You Ruin My Life Part 7-end

Lumpuh? Tch!

Bukan lumpuh permanen memang. Tapi Dokter sendiri tak tahu kapan aku bisa berjalan lagi. Jadi apa bedanya dengan lumpuh selamanya?

Setiap hari, setiap jam, setiap detik berada di atas kursi roda. Benar-benar seperti manusia tak berguna. Apa yang bisa kulakukan dengan kondisi seperti ini?

“Gomawo suster” ucapku pada seorang suster yang telah membantuku keatap Rumah sakit. dengan kursi roda yang melekat di tubuhku tentu saja. Kurasa dari sekarang aku harus terbiasa dengan kursi roda. Membiasakan diri dengan kursi roda. Karena kurasa ke depannya aku akan bergantung pada alat ini.

Kuhirup udara di atap rumah sakit dalam-dalam. Kupejamkan mataku mencoba merasakan halusnya sepoi udara yang menerpa wajahku.

Sekelebat bayangan memoriku terlintas. Semua yang telah kulakukan. Semua kerusakan dan kepedihan yang kuciptakan.

Jadi ini hukuman yang kau berikan untukku Tuhan? Ini balasan karena selama ini aku bersikap begitu buruk pada Shilla?

“Oppa!” kudengar sebuah suara lembut memanggilku. Kubuka mataku dan mendapati Shilla berjalan ke arahku.

Dia memanggilku Oppa? Dia tak marah lagi padaku?

“Oppa, apa yang kau lakukan disini?”

“Hanya menghirup udara segar”

“Tapi disini dingin Oppa. Kkaja kembali ke kamarmu” ucapnya kemudian mendorong kursi rodaku.

Seketika hatiku miris. Selamanya aku akan begini. Menyusahkan orang di sekitarku.

Aku tak pernah menyesal telah menolong Shilla. Meski kini aku harus lumpuh. Meski kini aku harus bergantung pada kursi roda. Tapi setidaknya dengan begini aku bisa sedikit lega. Setidaknya aku bisa sedikit menebus kesalahanku padanya.

“Oppa kau baik-baik saja?” Tanya Shilla cemas saat melihatku hanya diam. aku hanya tersenyum singkat.

“Shilla-ya gomawo”

“Eh?”

“Mianhae.”

“Ne?”

“Maafkan aku tentang semua salahku. Aku tahu mungkin apa yang kulakukan tak pantas untuk dimaafkan. Tapi jebal, maafkan aku.”

Shilla pov

“Maafkan aku tentang semua salahku. Aku tahu mungkin apa yang kulakukan tak pantas untuk dimaafkan. Tapi jebal, maafkan aku.” Ucapnya dengan muka sedihnya. Membuatku tak tega.

“Aku.. sudah memaafkanmu Oppa!” ujarku. Siwon Oppa menatapku tak percaya.

Kenyataanya memang aku telah memaafkannya. Tak Ia mintapun aku sudah memaafkannya. Hanya saja waktu itu aku masih enggan memberikan maafku begitu saja.

“Jeo.. jeongmal?”

“Ne”

Siwon Oppa menundukkan kepalanya lagi. Setelah itu kudengar isakan tangis darinya. Kenapa ia menangis?

“Oppa? Gwenchana?” tanyaku cemas.

“Gomawo Shilla-ya. Jeongmal gomawoyo karena telah memaafkan pecundang sepertiku.”

“Oppa! Jangan berkata seperti itu”

“Tapi kenyataanya aku memang begitu. mianhae Shilla-ya. Aku janji aku tidak akan lagi menyakitimu. Bahkan kalau kau sekarang menyuruhku untuk menghilang dari kehidupanmu akan kulakukan Shilla-ya” ujarnya. Sontak aku terperangah.

Menghilang dari kehidupanku? Semudah itukah ia berkata seperti itu?

“Oppa apa yang kau bicarakan?”

“Aku tahu kau membenciku. Untuk itu jika kau ingin aku pergi dari kehidupanku aku rela Shilla-ya. Aku tak tahu lagi bagaimana harus menghadapimu. Aku terlalu malu dengan diriku. Aku merasa begitu menjijikkan”

Aku terperangah. Satu hal yang kuyakini sekarang adalah ia telah kembali menjadi Choi Siwon yang kucintai.

“Oppa! Jangan bicara sperti itu. aku sudah memaafkanmu. Itu saja yang terpenting.”

“Gomawo Shilla-ya. Aku sangat bersyukur Karena kau mau memaafkanku.”

“Cheonmaneyo Oppa. Sekarang kau istirahat ya! Kau belum pulih betul Oppa”

Siwon Oppa tersenyum singkat. Senyum hangat yang kurindukan. Senyum dari seorang Choi Siwon yang lembut. Meski sekarang aku tak menampik kalau dalam senyum itu tergambar sebuah kepedihan.

Aku tahu ia tersiksa dengan keadaanya sekarang. Tidak lumpuh permanen memang. Tapi seberapa besar kemungkinan kalau Siwon Oppa akan sembuh pun Dokter tidak tahu.

Aku prihatin dengan keadaanya. Orang yang kucintai kini tengah tersiksa. Tapi aku tak tahu harus bagaimana untuk mengurangi deritanya.

****

Siwon Pov

Sudah hampir dua minggu aku di rumah sakit. Membosankan.

Aku sangat senang ketika Shilla mau memaafkanku. Membuatku merasa lega. Seperti beban berat di dadaku terangkat. Membuatku mudah bernapas lagi.

Aku juga bersyukur ia masih mau menjengukku. Bahkan selama aku dirawat tak pernah seharipun ia absen menjengukku. Aku bersyukur untuk itu.

Meskipun ia hanya menjengukku karena kasian. Aku tak apa. Asalkan masih bisa melihat senyumnya itu sudah cukup.

Bisa dibilang kini aku dan Shilla memulai semuanya dari awal. Memulai lagi pertemanan kami yang telah terputus. Ya, hanya TEMAN.

Lagipula aku tak berani berharap lebih darinya. Mana mungkin.

Siapa aku hingga berani mengharapkannya lagi? Aku sudah cukup membuatnya menderita. Aku tak berani lagi mengharapkannya masih mencintaiku. Apalagi dengan keadaanku yang sekarang. Aku tak akan berani membuatnya menderita lagi. Tak akan berani memintanya terus di sisiku.

Aku sadar aku bukan apa-apa lagi sekarang. Hanya seorang yang tak berdaya. Yang hanya bisa menggantungkan hidupnya dengan kursi roda. Tak akan kubiarkan Shilla tersiksa karena kondisiku lagi.

“Siwon-ah!” kudengar suara lembut Eoma. Kualihkan pandanganku menatapnya.

“Eoma!”

“Lihatlah apa yang Eoma bawa untukmu!”

“Woah, seafood! Johahae Eoma” ujarku saat tahu Eoma membawa seafood. Aku memang suka seafood. Dulu bahkan saking senangnya aku dengan seafood aku pernah memaksa Shilla untuk wisata kuliner ke pulau-pulau. Sekedar untuk merasakan seafood di sana.

Ah aku merindukan masa-masa itu. Merindukan semua kenangan itu. Masa dimana hanya ada tawa dan canda aku dan Shilla. Bukan penderitaan seperti sekarang. Akankah semuanya kembali seperti dulu lagi?

“Eoma juga bawakan es krim vanilla kesukaanmu Won-ah”

“Eoma! Ada apa hingga Eoma membawakan semua makanan kesukaanku?” tanyaku menyelidik. Eoma mengambil tempat di sebelahku kemudian duduk di tepian ranjang.

“Eoma hanya merasa kau semakin kurus Won-ah. Kau tidak suka makanan Rumah Sakit kan? Untuk itu Eoma bawakan makanan ini untukmu. Eoma tak mau kau semakin kurus lagi”

Aku terpana dengan ucapan Eoma. Bagaimanaun seorang Ibu akan peka dengan perubahan anaknya. Eoma bahkan tahu kalau aku tak nfsu makan akhir-akhir ini.

Kusunggingkan senyumku. Kemudian kusantap makanan yang Eoma bawa dengan lahap.

“Adeul!” panggil Eoma.

“Ne?”

“Neo gwenchana?”

“Maksud eoma?”

“Keadaanmu sekarang Adeul. Eoma miris melihatnya, Siwonnie”

“Nan gwenchana Eoma. Aku sudah mulai terbiasa dengan keterbatasanku Eoma.”

Eoma memelukku. Kehangatan dan kasih seorang Ibu seketika menjalar ke seluruh tubuhku. Membuatku nyaman.

“Uri adeul sudah dewasa ternyata” ujarnya. Ia mengelus puncak kepalaku lembut. Penuh kasih sayang.

“Eoma! Mianhae kalau aku hanya bisa menyusahkanmu nantinya.”

“Ststst. Kau ini bicara apa Siwonnie? Mana ada seorang Ibu yang merasa direpotkan oleh anaknya?”

“Tapi keadaanku sekarang…”

“Untuk itulah kau harus berusaha keras untuk kembali normal Siwonnie”

“Bisakah?”

“Adeul, kau percaya Tuhan kan? Percaya kalau ia akan mengembalikan semuanya, huh?”

“Ne Eoma!” ucapku. Eoma kemudian mengecup puncak kepalaku. Hal yang biasa ia lakukan sebelum usiaku 7 tahun. Jika di pikir-pikir sudah lama sekali ia tak melakukan ini padaku.

“Oya, Wonnie Eoma bawa sesuatu lagi” aku hanya menatapnya. Eoma kemudian mengeluarkan sebuah catalog.

“Ini, apa?”

“Eoma pikir kau dan Shilla sudah baikan kan? Jadi apa salahnya kalau kalian mulai menata masa depan kalian?”

Aku tercenung. Aku tahu apa arah pembicaraan Eoma. Tapi aku tak bisa.

“Eoma sudahlah”

“Waeyo Wonnie? Kau tidak ingin menikah dengan Shilla?” aku menghela napasku berat.

“Apa Eoma pikir setelah yang aku lakukan terhadap Shilla, ia masih mau menikahiku? Ditambah dengan kondisiku yang sekarang. Aku tak bisa Eoma”

“Adeul..”

“Aku merasa ini hukuman Tuhan padaku. Aku telah menyakiti Shilla. Dia mau memaafkanku saja aku sudah sangat bersyukur Eoma. Aku tak berani berharap untuk menikahinya. Aku.. tak pantas Eoma”

Shilla pov

“Aku merasa ini hukuman Tuhan padaku. Aku telah menyakiti Shilla. Dia mau memaafkanku saja aku sudah sangat bersyukur Eoma. Aku tak berani berharap untuk menikahinya. Aku.. tak pantas Eoma”

Kudengar suara Siwon Oppa. Perkataanya membuatku sedih. Entahlah tapi aku sedikit kecewa.

“Tapi bagaimana kalau ternyata aku bersedia Oppa?” ucapku menginterupsi. Siwon Oppa tampak terkejut dengan kehadiranku.

“Shilla-ya..”

“Bagaimana kalau ternyata aku mau menikah denganmu?”

“Aku tak bisa Shilla-ya” ucapnya.

“Waeyo Oppa?”

“Shilla-ya, sudah cukup aku membuatmu menderita. Sudah cukup aku menghancurkan hidupmu. Aku tak bisa jika sekarang harus membuatmu menderita lagi” ucapnya sambil membuang muka.

“Apa maksud Oppa?”

“Kau lihat aku Shilla-ya! Aku lumpuh. Aku tak bisa membiarkan seumur hidupmu menderita karena harus mengurusku. Aku tak bisa Shilla-ya. Aku bahkan tak akan sanggup membahagiakanmu. Berjalan saja aku tak bisa Shilla-ya” jelasnya. Membuat hatiku miris. Ia pasti sangat tersiksa dengan keadaanya sekarang.

“Oppa..”

“Aku sudah sangat bahagia hanya dengan kau memaafkanku. Aku tak bisa jika harus membuatmu menderita lagi Shilla-ya.”

“Tapi bukankah Oppa bilang ingin menebus kesalahan Oppa? Huh?”

“Tentu saja.”

“Kalau begitu nikahi aku Oppa!”

“Mwo? Ini konyol Shilla-ya.”

“Aku serius Oppa. Mana tanggung jawabmu karena telah merenggut kesucianku Oppa?”

“Tapi bukankah kau sendiri yang bilang kalaupun aku menikahimu tidak akan mengembalikan keadaan? Aku tak bisa mengembalikan keadaan seperti dulu lagi Shilla-ya. Bahkan aku hanya akan memperburuk keadaan”

“Ne. Tapi slalu ada kesempatan yang kedua kan? Memang semuanya tidak akan kembali seperti semula tapi apa salahnya kita memulai dari awal? Memperbaiki semuanya?”

“Tapi lihat diriku! Aku hanya akan memperburuk semuanya Shilla-ya”

“Lalu Oppa pikir dengan Oppa tidak menikahiku semuanya akan lebih baik? Tidak Oppa. Kau pikir aku bisa menikah dengan pria lain? pria mana yang mau menikahi gadis yang tidak suci lagi Oppa? Kau mau membiarkanku selamanya sendiri? Huh?”

Siwon Oppa tampak berpikir. “Mianhae Shilla-ya. Tapi aku benar-benar tak bisa. Aku tak bisa melihatmu susah dengan mengurusku. Aku hanya akan menyusahkanmu”

“Apa Oppa mencintaiku?” tanyaku padanya. Ia mengangguk singkat. “Katakan Oppa!”

“Ne. Na jeongmal saranghae” ucapnya. Entah kenapa aku begitu senang mendengarnya.

“Kalau begitu kenapa kau tidak mau menikahiku?”

“Shilla-ya kau pikir hanya dengan cinta saja sudah cukup? Tidak Shilla-ya. Aku lumpuh. Aku tak akan bisa membahagiakanmu.. aku..”

“Kalau begitu kau harus sembuh Oppa. Kalau kau ingin membahagiakanku kau harus sembuh.”

“Tapi..”

“Oppa! Aku tak masalah jika harus merawatmu. Aku bersedia”

“Tapi..”

“Kau seperinya suka sekali menyiksaku Oppa” ucapku. Siwon Oppa terlihat bingung dengan ucapanku.

“Setelah kau berhasil merenggut semuanya dariku sekarang kau tinggalkan aku begitu saja? Kau tidak mau menikahiku? Kenapa? Kau ingin membuatku tidak menikah seumur hidupku?”

“Bukan begitu Shilla-ya”

“Kau egois Oppa. Hanya karena sekarang kau lumpuh lalu kau ingin menyerah? Harus berapa kali kubilang kalau aku tidak masalah dengan kondisimu?”

“Tapi aku..”

“Berhenti berkata tapi! Kalau kau memang mencintaiku seharusnya kau berjuang untuk sembuh. Kalau kau memang menyesal dengan semua yang kau lakukan, seharusnya kau bertanggung jawab Oppa.”

“Tapi..”

“Aku bilang berhenti mengucap tapi! Oppa, di dunia ini hanya ada satu pria yang kuharapkan untuk menikahiku. Dan hanya pria itu yang harus menikahiku. Dan itu kamu Oppa” ucapku memastikan.

Kulihat Siwon Oppa menitikkan air mata. Sejak kapan ia menangis?

“Jebal Oppa!”

Siwon Oppa menghapus air matanya. “Geurae. Aku akan menikahimu. Tapi dengan satu syarat” ucapnya. Aku mengerutkan keningku tak mengerti.

“Aku akan menikahimu setelah aku sembuh. Setelah aku bisa berjalan lagi.”

Kusunggingkan senyumku, “Aku setuju”

“Gomawo Shilla-ya. Saranghae”

“Nado Oppa”

***

2 years later

“Kau bahagia?” ucap seseorang sambil memelukku dari belakang. Kubalikkan badanku dan menatap namja yang 2 jam yang lalu resmi menjadi suamiku. Sekarang aku resmi menjadi istri dari seorang Choi Siwon.

“Ani” ucapku. Kulihat ia tak percaya dengan jawabanku.

“Kau tidak bahagia? Waeyo?” tanyanya dengan tampang cemas. Haha lucu sekali menggodanya seperti ini.

“Aku akan lebih bahagia kalau kau menikahiku 2 tahun lalu. Tega sekali kau membiarkanku menunggu hingga 2 tahun?”

“Kau sendiri yang setuju untuk menungguku sembuh. Sekarang kau menyalahkanku? Lagipula salahkan dokter sana. Dia yang tidak becus kerja sehingga membuatku sembuh begitu lama.”

“Aigo! Malah menyalahkan Dokter.”

Ya, Siwon Oppa baru saja sembuh dari kelumpuhanya. Dua tahun bukanlah waktu yang singkat. Tapi ia dengan sabar menjalani terapinya.

Dulu memang ia telah menghancurkanku berkeping-keping. Tapi kini ia telah memeprbaiki semuanya. Ia memberiku kebahagiaan. Ia menyempurnakan hidupku.

“Tapi aku bahagia”

“Tidak ada yang Tanya perasaanmu Oppa”

“Hya! Park Shilla”

“Park Shilla? Apa kau tidak salah menyebut namaku? Sejak dua jam yang lalu aku resmi menjadi Choi Shilla. Kau lupa? Suami macam apa kau?” candaku.

Siwon Oppa memencet hidungku, “Jadi sekarang kau mengakuiku sebagai suamimu, huh?”

“Ani”

“Jangan bohong Nyonya Choi. Kalau kau masih saja berbohong aku bisa saja menghukummu”

“Mwo? Menghukum? Aish!”

CUP

Siwon Oppa memberiku kecupan singkat. Aku melotot padanya. Ia hanya tersenyum jahil.

“Hukuman macam apa ini?”

“Kau tidak suka hukumannya?” tanyanya. Sejurus kemudian ia mengecupku lagi. “Kutarik lagi hukumannya kalau begitu” tambahnya.

Aku terkekeh melihat tingkahnya. “Seperti anak kecil” komenku padanya.

“Anak kecil? Akan aku buktikan kalau aku bukan anak kecil Nyonya Choi” ucapnya dengan tatapan jahil.

“Mw..mwo?” ia memamerkan evil smirk nya.

“You’ll see” ucapnya kemudian menggendongku paksa.

“KYAAAAAAA”

~FIN~

 

Woah, akhirnya ff yg menguras tenaga dan pikiran saya ini kelar juga… *lebeh*
vany eon, numpang ngutip kata2 bijaknya ya.. *hug*

Dan maaf kalau ini ff berakhir tidak sesuai harapan kalian… hanya ini yg bisa saya berikan.. (?).. 😛