Untouchable Marriage Part 8

Shilla masih terdiam. Sudah lebih dari 2 jam ia hanya berdiam. Memandang kosong kedepan. Di sebuah tempat yang bahkan ia sendiri tak ingat bagaimana ia bisa sampai disana. Di taman.

Ia hanya mengikuti arah kakinya melangkah. Dan tiba-tiba dia ada di sebuah taman. Menyendiri. Hanya duduk dan termenung. Tapi bahkan apa yang ia pikirkanpun ia tak tahu.

Pikirannya kini kosong. Terlalu banyak yang harus ia pikirkan. Terlalu banyak yang menuntut penyelesaian. Tapi ia tak tahu apa penyelesaian di balik semua masalahnya.

Otaknya terlalu buntu untuk berpikir. Ia berusaha memecahkannya tapi yang ada hanyalah sesak yang ia dapat.

Ia tak menangis. Entah kenapa ia bahkan tak bisa menangis. Padahal mungkin dengan menangis akan sedikit membuat hatinya lebih ringan.

Shilla mengabaikan semua pesan ataupun telepon yang masuk ke HP nya. Ia hanya butuh sendiri sekarang. Tak mungkin ia biarkan orang lain melihat kekacauan dirinya hari ini.

Dia masih terus memikirkan semua ancaman dari Jieun. Tapi ia sungguh tak sanggup jika harus berpisah dari Siwon.

Mungkin Jieun dan Seunghwan benar. Mungkin sebaiknya Shilla menghilang sementara. Menenangkan diirinya. Menenangkan keadaan yang kian memanas.

Shilla mendesah panjang. Ia kemudian mengecek ponselnya. Ada banyak sms dan telepon yang masuk yang ia abaikan dari tadi. Semuanya dari member Super Junior dan dari suaminya tentu saja.

DRTDRTDRT

Ponselnya bergetar lagi. Sebuah panggilan dari Henry. Tanpa ragu Shilla mengangkatnya.

“Yoboseyo” ucap Shilla lemah.

“Yak! Kau dimana? Dari tadi kutelepon tidak diangkat. Kau tidak tahu apa seisi dorm panik karena kau tidak bisa dihubungi.” Omel Henry.

“Mianhae”

“Kau dimana sekarang?” suara Henry melemah.

“Di taman.”

“Aku kesana”

“Jamkaman. Jangan katakan pada Oppadeul. Kesini sendiri saja, hm?”

“Araseo”

***

Henry menatap Shilla yang kacau itu miris. Sepengetahuannya Shilla tak pernah sekacau ini. Dia memang tidak menangis meraung-raung. Tapi ekspresi mukanya yang datar dan pandangannya yang kosong menyiratkan kalau dia sedang tidak baik-baik saja.

Henry menyayangi Shilla. Sangat. Layaknya seorang oppa kepada dongsaengnya. Yah meskipun mereka lebih tepat disebut sahabat.

“Kau kenapa lagi?” tanya Henry cemas. Shilla menatap Henry sekilas kemudian menceritakan semua kisahnya. Men-share semua dilemanya pada Henry. Ia memang butuh seseorang untuk mendengar kan keluh kesahnya.

“Eottokae Henry-ya?” tanya Shilla frustasi. Ia bingung dengan yang harus ia putuskan.

Henry menggenggam tangan Shilla. Berusaha memberi Shilla kekuatan.

“Kau harus cerita pada Siwon Hyung”

“Andwe! Aku tidak mungkin membebani pikirannya lagi. Sudah terlalu banyak hal yang menyita tenaga dan otaknya. Aku tak mungkin membebaninya lagi”

“Lalu apa yang ingin kau lakukan?”

“Molla” ucap Shilla pasrah. Ia bingung. Ia dilema.

Henry mendesah. “Kalau begitu lebih baik kita pulang dulu ke dorm” ajak Henry. Ia meraih tangan Shilla. Tapi Shilla menahannya.

“Henry-ya, sembunyikan aku”

“Mwo??”

“Jebal” Shilla memelas. Saat ini hanya itu yang ia pikirkan.

“Micheoseo? Hyungdeul sekarang sedang mengkhawatirkanmu. Dan kau malah ingin main sembunyi saja?”

“Jebal. Biarkan aku menenangkan diriku. Aku tak akan sanggup melihat semua orang sekarang. Terlebih Siwon Oppa. “

“Keundae..”

“Jebal Henry-ya. Bawa aku pergi. Kemanapun. Setidaknya biarkan aku tenang untuk sesaat. Aku lelah dengan semua ini. Jebal” pinta Shilla. Henry hanya bisa mendesah dan menurutinya. Ia sendiri tak tega dengan keadaan Shilla sekarang.

***

Henry menarik napas dalam. Hari menunjukkan pukul 10 malam. Ia baru saja selesai menyembunyikan Shilla. Ia tak tahu harus berkata apa pada Hyungdeulnya kalau ia ditanya tentang Shilla.

Henry menarik napas lagi sebelum akhirnya membuka knop pintu dorm. Henry melongokkan kepalanya. Dan ternyata member yang lain tengah berkumpul. Dengan muka serius mereka.

“Damn!” desis Henry pelan. Ia menarik napas dalam.

“Hyung i’m home!” teriak Henry. Berusaha bersikap sebaik mungkin. Seolah tak ada yang terjadi.

Member yang lain langsung menoleh pada Henry. Henry menelan ludahnya. Bersikap sebiasa mungkin.

“Darimana Mochi?” tanya Yesung langsung.

“Hanya bertemu teman Hyung. Waeyo?”

“Kau bisa menghubungi Shilla?” tanya sang leader. Henry tak bisa memungkiri kalau kini jantungnya berdebar. Ia tidak biasa bohong, terlebih pada groupmate nya.

“Ani.” Bohong Henry. Menghindari tatapan tajam sang leader.

“Lalu kau bisa jelaskan ini?” ucap Jungsoo lagi. Henry mengerutkan keningnya. Kemudian menatap sebuah headline yang menyangkut dirinya.

Lagi. Henry Lau tertangkap kamera tengah berduaan dengan Park Shilla, wanita yang belakangan menjadi perbincangan karena kedekatannya dengan Choi Siwon. Bahkan Henry dan Shilla tertangkap tengah saling bergandengan tangan. Apakah ini jawaban dari semua berita selama ini? Apakah Shilla telah memantapkan hatinya untuk Henry? Lalu bagaimana dengan Choi Siwon?

Henry melotot. Ia tak menyangka kalau pertemuannya dengan Shilla tadi sore bahkan tertangkap kamera. Bagaimana mungkin?

Ia menatap Hyungnya bergantian. Ia semakin sulit untuk berbohong sekarang. Tidak bisa malah. Bukti nyata sudah di depan mata.

“Hyung.. itu”

“Shilla kemana Henry-ya?” suara Jungsoo melembut.

“Mianhae aku tidak bisa memberi tahu”

“Waeyo?”

“Shilla yang memintaku”

“Tapi apa kau tidak tahu kalau kami mencemaskannya? Terlebih Siwon, dia sudah seperti orang gila karena Shilla tak mengangkat telponnya sama sekali” kini Donghae angkat bicara.

“Justru Shilla ingin menghindari Siwon Hyung”

“Mwo?”

Henry mendesah. Ia tak ada pilihan lain selain menceritakan masalah Shilla pada member lain. Toh mereka adalah keluarga Shilla juga. Mereka juga sangat mencemaskan Shilla. Jadi apa salahnya jujur pada mereka. Mungkin dengan memberitahu mereka, masalah Shilla akan menemui jalan yang lebih baik.

Member lain ikutan mendesah ketika mendengar cerita lengkap Henry. Mereka menunduk lesu. Memikirkan jalan yang terbaik untuk dongsaeng mereka.

“Menurut Hyung, apa yang sebaiknya kita lakukan?” kini Henry bertanya .

Member lain hanya menggeleng. Mereka juga bingung. Semuanya penuh resiko.

“Yang jelas kita tidak mungkin membiarkan Shilla dan Siwon berpisah. Mereka hanya akan menyakiti diri mereka sendiri jika berpisah.” Ucap Jungsoo. Member lain hanya mengangguk.

“Hyung, tapi tidakkah kalian merasa ada yang aneh?” Kyu angkat bicara. Member lain menatapnya penuh tanya.

“Mwo?”

“Bagaimana bisa berita yang berhubungan dengan Shilla begitu cepat tersebar? Dan Henry bilang kalau ia bertemu dengan Shilla tadi sore kan? Bagaimana mungkin kejadian tadi sore sudah jadi headline news?” Kyu mengutarakan analisanya. Member lain tapi nampaknya masih belum sepenuhnya mencerna pemikiran Kyu.

“Lalu?” tanya Sungmin polos.

“Aigo. Kalian ini lama sekali berpikirnya, bodoh!” ejek Kyu. Sontak mendapat death glare dari yang lain. Tapi Kyu mengacuhkan.

“Itu artinya ada dalang di balik semua ini. Aku mengira seperti ada yang membuntutui Shilla, sehingga mereka otomatis tahu apa yang Shilla lakukan”

“Jadi?”

Kyu berdecak kesal. “Dengan mengetahui gerak-gerik Shilla tentu saja akan bisa dengan mudah menjadikan gosip. Dan akan semakin memperburuk keadaan. Ah kalian ini bodoh atau apa? Begitu saja tidak mengerti”

PLETAKK

Kyu meringis ketika kepalanya dipukul Heechul.

“Dasar magnae kurang ajar. Kami ini lebih tua darimu, bodoh. “

“Siapa suruh kalian ini bodoh?” Heechul hendak memukul Kyu lagi. Tapi niatnya terhenti ketika mendengar teriakan sang leader.

“Yak! Kalian ini apa-apaan? Malah bertengkar. Lebih baik sekarang cari jalan keluar untuk masalah dongsaeng kita” ucap Jungsoo bijak. Kyu dan Heechul terdiam.

“Jadi apa yang bisa kita lakukan?” Jungsoo bertanya.

“Yang penting sekarang kita mencari tahu siapa dalang semuanya” usul Kyu.

“Ada ide?”

“Kurasa aku tahu Hyung” Henry berucap. Member lain meoleh padanya.

“Kurasa tak ada orang lain selain Jieun” sontak member yang lain hanya menatap Henry tak percaya. Mereka selama ini mengenal Jieun sebagai pribadi yang baik. Tak mungkin ia bisa melakukan ini.

“Kurasa Henry benar Hyung. Aku juga berpikir begitu” Kyu mengamini ucapan Henry. Kyu dan Henry memang bisa dibilang baru mengenal Jieun. Berbeda dengan member lain yang sudah lama mengenal Jieun. Jadi mereka merasa penilaian Kyu dan Henry tidaklah mungkin subyektif.

“Kurasa memang benar. Aku tak menyangka Jieun seperti itu. Jieun yang kukenal sangatlah baik.” Ucap Donghae kecewa. Member lain hanya mengangguk.

“Yah kurasa cinta bisa membutakan hati kita Hyung” Kyu berucap lagi. Member lain melongo. Sejak kapan Kyu bisa dewasa begini?

“Lalu sebaiknya kita bagaimana?” kini Eunhyuk angkat bicara.

“Kita harus beritahu Wonnie” usul Shindong.

“Ehm, kurasa kau benar. Wonnie harus tahu.” Sang leader mengamini ucapan Shindong.

DRTDRTDRT

Ponsel Henry berdering. Ia menatap ponselnya dan mendapati Siwon yang menelepon. Ia menelan ludahnya susah. Apa yang harus ia katakan pada Siwon? Pasti sekarang Siwon akan menanyakan keberadaan Shilla.

“Nugu Henry-ya?” tanya Yesung penasaran.

“Si,,Siwon Hyung”

“Lalu kenapa tidak kau angkat?”

“Aku tak tahu harus berkata apa nanti Hyung. Shilla melarangku memberitahukan keberadaannya sekarang, otte?”

“Angkat saja. Dia akan terus meneleponmu sampai kau mengangkatnya” Henry mengangguk. Bagaimanapun Yesung benar. Siwon adalah tipikal orang yang pantang menyerah. Jadi kalau telponya tidak diangkat, apalagi itu penting, maka ia akan terus menelepon sampai diangkat.

“Yoboseyo”

“Hya, Henry-ya! Eodiya?”

“Di dorm Hyung”

“Mworago? Shilla bersamamu?”

“Ani Hyung”

“jangan bohong. Kau pasti tahu dimana istriku. Katakan dia dimana!”

“Aku tidak bersamanya sekarang Hyung.”

“Kau bohong. Aku sudah lihat headline sore ini. Kau kemanakan istriku?”

“Jeongmal Hyung. Aku tidak bersamanya sekarang. Kalau kau tidak percaya kau bisa cek ke dorm sekarang”

Siwon kemudian mematikan ponselnya. ,membuat Henry mendesah panjang.

“Otte?” tanya Heechul. Henry hanya menggeleng.

***

Siwon berjalan tergopoh ke dorm. Pikirannya kacau, sama halnya dengan emosinya. Seharian ia tak bisa menghubungi Shilla. Padahal paginya bahkan ia masih bercanda dengan Shilla. Tapi sekarang seolah Shilla ditelan bumi.

Belum lagi pemberitaan sore ini yang menyatakan tentang Shilla dan Henry. Hatinya panas. Ia kalap. Ia bingung. Ia cemas.

“Henry-ya!” teriak Siwon begitu memasuki dorm. Namun tak ada balasan dari Henry. Membuat Siwon mau tak mau menyambangi kamar Henry. Dan beruntung karena Henry berada di kamarnya. Henry sudah sejak tadi menunggu Siwon. Bagaimanapun masalah Siwon dan Shilla harus kelar.

Henry sudah menyiapkan mentalnya. Ia tahu kalau Siwon kemungkinan akan memarahinya.

“Dimana Shilla?” ucap Siwon langsung.

“Hyung bisa lihat sendiri kan? Aku tidak bersama Shilla sekarang”

“Jangan bercanda Henry-ya. Aku tahu kau menyembunyikan Shilla” Siwon sudah mulai kehilangan emosinya.

“Menyembunyikan? Kau salah Hyung.”

“Lalu apa namanya? Dimana dia? Seharian tidak mengangkat telponku, tapi ia malah bersamamu? Bahkan menjadi headline news?”

“Lalu kenapa?”

“Kenapa katamu? Dia istriku Henry-ya, bukan istrimu.” Ucap Siwon tajam.

“Istri Hyung? Jangan bercanda! Adakah yang tahu dia istri Hyung? Tidak ada Hyung. Dunia tahu kalau dia masih single. Jadi tidak ada salahnya kan kalau aku dekat dengannya?” ucap Henry tak kalah tajam.

“Neo!!!”

“Waegurae? Aku benar kan?” Henry menatap Siwon tajam. Entah dia benar-benar marah atau hanya ingin memancing emosi Siwon. Yang jelas Henry juga cukup jengah selama ini. Hanya karena sebuah keegoisan hingga membuat Siwon dan Shilla tak pernah bisa merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Henry tahu kalau cinta Siwon dan Shilla sama-sama besar. Tapi sayangnya sebuah cinta dikalahkan oleh sebuah ambisi dan keegoisan.  Yang membuat mereka tak bisa bahagia tanpa tekanan.

Ambisi dan keegoisan untuk mencapai karir yang lebih baik.

Henry tahu kalau selama ini Shilla yang sudah ia anggap sebagai sahabatnya itu tersiksa. Siapa wanita yang tidak tersiksa kalau status pernikahannya dirahasiakan? Dan kini ia harus melihat Shilla lebih tersiksa lagi. Ia tak sanggup untuk itu.

“Kau bukan suaminya Hyung. Setidaknya itulah yang dunia tahu selama ini” rahang Siwon mengeras mendengar yang Henry ucapkan. Tapi dia masih berusaha menahan emosinya. Bagaimanapun Henry adalah dongsaengnya, karena kalau tidak maka mungkin sekarang Siwon sudah melayangkan pukulan ke arah Henry,

“Bukan aku yang menyembunyikannya, tapi Shilla yang ingin sembunyi darimu Hyung”

“Mwo?”

“Ne. Dia ingin sembunyi darimu. Kau tidak tahu kan bagaimana kacaunya dia hari ini?”

“Mworago?”

“Dia tertekan Hyung. Dia tersiksa. Semua pemberitaan tentangnya selama ini. Pemberitaan tentang Hyung. Semuanya mengganggu pikirannya.” Siwon terdiam.

“Dia juga tersiksa dengan semua pemberitaan miring tentangnya. Ia takut kalau semua pemberitaan miring tentangnya dan Hyung bisa menyebabkan karir Hyung hancur. Ia tidak mau itu terjadi”

“……”

“Terlebih ia juga harus mengalami tekanan dari pihak lain”

“Maksudmu? Pihak lain apa?”

“Kim Jieun, dia mengancamnya Hyung”

“Mwo?” tanya Siwon tak percaya.

“Tadi siang Jieun bertemu Shilla. Dan mengatakan kalau Shilla harus menjauhi Hyung kalau tak mau karir Hyung makin hancur.”

Siwon membulatkan matanya. Tak menyangka kalau Jieun bisa bertindak seperti itu.

“Aku tahu ini bukan tempatku untuk bicara. Tapi Hyung harus memikirkan juga perasaan Shilla. Dia selama ini sudah cukup tersiksa. Hyung pikir dengan menikah dengan Hyung itu sudah cukup? Tidak Hyung. Untuk apa menikah dengan orang yang kita cintai kalau kenyataanya tak ada yang tahu. Shilla merasakan itu selama ini Hyung”

“…”

“Mungkin Hyung tidak pernah menyadarinya, tapi Shilla cukup tersiksa.  Akan beda kalau seandainya dunia tahu kalau kau adalah suaminya. Tapi sayangnya tidak kan? Apa yang bisa Shilla perjuangkan? Apa yang bisa Shilla perbuat? Kenyataan kalau ia hanya istri rahasia Hyung, membuatnya ragu”

Siwon masih diam. Ia merasa kini menjadi suami yang benar-benar bodoh. Ia terlalu egois hingga tak pernah memikirkan perasaan istrinya.

“Aku tahu ini tak mudah untuk Hyung. Aku tahu itu. Aku tak memaksa Hyung untuk mengakui Shilla sekarang, mengingat kini karir Hyung sedang tak bagus. Tapi setidaknya pikirkan perasaan Shilla juga. Semuanya tergantung padamu Hyung”

Henry menepuk pundak Siwon. Ia juga tak tega sebenarnya mengatakan semua ini pada Siwon. Tapi ia juga tak mau Hyung-nya ini selamanya tak pernah tahu apa yang Shilla rasakan.

Siwon mendesah berat. “Shilla… dia.. baik-baik saja kan?”

“Ne. Dia baik-baik saja Hyung”

“Setidaknya katakan dia dimana Henry-ya.”

“Dia ada di apartemenku di Apgujeong. “

“Dia sendiri?”

“Ani. Tenang saja. Ada Min ahjuma yang menemaninya”

“Gomawo. Aku tidak tahu kalau tidak ada kau”

“Gwenchana. Dan mianhae Hyung kalau aku tadi bicara kasar.”

“Justru aku harusnya berterimakasih karena kau telah memberitahuku” ucap Siwon. Ia tersenyum tipis ke arah Henry.

“Setidaknya biarkan Shilla tenang dulu Hyung. Nanti aku akan membujuknya untuk kembali pada Hyung”

“Gomawo”

“Ehm”

Henry hendak bangkit ketika ia terhenti karena sebuah telepon. Panggilan dari apartemenya. Ia mengernyit,

“Yoboseyo”

“…”

“Ah Min ahjuma. Waeyo? Ada yang kau butuhkan?”

“,,,,,”

“Mworago?” ucap Henry panik. Siwon hanya menatap Henry heran.

“Tapi dia baik-baik saja kan?.. araseo… ne aku akan kesana”

Henry kemudian mematikan sambungan teleponya. Wajahnya berubah cemas. Membuat Siwon ikut-ikutan cemas,

“Henry-ya waeyo?”

“Hyung.. ehm…”

“Waeyo?”

“Shilla.. dia…” mata Siwon membulat, mendengar nama istrinya di sebut membuat jantung  Siwon berpacu. Seketika ia merasakan kecemasan yang mendalam.

“Shilla? Ada apa dengannya?”

“Shilla….”

 

To be continued….

 

Hahahaha… *kabur dulu ah sebelum digetok..*