I Hate Your Brother Complex Side C

“Eo Shilla-ya kau sudah datang?”

“Ne eomeonim” ucapku sambil membungkuk ke arah wanita paruh baya itu. Eoma Siwon, wanita yang kurasa 2 bulan lagi akan resmi menyandang status sebagai mertuaku.

“Eomeonim abeonim chukae! “ ucapku kemudian memeluk pasangan paruh baya itu. Hari ini aku diundang makan malam acara anniversary mereka. Hanya makan malam kecil-kecilan. Hanya ada keluarga Choi dan keluargaku. Tapi berhubung Appa, Eoma dan Jungsoo Oppa sedang ke tempat haraboji di Busan jadi aku datang sendiri.

“Gomawo Shilla-ya. Kau harus bisa mencontoh kami nantinya. Kalau kau sudah menikah dengan Siwon, kelak kau harus bisa menjadi istri yang baik untuknya. Buat dia tak bisa lepas darimu, seperti suamiku ini” ucap Eomeonim dan sontak membuatku malu.

Istri Siwon Oppa? Aigo bahkan membayangkanya saja sudah membautku memerah.

“Eomeonim mana Siwon Oppa?”

“Eo anak itu.. ah itu dia” ucap Eomeonim kemudian menunjuk ke arah Siwon Oppa yang kini terlihat tengah bercanda dengan Hyon Woo. Mereka telihat akrab bersama. Seketika hati kecilku iri melihat mereka.

Terlihat Siwon Oppa mengacak rambut Hyon penuh sayang. Tatapannya begitu lembut, seolah tatapan kepada adik kandungnya sendiri. Atau mungkin tatapannya berbeda? Ah entahlah.

“Kau cemburu?” ucap Eomeonim yang sontak membuatku terkejut. Darimana ia bisa punya pemikiran seperti itu?

“A..aniyo” ucapku bohong. Ya bohong. Karena sejujurnya aku selalu cemburu tiap kali melihat kedekatan Siwon Oppa dan Hyonie.

Kudengar Eomeonim malah terkekeh pelan. Aish kenapa pula dia begitu? Apa ada yang lucu?

“Tenang saja Shilla-ya”

“Eh?” kini ucapan abeonim yang membuatku bingung. Tenang untuk apa?

“Siwon memang begitu. Dia begitu melindungi Hyonie. Dia sudah menganggap Hyonie sebagai adiknya sendiri meskipun dia hanya sepupu jauhnya.” Ujar Abeonim.

“Tak jarang orang akan melihat mereka seperti kakak adik kandung. Dan yang lebih parah bahkan ada beberapa yang mengira kalau Siwon kami itu menyukai Hyonie. Hahaha lucu sekali”

Aku juga menyangka begitu

“Tapi tidak Shilla-ya”

“Mungkin Siwon memang over protektif terhadap Hyonie. Kami juga menyadarinya. Jadi wajar kalau orang sering menyalah artikan kedekatan mereka.” Tambah Eomeonim.

Terlalu malah.

“Tapi itu semua karena Siwon menyayangi Hyonie. Sebagai adik. Tidak lebih”

“Geurae?” tanyaku halus. Dan langsung dijawab anggukan oleh kedua calon mertuaku itu.

“Sebenarnya ada alasan kenapa Siwon begitu” ucap Eomeonim lagi. Aku mengernyitkan dahiku bingung.

“Itu karena Siwon pernah sekali kehilangan adiknya. Jiwon, anak kedua kami yang meninggal saat umurnya masih 2 tahun saat itu Siwon masih  5 tahun” Eomeonim berhenti sejenak. Seolah menceritakan hal ini membuatnya harus me-recall semua memori menyakitkan.

“Jiwon meninggal karena sebuah kecelakaan kecil. Dan saat itu Siwon yang sedang mengajaknya bermain. Siwon mendorong kereta bayinya Jiwon dan tak sengaja pegangannya lepas dan alhasil kereta bayi Jiwon tergelincir dan Jiwon terjatuh cukup keras.”

“Cukup keras untuk membuatnya meninggal.” Tambah Abeonim. Sekarang dapat kulihat ekspresi kesedihan dari keduanya.

“Mianhae” ucapku lirih.

“Gwenchana. Kami sudah melupakannya. Mungkin memang sudah takdirnya kalau kami hanya boleh mengasuh satu anak saja.” Ucap Abeonim tabah,

“Tapi sepertinya Siwon masih belum bisa melupakannya. Ia masih terlalu kecil untuk mengerti waktu itu. Ia merasa sangat bersalah. Bahkan ia terus-terusan menangis saat mengetahui adiknya meninggal. Ia merasa ini salahnya. Sepenuhnya salahnya.”

Aku tersentak dengan penjelasan eomeonim. Sebegitu kah?

“Ia terus menangis. Dan berkata kalau ia kakak yang jahat. Tak bisa menjaga adiknya. Ia terus menyalahkan dirinya. Dan sepeninggal Jiwon, Siwon berubah. Berubah menjadi begitu pemurung”

“Kami hanya bisa menangis waktu itu. Ia begitu terpukul.”

Aku terkesiap.

“Kami mengasuh Hyonie semenjak ia kehilangan orang tuanya saat masih kecil. Kehadiran Hyonie ternyata membawa pengaruh baik untuk Siwon. Ia kembali ceria lagi dan ia memperlakukan Hyonie seperti adiknya sendiri. Ia begitu menjaga Hyonie, ia ingin menebus kesalahannya terhadap Jiwon, apalagi Jiwon dan Hyonie itu seumuran.”

“Jadi begitu?” ucapku seolah kini mengerti dibalik sifat over protektif Siwon Oppa.

“Ne. Untuk itu kau tenang saja. Siwon tak mungkin menyukai Hyonie. Mereka kan saudara”

“Tapi terkadang aku cemburu dengan kedekatan mereka eomeonim” akuku. Eomeonim dan abeonim malah terkekeh.

“Tidak hanya kau. Bahkan dulu wanita yang mendekati Siwon juga menyerah saat melihat kedekatan putraku dengan Hyonie”

“Eh?”

“Dia tak pernah dekat dengan yeoja Shilla-ya. Semua Yeoja itu angkat tangan saat melihat kedekatan Siwon dan Hyonie. Mereka putus harapan.”

“Jadi maksud Eomeonim, Siwon Oppa tidak pernah memiliki kekasih sebelum ini?”

“Ne. Untuk itu kami menjodohkan kalian. Awalnya kami ragu, takut kalau Siwon akan menolak, mengingat ia selalu menolak tiap kali dijodohkan. Dan takut kalau kau akan bernasip sama seperti yeoja-yeoja itu. Tapi ternyata Siwon menerimamu dan kau masih bertahan sampai sekarang. Kurasa perjodohan kalian memang tepat, keudachi?” ucap Eomeonim yang sontak membuatku bingung.

Aku harus bahagia atau apa ya dengan pernyataan eomeonim itu? Tepat? Benarkah?

“Eoma!”

“Shilla-ya?” kudengar dua buah suara datang menghampiri kami. hyonWoo dan Siwon Oppa. Aku menatap Siwon Oppa sekilas. Aish kenapa aku jadi merasa kikuk begini.

“Kapan kau datang?” ucapnya padaku. Aigo, kenapa dengan jantungku? Kenapa rasanya ia bekerja terlalu berat sekarang. Membuat detakan yang tak biasa.

“Err..ehm..baru saja” ucapku. Aish, kenapa aku  jadi sedikit tergagap begini. Kulihat Eomeonim hanya tersenyum penuh arti. Apa arti tatapannya?

“Kkaja kita makan kalau begitu. Makanannya sudah mau dingin kurasa” ajak Abeonim. Aku hanya menurut saja.

***

“Oppa sudah lama?” tanyaku pada Soo Oppa yang tengah menungguku. Ia kini tengah duduk bersama Hyon Woo dan Siwon Oppa. Ya, kami sedang makan siang bersama. Kebiasaan kami sebenarnya, sering makan siang berempat. Semenjak 5 bulan lalu ketika aku resmi menjadi tunangan Siwon Oppa.

“Baru saja. Kkaja duduklah. Mau pesan apa?” tanya Soo Oppa.

“Terserah saja. Aku ikut Oppa” jawabku.

“Kalau begitu bagaimana kalau seafood saja”

“Jangan Hyung. Hyonie alergi makanan laut” potong Siwon Oppa.

“Aish Oppa. Aku kan Cuma alergi udang. Ikan aku bisa makan kok” rengek Hyonie. Siwon Oppa menggelengkan kepalanya.

“Tetap tidak boleh.”

“Oppa!”

“Jangan merengek Hyonie. Turuti saja. Kau makan makanan lain saja, asal jangan seafood”

Hyon Woo hanya mendengus kesal. Haha lucu juga. Siwon Oppa kemudian mengacak rambut Hyonie gemas. Ya dia memang terlihat begitu memperhatikan Hyonie. Tak heran kenapa ia tak mempunyai kekasih selama ini.

Tak lama pesanan kami datang. Bukan seafood tentu saja. Hanya ddeokbeogi.

“Hyonie mulutmu” ucap Siwon Oppa. Sejurus kemudian ia mengelap bibir Hyon yang belepotan saus ddeokbeogi. Membuatku memalingkan mukaku.

Kenapa rasanya sekarang dadaku begitu panas. Aish, Siwon Oppa berhenti bertingkah yang membuatku cemburu.

Kulirik Soo Oppa yang sepertinya tak jauh beda dariku. Ia meneguk air putih dengan cepat. Kurasa ia juga cemburu. Wajar saja kan?

Aku jadi ragu. Apa benar yang dikatakan emeonim itu benar? Apa benar semua hanya karena Siwon Oppa menganggap Hyon sebagai adik. Atau lebih? Aish mollaseo.

“OMO!” Tiba-tiba Hyon berteriak.

“Waeyo?”

“Aku lupa kalau aku harus ke pabrik di Gangnam. Aigo aku hampir terlambat” ucapnya panik.

“Biar..”

“Biar kuantar” ucap Siwon Oppa cepat. Memotong ucapan Soo Oppa. Aku yakin Soo Oppa juga akan mengatakan hal yang sama.

“Geurae? Kkaja kalau begitu Oppa” ucap Hyon kemudian menarik tangan Siwon. Meninggalkan aku dan Soo Oppa, berdua. Kami hanya mendesah kecewa.

“Oppa” ucapku lemah.

“Hm?”

“Apa kau pikir mereka itu cocok?” tanyaku tak jelas.

“Mungkin” jawab Soo Oppa asal.

“Apa kau pikir Siwon Oppa suka dengan Hyonie?”

“Entahlah. Tapi kalau iya, maka mungkin Hyonie juga begitu”

“Mencintai Siwon Oppa maksudmu? Itu tidak mungkin”

“Kenapa tak mungkin?”

Aku menatap Soo Oppa. “Karena Hyonie menyukaimu Oppa”

“Jangan menghiburku!”

“Aku tidak menghiburmu Oppa. Tapi apa kau tak bisa lihat kalau ia itu mencintaimu? Tch!”

“Aku mana tahu. Dia tak pernah mengatakan kalau ia mencintaiku”

Pletakkk

“hya! Kenapa memukulku?” protes Soo Oppa saat aku menjitaknya.

“Mana mungkin dia mengatakan kalau mencintaimu. Kau yang harus mengatakan cintamu dulu. Samapai kapan kau akan bertahan untuk tak mengatakan perasaanmu?”

“Aku masih ragu saeng”

“Ish! Dia mencintaimu Oppa. Tidakkah kau bisa lihat itu? Dari sorot matanya aku tahu dia mencintaimu. Aku wanita jadi aku tahu.”

“Geurae?”

“Ehm. Maka dari itu cepat kau jadikan Hyonie milikmu. Dengan begitu kurasa aku bisa memiliki Siwon Oppa seutuhnya”

“Aish ternyata kau mengatakan ini karena ada maunya. Dasar!” aku hanya menjulurkan lidahku. Tapi sungguh aku tak bohong kalau Hyonie itu menyukai Soo Oppa. Aku bisa jamin itu. Kurasa kalau Oppaku yang satu itu berani menyatakan perasaanya pasti Hyon akan menerima dengan senang hati.

***

Kupatut diriku di depan cermin. Hari ini aku ulang tahun. Oke, aku bukan lagi seorang anak kecil yang begitu mengharapkan kado tiap ulang tahun. Tidak. Hanya saja tadi entah kesambet setan baik darimana Siwon Oppa mengajakku dinner.

Ini pertama kalinya. Catat, PERTAMA KALI.

Semenjak kami bertunangan ia tak pernah mengajakku dinner. Kencan apalagi. Makanya aku begitu antusias saat tadi ia mengajakku dinner. Dan dihari spesialku ini lagi.

Yang aku heran adalah kenapa ia janji bertemunya di taman? Kenapa ia tak langsung menjemputku di rumah? Apa dia malu? Ah mungkin.

Aku menghembuskan napasku. Apa aku sudah tampil cantik? Apa dandananku tidak berlebihan? Apa aneh?

“Neomu yeppo” ucap Soo Oppa tiba-tiba.

“Jinja?”

“Ehm. Aku yakin setelah ini Siwon akan langsung melamarmu.” Candanya. Aku memukul lengannya pelan.

“Jangan menggodaku. Aku pergi dulu Oppa” pamitku.

“Ne. Hati-hati. Nikmati dinnernya” godanya lagi. Tapi kuacuhkan.

***

Sedari tadi aku hanya menggerutu kesal. Di malam yang dingin ini, udara terasa begitu menusuk kulit. Terlebih aku yang haya mengenakan gaun selutut. Ish ini membuatku nyaris mati kedinginan.

Dan tahu apa yang membuatku kesal? Tunanganku yang baik hati itu sudah tega membuatku menunggu selama 3 jam. 3 jam!!!

Dan ini sudah jam 10 malam. Gila. Apa yang ia pikirkan? Apa ia lupa? Atau terjadi sesuatu?

Aish choi Siwon kau benar-benar menguji kesabaranku. Kucoba hubungi ponselnya lagi. Tapi sama seperti beberapa jam lalu saat aku menghubunginya, nomernya tidak bisa dihubungi.

Apa jangan-jangan dia kenapa-napa? Apa terjadi sesuatu? Apa mungkin saat hendak datang kesini ia mengalami…

Aigo, apa yang kupikirkan? Tidak mungkin. Choi Siwon kau dimana?

Aku tak tahu harus bagaimana lagi sekarang. Ponsel Siwon benar-benar tak bisa dihubungi.

Eomeonim? Ah benar. Aku hubungi eomeonim saja.

“Yoboseyo eomeonim”

“Eo Shilla-ya. Tumben malam-malam telepon. Waeyo?” ucap Eomeonim di seberang sana.

“Siwon Oppa.. “

“Kau mencari Siwon? Dia tidak dirumah sayang”

“Eh? Oppa pergi kemana?”

“Tadi dia menjemput Hyonie di book strore”

“Hyonie?” ucapku tak bisa menghindari rasa kecewaku.

“Ne. Sudah dari tadi kurasa ia pergi. Dan sampai sekarang belum kembali”

“Geuraeyo?” ucapku lemah.

“Ne. Waeyo? Kau ada janji dengan Siwon?”

“Ani. Aniyo.” Ucapku bohong. “Kalau begitu selamat malam eomeonim” ucapku memutus sambungan.

Aku terduduk lemas di bangku taman yang selama 3 jam ini sudah menjadi saksi bisu kekesalanku. Dan sekarang aku tak bisa menyembunyikan tangisku ini.

Kau menyebalkan Siwon Oppa. Aku menunggumu selama 3 jam dan kau malah melupakan janjimu?

Apa aku benar-benar tak berarti hingga kau tak peduli?

“Arghhhh! Napeun namja!” teriakku kesal. Kulepas heels ku yang serasa semakin menyiksaku ini. Kulempar entah kemana. Aku tak peduli.

“Kau menyebalkan Choi Siwon!” teriakku lagi. Tak peduli, toh kurasa tak ada orang gila yang akan datang ke taman semalam ini. Kecuali aku. Ya aku memang sudah gila. Gila karena membiarkan seorang Choi Siwon itu membuatku menunggu tak jelas.

Aku berjalan tanpa heelsku. Dengan kaki telanjang aku berjalan gontai menuju rumah. Aku tak merasakan dingin yang beberapa saat lalu menyerangku tanpa ampun. Rasanya kini suhu tubuhku begitu panas karena amarah.

TIN TIN

Kudengar sebuah klakson mobil. Kuacuhkan. Masa bodoh kalau sekarang mobil itu mau menabrakku. Aku sudah tak bisa berpikir untuk minggir lagi.

Ttiba-tiba saja mobil itu berhenti di depanku. Maunya apa mobil itu? Mau menculikku? Ah aku tak peduli.

Tapi tunggu dulu, bukankah itu mobil Siwon Oppa?

“Shilla-ya” panggilnya. Rasanya melihat wajahnya sekarang membuatku ingin melemparnya dengan sepatu. Ah tapi sayang heelsku bahkan sudah kubuang tadi. Aku hanya bisa menatapnya tanpa ekspresi.

“Shilla-ssi!”

Eo? Aku mendengar suara yeoja. Siapa?

“Kim Myunseo?” ujarku tak percaya. Dia adalah karyawan Siwon oppa. Sedivisi denganku.

“Ne. Mianhae harus ikut mobil Siwon-ssi. Tadi dia melihatku sedang menunggu bis yang tak kunjung datang di halte, lalu menawariku bersama karena kebetulan rumahku searah. Kau tidak keberatan kan Shilla-ssi?” jelasnya.

Aku terpana. Siwon Oppa begitu baik pada orang lain. Tapi kenapa rasanya ia begitu jahat padaku?

“Tak masalah” jawabku lirih.

“Masuklah Shila-ya” pinta Siwon Oppa. Aku hanya megikuti perintahnya. Tanpa menatapnya sedikitpun.

Myunseo terlihat keluar dari mobil. “Kau di depan Shilla-ssi” ujarnya yang hendak bertukar tempat ke kursi belakang,

“Tak perlu. Aku di belakang saja.” Ucapku dan langsung mengambil duduk di belakang. Berdekatan dengan Siwon Oppa hanya akan membuatku semakin naik darah.

Sepanjang perjalanan aku hanya diam. Malas sekali mengobrol. Dan memang sedari tadi tak ada percakapan sedikitpun di dalam mobil ini. Hingga akhirnya kami sampai di rumah Myunseo menyisakan aku dan orang yang begitu kubenci ini.

“Pindah depan Shilla-ya” perintahnya. Tapi aku hanya diam. Setelah apa yang ia lakukan hari ini kurasa ia tak punya hak untuk memerintahku.

Kudengar dia hanya menghela napas saat aku sama sekali tak membuka suara. Kami kembali dalam keheningan. Aku hanya memandang keluar jendela, memperhatikan gelapnya malam yang sama sekali tak menarik. Itu lebih baik daripada aku melihat muka Siwon oppa sekarang.

Pada akhirnya mobil Siwon Oppa berhenti di depan rumahku. Aku menarik tubuhku keluar dari mobilnya. Tanpa memandangnya sedikitpun. Aku terlalu kesal kurasa.

“Shilla-ya” panggilnya yang memaksaku untuk menghentikan langkahku. Meski kini aku sama sekali tak memandangnya.

“Mianhae” lanjutnya. Tapi apakah semudah itu meminta maaf? Setelah apa yang ia buat hari ini?

Kupikir ia akan memberiku kejutan spesial di hari ulang tahunku ini. Mengajakku makan malam dan melakukan kencan romantis. Tapi kurasa aku terlalu berharap. Itu semua tidak mungkin.

“Tadi aku harus menjemput Hyonie dulu.”

“Kemana?” ujarku datar tanpa memandangnya.

“Book Store”

Book store? Tapi haruskah selama itu? Selama tiga jam ia membiarkanku menunggunya. Hanya demi menjemput Hyonie di book store? Tidak masuk akal.

“Hm. Araseo. Sekarang pulanglah. Kurasa Hyonie juga sudah menunggumu dirumah” ucapku sarkastik. Entahlah tapi rasanya aku begitu marah sekarang.

“Hyonie menginap di sahabatnya, tadi aku mengantarnya setelah dari book store” jelasnya. Oke sekarang aku tahu kenapa ia membuatku menunggunya begitu lama. Karena ia juga harus mengantarkan Hyonie ke sahabatnya.

Aku hanya bisa diam. Meski kini tak kupungkiri hatiku terluka.

“Soal Myunseo tadi aku hanya kebetulan ketemu di jalan makanya aku sekalian memberi tumpangan” lanjutnya lagi.

“Aku tak peduli.” Ujarku singkat.

“Shilla-ya mianhae..”

“Pulanglah!”

“Shilla-ya” ucapnya kemudian menahan lenganku. Dan dengan sigap kuhempaskan begitu saja.

“Aku benar-benar minta maaf kau jadi menunggu lama”

“Apa pedulimu Oppa?”

“Ne?”

“Apa pedulimu kalau aku menunggu lama? 3 jam atau seharian apa kau peduli?”

“Shilla-ya aku..”

“Kau memang baik Oppa, aku akui itu. Tapi pada orang lain tidak denganku. Kenapa? Apa kau membenciku?”

“Aniyo Shilla-ya.. jangan berpikiran seperti itu”

“Lalu kenapa? Kenapa kau membuatku menunggu begitu lama?” tanyaku yang sudah mulai kehilangan kendali diriku. Tapi rasanya aku sudah cukup menahan emosiku sedari tadi.

“Mianhae. Hanya saja tadi Hyonie membutuhkanku.”

“Hyonie? Tch! Kau benar! Kau selalu memperhatikannya. Apa-apa Hyonie. Semuanya Hyonie. Tapi pernahkah kau memperhatikanku?”

“Shilla-ya Hyonie itu adikku. Jadi wajar kalau aku..”

“Ne aku tahu. Dia adikmu. Kau pantas memperhatikannya. Tapi bisakah kau tadi menghubungiku? Bisakah kau bilang kalau mungkin kau akan terlambat?”

Dia hanya menundukkan kepalanya. Menyebalkan! Bahkan ia tak pernah berpikiran begitu kan?

“Kau tahu Oppa? Aku seperti orang gila menunggumu. Tidak ada kabar darimu. Kukira terjadi sesuatu. Tapi apa? Aku salah mengkhawatirkanmu”

“…..”

“Kau berhasil Oppa. Berhasil mengacaukan hariku. Berhasil mengacaukan hari yang seharusnya menjadi hari bahagiaku. Bodohnya aku yang mengira kau akan menepati janjimu. Aku bodoh. Aku terlalu berharap”

“Shilla-ya..”

“Apa kau peduli padaku? Apa sedikit saja kau khawatir padaku? Menunggumu sendiri di taman. Di malam hari Oppa. Apa kau pernah berpikir bagaimana kalau aku kedinginan? Bagaimana kalau terjadi sesuatu denganku? Bagaimana kalau tiba-tiba aku diganggu orang saat menunggumu? Pernahkah kau pikirkan itu? Tidak? Kau memang tidak pernah peduli padaku”

Dia hanya diam. Jadi semua yang kukatakan itu benar? Sejahat itukah dirimu?

“Kita akhiri saja” ucapku lagi. Entah darimana kata-kata itu keluar.

“Mwo?”

“Aku tak akan sanggup untuk meneruskan pertunangan kita” kini rasanya hatiku sakit setelah mengatakan itu.

“Shilla-ya jangan bercanda!”

“Aku tidak bercanda”

“Keundae orang tua kita pasti akan kecewa”

“Orang tua? Itukah alasannya? Karena orang tua? Kau memang tak pernah memikirkan perasaanku Oppa. Tak pernah”

“Shilla-ya..”

“Aku… tak ingin menikah dengan orang yang tak pernah mencintaiku. Jadi lupakan pertunangan kita.” Ucapku meski kini rasanya hatiku bagai tertusuk oleh ucapanku sendiri.

Kuraih cincin yang selama ini melingkar di jari manisku. Ku dekati Siwon Oppa dan kuberikan cincin itu untuknya. Ia hanya terdiam.

“Its over…Oppa” ucapku lirih. Rasanya air mataku hendak berontak sekarang ketika melihatnya hanya diam memandangku.

Perlahan aku memasuki rumahku.

Lihat kan? Dia bahkan tidak mencoba menahanku. Tidak mempertahankanku. Dia memang tak pernah mencintaiku.

Aku meringsut di lantai. Pertahananku runtuh. Air mataku mengalir begitu saja.

Dia tak mencintaiku. Dia tak pernah bisa mencintaiku.

Mungkin aku akan menyesali semua ucapanku barusan. Melepas begitu saja orang yang aku cintai. Itu sulit. Tapi aku juga tak akan bisa terus bertahan di sisinya kalau ia sama sekali tak  mencintaiku. Tak akan bisa.

To be continued..

Hehe.. makin gaje ya?? Emang.. aneh? Kurasa begitu.. maaf ya.. otak saya lagi entah kemana… haha…

Semoga next part lebih baik deh (?)..