demi Lee Hyukjae. Membuatku membencimu. Mengira dirimu tak pernah tulus mencintaiku. Membuatku dendam padamu. Dan pada akhirnya semua berakhir dengan aku melukaimu. Mianhae Shilla-ya”

Shilla menatapku nanar. Ia masih bungkam. Tapi bisa kulihat matanya mulai berkaca-kaca.

“Mianhae Shilla-ya. Aku salah. Jeongmal Mianhae” ujarku. Shilla meneteskan air matanya.

“Kau boleh menghukumku Shilla-ya. Kau boleh memukulku, mencaci makiku. Lampiaskan kemarahanmu padaku Shilla-ya. Aku akan terima”

Aku tak kuasa menahan air mataku.

“Kalau aku lakukan itu apa akan ada yang berubah?” ucap Shilla. Akhirnya aku bisa mendengarnya berucap lagi.

“Mianhae Shilla-ya.”

“Apa dengan memukulmu akan mengembalikan semuanya? Apa dengan mencacimu akan membuatku kembali seperti dulu lagi? Apa dengan menghukummu kau bisa mengembalikan anakku lagi?” tanyanya dengan berlianng air mata.

Shilla benar. Tak ada yang berubah meski Shilla memukulku bahkan membunuhku sekalipun.

Kenyataanya aku telah merenggut semuanya darinya. Aku telah melukainya begitu dalam. Aku juga tak bisa menghidupkan bayi kami lagi.

Tidak bisa. Tidak akan bisa.

“Bisakah Choi Siwon-ssi?”

Shilla tidak memanggilku Oppa lagi. Menandakan kalau ia begitu membenciku sekarang.

“Shilla-ya” kucoba menggenggam tangannya. Tapi ia menepisku.

“Kumohon maafkan aku. Beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya.”

Shilla diam lagi.

“Ijinkan aku menebus kesalahanku. Ijinkan aku memperbaiki semuanya”

“Apa yang akan kau perbaiki?”

“Semuanya. Ijinkan aku untuk membahagiakanmu Shilla-ya”

“Bisakah? Kenyataanya kau adalah orang yang telah mrenggut kebahagiaanku Choi Siwon-ssi”

“Mianhae”

“Apa kau pikir  masih ada yang bisa diperbaiki?”

Aku terdiam.

“Tidak ada. Selamat untukmu karena telah menghancurkan hidupku tak bersisa Siwon-ssi” ucapnya sarkastik. Hatiku luluh lantah dengan ucapannya.

“Kalau kau pikir semuanya bisa diperbaiki kau salah Siwon-ssi. Tidak ada yang bisa diperbaiki.”

“Shilla-ya”

“Kau ingin memperbaiki apa, huh?”

“Aku,,,”

“Bisakah kau mengembalikan kesucianku? Tidak”

Aku menundukkan kepalaku. Shilla benar. Aku tidak bisa mengembalikannya.

“Ijinkan aku untuk bertanggung jawab Shilla-ya. Ijinkan aku untuk menebus kesalahanku dengan menjadi suamimu”

Shilla tertawa hambar. Seolah mengejek.

“Suami? Lalu apa yang akan terjadi berikutnya? Kau akan menyiksaku lagi? Dengan menjadi suamiku kau akan punya otoritas lebih untuk mengontrol hidupku. Begitukah?”

“Ani Shilla-ya. Aku sudah berubah. Aku janji kali ini akan membahagiakanmu”

“Bahagia? Benarkah? Lalu apakah Siwon-ssi pikir aku mau menikah denganmu?”

Aku terhenyak dengan ucapannya. Nada sinis terlihat jelas dari balik kalimatnya.

“Shireo! Kau pikir aku masih mau menikah dengan orang yang telah menghancurkanku? Kau pikir aku mau? Tidak Siwon-ssi.”

“Shilla-ya…”

“Kau pikir aku masih mencintaimu setelah apa yang telah kau lakukan padaku? Tidak. Aku membencimu. Sangat membencimu” ujarnya.

Seketika kurasakan duniaku runtuh sekarang. Menyakitkan saat mendengarnya membenciku. Beginikah perasaanya saat aku membencinya waktu itu?

Sungguh begitu menyakitkan ketika orang yang kau cintai membencimu. Sangat menyakitkan.

 

 

To be continued..

Yeahhhhh

Akhirnya bisa post ni ff juga…

Bagi yg kmaren minta nyiksa Siwon, apakah sudah puas??…

Saya ga tahu lagi bagaimana cara menyiksanya.. ahaha…

Dan maaf kalau part ini rada aneh… atau memang aneh ya??.. haha

Comments are lovely .. 😛