Two Faces Side 10

Shilla merapikan berkas-berkas yang akan ia jadikan  bahan meeting dengan Choi Corp besok. Perutnya sudah memberi aba tapi Shilla abaikan. Dari pagi tadi memang ia belum sarapan, ia memang sering tidak memperhatikan jadwal makannya mengingat kesibukannya yang memaksanya melupakan waktu makannya..

“Jung-ssi” Shilla mendongakkan kepalanya dan menatap sekretarisnya yang memanggilnya.

“Ne?”

“Anda kedatangan tamu”

“Nugu?”

“Na-ya” ucap sebuah suara yang kini sudah berdiri diambang pintu ruangan Shilla. Shilla sedikit terkejut dengan kehadiran orang itu. Orang yang bahkan tak pernah ia harapkan untuk mengunjunginya di kantornya.

“Eo.. Choi Hana-ssi? Ada apa seorang Nyonya Choi datang jauh-jauh ke Jung Corp? tidakkah ada yang penting?” ucap Shilla. Terdengar lembut bagi orang lain tapi tidak untuk Hana. Nada itu terdengar mengejek di telinga Hana.

“Keureom. Apakah GM Jung Corp ini ada waktu untuk menemaniku berbincang?”

“Tentu saja. Ajakan dari seorang Choi Hana sangatlah tidak pantas untuk diabaikan, bukan?”

“Gomawo” ucap Hana singkat. Keduanya kini saling menatap tajam.

“Sekretaris Han, bisa tinggalkan kami berdua?” ucap Shilla. Sekretarisnya itu hanya mengangguk singkat kemudian meninggalkan mereka berdua di ruangan Shilla.

“So, untuk apa seorang Choi Hana jauh-jauh kesini? Sepertinya kau begitu tertarik padaku hingga terus memintaku bertemu” ejek Shilla. Hana hanya tersenyum singkat.

Hana menatap Shilla tajam. “Apa..yang kau katakan pada Minsu?”

Shilla menyeringai kecil. “Rupanya  ajudan sudah melapor pada majikan? Cepat sekali” ejek Shilla. Hana terlihat mendengus kearah Shilla.

“Apa yang sebenarnya kau inginkan Park Shilla?”

“Don’t call me Park Shilla. Park Shilla is dead 6 years ago” ucap Shilla tajam. Hana menyeringai kecil.

“Oke, I get it..Jung..Shilla” ucap Hana penuh penekanan. “So tell me what you want?” lanjutnya. Shilla menatap wanita paruh baya itu penuh kebencian.

“Menghancurkanmu tentu saja. Setelah apa yang kau lakukan. Setelah kau berhasil menghancurkan hidupku, apa kau pikir aku akan membiarkanmu hidup tenang? Tidak akan”

“Kurasa hidupmu jauh lebih baik sekarang. Jadi untuk apa kau mengganggu hidupku?”

Shilla terkekeh pelan. “Lebih baik? Kau salah. Lagipula apa menurutmu aku akan melupakan begitu saja upaya pembunuhan yang kau lakukan padaku? Tidak akan pernah Choi Hana”

“Kalau begitu kenapa kau tidak melaporkanku ke polisi waktu itu?” tantang Hana. Shilla lagi-lagi tertawa mengejek.

“Bukankah itu terlalu mudah Choi Hana? Menjebloskanmu ke penjara itu terlalu gampang. Aku lebih suka menyiksamu perlahan sebelum akhirnya aku melihatmu mendekam di penjara. Bukankah itu akan lebih dramatis?”

Hana menatap tajam Shilla. “Just in your dream  Miss Jung. Kau tak pernah bisa melakukan apapun untuk mengusikku”

“Geurae? Tapi kurasa kau sekarang sudah mulai cemas,, keudaechi? Akui saja Choi Hana-ssi”

“Kau ini terlalu percaya diri Jung Shilla-ssi. Aku bahkan tak takut sedikitpun padamu”

“Oh ya? Tapi sayangnya kau harus takut padaku Choi Hana-ssi. Karena…aku bahkan sudah bisa mengendalikan suamimu itu” ucap Shilla sembari tersenyum mengejek kea rah Hana.

“Apa maksudmu?”

“You’ll see.” Ucap Shilla menggantung. Membuat Hana semakin tak mengerti dengan apa yang musuhnya itu katakan.

“Kalau kau sudah tak ada urusan lagi, maka aku permisi untuk rapat Choi Hana-ssi. Dan pintu keluarnya ada disana” tunjuk Shilla pada pintu di ruangannya. Menyuruh secara halus Choi Hana untuk pergi.

“Ara, hanya  ingat satu hal Miss Jung. Aku tak akan membiarkanmu berhasil mengusik hidupku” ucap Hana kemudian menutup pintu ruangan Shilla dengan kasar. Shilla hanya bisa mendengus.

***

Siwon menggigit bibir bawahnya. Entah kenapa ia ragu untuk keluar dari mobilnya. Ia kini berada di depan sekolah Jungwon. Lengkap dengan penyamarannya.

Berita heboh tentang pertunangannya membuatnya tak bisa hidup tenang dua hari belakangan ini. Mau tak mau ia harus selalu menggunakan penyamaran setiap keluar.

Siwon kini bisa melihat Jungwon dan Minmi keluar gerbang sekolah mereka bersamaan. Ia bisa melihat tawa dari kedua bocah berumur 5 tahun itu.

Siwon keluar dari mobilnya. Ia menyambut kedua anak itu dengan senyumannya. Minmi langsung berhambur kearah Siwon. Sementara Jungwon hanya diam mematung.

“Jungwon-ah anyeong” sapa Siwon riang. Jungwon menatapnya sekilas kemudian mengangguk.

“Bagaimana sekolah kalian? Kau tidak nakal kan Min-ah?” Tanya Siwon.

“Tentu saja tidak. Ahjusi ayo pulang Min sudah laparrrr” rengek Minmi. Siwon terkekeh ringan. Ia melirik Jungwon yang masih diam di tempatnya.

“Jungwon-ah ayo ahjusi juga antarkan kau pulang” ucap Siwon. Diluar dugaanya Jungwon menggelengkan kepalanya. Tak biasanya.

“Gomawo ahjusi. Tapi Jungwon bisa pulang sendiri” tolak Jungwon. Siwon tersentak. Tak biasanya Jungwon menolaknya. Apalagi dari nada suaranya barusan terdengar sedikit dingin.

“Waeyo Jungwon-ah? Apa sudah ada yang menjemputmu?” Tanya Siwon penasaran.

“Aniyo. Keundae… ehm…Jungwon ingin ketempat Sungrin ahjuma”

“Kalau begitu biar ahjusi mengantarmu, eo?”

“Tidak perlu,. Rumah Sungrin ahjuma dekat dari sini. Anyeonghi gyeseyo ahjusi” pamit Jungwon, terkesan dingin. Ia kemudian berjalan meninggalkan Siwon dan Minmi. Siwon hanya menatap Jungwon bingung.

Kenapa ia dingin begitu?

“Min-ah! Apa Jungwon sedang marah?” Tanya Siwon pada keponakan perempuannya itu.

“Molla. Setahuku tadi Jungwon baik-baik saja. Memangnya kenapa?”

“Ah? Aniyo”

Tapi kenapa ia terlihat marah? Apa aku membuat salah?

***

Hana membulatkan matanya ketika ia melihat sebuah berkas di meja kerja suaminya. Ia benar-benar tak percaya dengan apa yang ia lihat.

“Yeobo..” panggil sebuah suara berat nan berwibawa. Choi Kiho. Ia menatap istrinya yang kini terdiam mematung sambil menatap horror sebuah berkas ditangannya.

Hana mengalihkan pandangannya. Ia bisa melihat suaminya itu kini berjalan kearahnya.

“Ige mwoya? Katakan ini tidak benar yeobo” ucap hana. Ia menunjuk pada berkas yang tengah dipegangnya.

Kiho melirik sekilas berkas itu, berkas perjanjian penjualan saham kepada Jung Corp. kiho mendesah singkat.

“Aniyo, itu benar” ucap Kiho singkat. Hana makin tak percaya dengan semuanya.

“Neo micheoseo? Kenapa harus menjual saham itu?”

“Keuangan kita sedang tidak baik dan Jung Corp satu-satunya yang bisa membantu”

“Keundae kenapa harus Jung Corp? apa tidak ada cara lain? aish jinja”

“Ani.”

Damn! Ini pasti ulah wanita itu. lihat saja kau Jung Shilla aku akan membalas semuanya.

***

Siwon menarik napasnya. Sebuah tepukan di pundaknya membuatnya menolehkan kepalanya.

“Hyung..” ucapnya pada sosok namja yang tak lain adalah managernya itu.

“Sudah siap?” Tanya Junghoon pada Siwon. Siwon mengangguk mengiyakan.

“Lima menit lagi conference dimulai” lanjut managernya itu. siwon mengangguk paham.

Drt drt

Siwon merogoh ponsel yang kini bergetar itu. eoma?

“Yoboseyo Eoma”

“Siwon-ah! Neo eodiga?”

“Di gedung KBS eoma”

“KBS? Untuk apa? Bukankah dramamu itu dari SBS?” tnya Hana penasaran.

“Pers Conference eoma”

“Mwo? Untuk apa?”

“Untuk apa? Maksud Eoma? Tentu saja untuk mengklarifikasi tentang berita pertunangan itu.” jawab Siwon.

“Andwe! kau tidak boleh melakukannya Siwon-ah”

“Mwo? Waeyo? Jelas-jelas itu tidak benar Eoma”

Hana menghela napasnya. “Dengar Siwon-ah, justru ini bagus untuk hubungan kalian. Manfaatkan saja momen itu agar kau dan Minsu benar-benar bisa berlanjut ke tahap yang lebih tinggi. Eoma juga ingin  melihat kalian benar-benar bersama.”

“Eoma kita sudah pernah membahas ini bukan? Aku tidak akan menikah dengan siapapun lagi” ucap Siwon mantap.

“Hanya demi wanita yang mengkhianatimu kau jadi seperti ini? Sadarlah Siwon. Dia tak pantas untuk itu”

“Eoma bukan itu. ah sudahlah kau tak akan mengerti Eoma.”

“Siwon-ah..”

“Conference nya akan segera dimulai Eoma.” Ucap Siwon kmeudian menutup sambungan teleponnya. Tak mempedulikan kalau di seberang sana Eomanya itu tengah mengumpat kesal.

—

Sorot kamera kini yang Siwon hadapi. Ia sendiri tak tahu kenapa ia begitu ingin mengadakan klarifikasi ini. Biasanya kalau ada gossip ia lebih memilih diam dan menunggu gossip itu hilang dengan sendirinya.

Tapi sekarang berbeda. Ia begitu ingin melakukan klarifikasi itu. ia hanya ingin dunia tahu kalau ia memang tak ada hubungan apapun dengan Minsu. Ia hanya ingin….Shilla dan Jungwon tahu.

Untuk alasan apa ia tak tahu. Tapi ia merasa dengan berita ini, ia membuat kedua orang itu terluka.

Mungkin Eoamnya benar, kalau Shilla tak pantas untuk Siwon pedulikan. Hanya saja logika dan hati Siwon kini berjalan tak selaras. Mungkin logikanya memang membenci Shilla tapi ia tak bisa memungkiri kalau hatinya masih mengharapkan wanita yang pernah ia nikahi…masih ia nikahi.

Siwon merasakan senggolan di lengannya. Tanda dari Junghoon agar ia segera memulai conference ini. Siwon mengangguk paham.

“Seperti yang semua tahu kalau saya berada disini untuk mengklarifikasi berita yang akhir-akhir ini cukup mengganggu pikiran saya” mulai Siwon. Para wartawan itu masih menunggu kelanjutan cerita Siwon.

“Dan dengan conference ini saya ingin mengatakan kalau semua pemberitaan itu tidak benar. Saya tidak akan bertunangan dengan siapapun dalam waktu dekat ini” lanjut Siwon. Seketika mulai terdengar puluhan wartawan yang mulai berbisik satu sama lain.

“Lalu perihal gedung dan tanggal pertunangan itu? apa respon Anda Siwon-ssi? Dan hal itu seperti sebuah kenyataan bukan rekaan semata”

“Saya juga tak mengerti kenapa bisa ada hal seperti itu. jujur saya sama sekali tak mengerti. Tapi bisa saya pastikan tidak ada apapun. Saya dan Minsu tidak akan bertunangan.” Jawab Siwon.

“Lalu sebenarnya apa hubungan Anda dengan Kang Minsu-ssi?”

“Tidak ada hubungan yang berarti. Kami bisa dibilang sahabat. Dan lagi saya dan Minsu sudah seperti kakak dan adik. Jadi saya rasa sedikit aneh kalau saya bertunangan dengannya”

“Kalau begitu adakah wanita lain yang sedang dekat dengan Siwon-ssi sekarang?”

“Eopseo” jawab Siwon singkat.

“Saya rasa sampai disini conference kali ini. Terimakasih untuk semua wartawan yang hadir, kami permisi” kini Junghoon ikutan bicara. Mengakhiri conference yang dirasanya sudah out of topic itu.

***

Jungwon masih menatap layar televise itu. sebuah senyuman kini menghiasi bibirnya.

“Kenapa sayang? Kau bahagia?” Shilla bertanya langsung pada Jungwon.

“Ehm”

“Sudah Eoma bilang kan? Berita tentang Appa itu tidak benar.” Ucap Shilla. Ia sedari tadi memang menemani Jungwon menonton televise. Tapi tak disangka ternyata di televise itu tersiar klarifikasi dari Siwon. Sama seperti Jungwon, Shilla juga lega mendengar conference itu.

“Ne. jungwon jadi merasa bersalah dengan Appa”

“Merasa bersalah? Memangnya apa yang kau lakukan dengan Appa?”

“Jungwon..tadi siang cuek dengan Appa” aku Jungwon.

“Cuek? Wae?”

“Jungwon hanya kesal dengan Appa. Jungwon pikir kalau Appa benar-benar menyukai wanita itu.” ucap Jungwon. Shilla mengelus rambut anaknya itu.

“Kau tak boleh begitu, ne?”

“Eo. Lain kali kalau aku bertemu Appa lagi aku akan meminta maaf..keundae….” Jungwon menhentikan ucapannya. Kini Shilla bisa melihat perubahan ekspresi dari anaknya itu.

“Kenapa sayang?”

“Keundae.. bagaimana kalau ternyata Appa tidak mau bertemu Jungwon lagi? Bagaimana kalau Appa marah karena Jungwon bersikap dingin dengan Appa?” ucap Jungwon khawatir. Shilla tersenyum lembut kearahnya.

“Appa tak mungkin seperti itu. appa menyayangi Jungwon. Percayalah pada Eoma”

“Geurae?”

“Ehm” ucap Shilla meyakinkan.

“Ah, bagaimana kalau kau sms Appamu saja Wonie? Bukankah kau memiliki nomer Appa?” usul Shilla. Seketika wajah Jungwon berubah cerah.

“Ah benar. Woa neomu saranghae Eoma”

***

“Jungwonie!” panggil Shilla begitu memasuki rumahnya. Ia disambut oleh anak semata wayangnya itu.

“Eoma!” pekik Jungwon kemudian memeluk Siwon singkat.

“Eoma pegopa!” lanjutnya. Shilla memandang anaknya itu.

“Kau belum makan? Sungrin ahjuma tidak memberimu makan memangnya?” Tanya Shilla khawatir. Jungwon hanya menggeleng.

“Jungwon lebih suka masakan Eoma daripada masakan koki di caffe Sungrin ahjuma” aku Jungwon. Shilla tersenyum mendengarnya. Meski ia tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Ini sudah pukul delapan malam dan anaknya itu masih belum makan malam.

“Ara. Kkaja kita makan kalau begitu.. eoma masakkan sesuatu untukmu dulu. Tapi sambil menunggu Eoma masak kau bisa makan apel atau yang lainnya untuk mengganjal perutmu dulu, ne?”

“Yes ma’am” ucap Jungwon patuh. Ia kemudian menuju kulkas dan meraih sebuah apel dan langsung menggigitnya. Sementara Shilla menuju kedapur untuk menyiapkan masakan untuk anaknya itu.

Omo!

Shilla memegang perutnya yang tiba-tiba seperti berkontraksi itu. Perih. Kalau jungwon belum makan dari siang maka Shilla bahkan belum makan dari pagi tadi. Satu-satunya makanan yang masuk ke perutnya hari ini hanyalah sesisir roti. Entahlah tapi beebrapa hari belakangan ia memang sering men-skip makanannya. Ia terlalu sibuk sepertinya.

“Eoma kenapa pulang semalam ini?” Tanya Jungwon yang kini berdiri di belakang Shilla yang tengah memotong sayuran.

“Mianhae sayang. Eoma sibuk di kantor tadi. Ada rapat sampai sore tadi.”

“Eoma tidak lelah?”

“Aniyo. Eoma mulai terbiasa dengan kesibukan ini sayang”

“Tapi Eoma tak boleh terlalu lelah, eo? Daddy bilang kalau Jungwon harus melapor padanya kalau Eoma sudah mulai kelelahan.” Shilla terkekeh kecil mendengar ucapan Jungwon.

“Gwenchana sayang. Jangan terlalu khawatir dengan Eoma. Dan kau tak perlu melaporkan pada Daddy tentang semua ini”

“Ehm. Tapi awas saja kalau Eoma sampai kelelahan Jungwon tidak hanya melaporkan pada Daddy tapi juga pada halmeoni dan haraboji” ancam Jungwon. Shilla terbahak mendengar anaman Jungwon.

KLONTANG..

Shilla tak sengaja menjatuhkan penggorengan yang dipegangnya. Perutnya semakin terasa melilit sekarang. Ia menggigit bibir bawahnya berusaha mengurangi perih yang kini menderanya.

“Eoma? Gwenchana?” Tanya Jungwon khawatir. Ia memperhatikan Eomanya yang kini memejamkan matanya.

“Eoma?”

“Huh..gwenchana sayang.”

“Lalu kenapa Eoma seperti kesakitan? Eoma sakit? dan kenapa berkeringat Eoma?” cemas Jungwon. Ia memandang Eomanya itu intens.

Shilla menyunggingkan senyumnya, lemah. “Gwenchana. Tadi Eoma hanya… kram. Ya..tangan Eoma tadi kram itulah kenapa tadi Eoma tak sengaja menjatuhkan pengorengan ini. Tapi sekarang sudah tidak apa-apa sayang” kilah Shilla.

“Geurae?” tanya Jungwon.

“Ehm” ujar Shilla. Ia kemudian mengambil penggorengan yang ia jatuhkan dan menaruhnya diatas kompor.

“Wonie tidak apakan kalau Eoma Cuma masakkan omelet? Eoma tahu kamu pasti sudah sangat lapar, eo?” ucap Shilla.

“Gwenchana. Yang penting itu masakan Eoma” ujar Jungwon. Shilla terkekeh ringan mendengarnya, mengabaikan rasa sakit yang masih biasa ia rasakan di perutnya.

“Eoma..”

“Hm?”

“Kenapa kau masih berkeringat? Eoma benar tidak apa-apa?” Shilla sedikit terhenyak. Ia buru-buru menghapus keringat yang menetes dipelipisnya.

“Tentu saja Eoma berkeringat. Eoma kan sedang memasak sayang. Panas dari kompor ini membuat Eoma berkeringat” jelas Shilla. Bohong tentu saja.

“Nah sayang. Ambilkan piring, eo? Omeletnya sudah matang” suruh Shilla. Jungwon hanya bergumam mengiyakan dan mengambil piring. Shilla kemudian menaruh omelet buatannya dalam piring itu.

“Makanlah!” titah Shilla lagi. Jungwon mengangguk semangat. Detik berikutnya ia sudah menyantap makanannya dengan lahap. Shilla kemudian mengambil duduk disebelah anaknya itu. belum sempat ia menyentuh makanannya sebuah dering ponsel menghentikan aktivitasnya.

Shilla mengambil ponselnya. Nama Choi Hana terpampang dilayar ponselnya.

Choi Hana? Untuk apa wanita itu meneleponku malam-malam?

Shilla kemudian berjalan menjauh dari Jungwon. Tak ingin anaknya itu mendengar percakapan Eomanya.

“Yoboseyo” sapanya. Hana berdecak di ujung sana.

“Kau ini benar-benar serius, ne?”

“Serius? Tentang apa?”

“Tch! Tak perlu berlagak bodoh. Apa maksudmu dengan membeli saham suamiku?” Tanya Hana langsung. Shilla bisa mendengar nada frustasi dan marah dari balik ucapan Hana.

“Kenapa memangnya? ada yang salah?” Tanya Shilla pura-pura polos.

“Apa tujuanmu sebenarnya?” ucap Hana tajam.

“Bukankah sudah pernah kukatakan? Aku hanya ingin melihatmu menderita Choi Hana-ssi” kata Shilla sambil memegang perutnya. Rasa perih itu masih bisa ia rasakan bahkan kini rasanya lebih parah.

Damn! Kenapa sesakit ini?

“Tidakkah kau ini punya malu? Merebut saham dari mantan mertuamu? Tidakkah itu sangat tidak etis?” lanjut Hana di seberang sana.

“Merebut? Sepertinya kau salah Choi Hana-ssi. Abeoni sendiri yang dengan suka rela menyerahkan saham itu untuk kubeli. Lagipula perlu kau ingat aku masih menantunya, bukan?”

“Nonsense”

“Tidak percaya? Tanyakan saja langsung pada abeonim” keringat mulai membasahi wajah Shilla. Jelas kalau kini ia tengah menahan sakit di daerah sekitar lambungnya.

“Akan kugagalkan apapun rencanamu itu Jung Shilla”

“Oho begitukah? Wow I’m scared.” Ucap Shilla setengah mengejek. Ia bisa mendengar dengusan kesal dari Hana di seberang sana.

“Neo jinja..”

“Calm down Choi Hana-ssi. Sekarang lebih baik kau berdoa saja supaya hari-hari mu kedepan menyenangkan. Karena bisa aku pastikan setelah ini kau tak akan tersenyum lagi”

“Neo..”

PIP PIP

Shilla langsung mematikan sambungan ponselnya. Bukan karena ia tak mau mendengar ocehan Hana atau complain dari wanita yang ia benci itu. tapi rasa sakit di perutnya sudah tak bisa ia tahan lagi. Ia hanya tak ingin Hana diseberang sana mendengar erangan kesakitannya.

Shilla memegang perutnya yang rasanya seperti diremas-remas itu. begitu menyakitkan dan kini keringat dingin benar-benar membanjiri wajahnya.

Argh! Kenapa denganku?

Shilla terduduk di lantai. Ia berusaha mengatur napasnya. Tapi rasanya rasa sakit di perutnya nyaris membuatnya sesak.

“Eoma! Kenapa lama sekali teleponnya?” Shilla bisa mendengar suara Jungwon. Ia bisa mendengar derap langkah Jungwon yang mendekatinya.

Tidak! Jangan kesini Jungwonie!

“Eoma!” pekik Jungwon ketika ia melihat Shilla nyaris pingsan. Ia berlari mendekati Eomanya itu,.

“Eoma gwenchana? Waegurae Eoma?” panik anak lima tahun itu.

“Gwe,,gwenchana..” ucap Shilla terbata. Kenyataannya ia jauh dari kata baik-baik saja itu. ia bisa merasakan tubuhnya yang semakin melemah dan rasa sakit yang semakin menjadi itu.

Perlahan ia merasakan pandangan matanya kabur dan pendengarannya juga melemah. Bahkan kini wajah Jungwon terlihat hanya seperti sebuah bayangan dimatanya.

Ah tidak!

“Eoma!!!!” pekik Jungwon lagi. Kali ini ia benar-benar melihat Shilla memejamkan matanya.

“Eoma! Eoma! Eoma!” teriak Jungwon. Ia menggoyang-goyangkan tubuh Shilla sayangnya Eomanya itu hanya terdiam. Tak merespon sedikitpun.

“Eoma! Ireona! Eoma!” Jungwon panic tentu saja. Ia masih berusaha membangunkan Eomanya itu tapi hasilnya nihil.

“Eoma! Bangun Eoma! Eoma!!!”

Jungwon benar-benar panic sekarang. Untuk seumuran anak berumur 5 tahun tentu saja hal seperti ini tak biasa terjadi. Melihat Eomanya sendiri tak sadarkan dan hanya ada mereka berdua di rumah itu.

Jungwon berlari meraih ponselnya. Ia menghubungi Sungrin yang memang rumahnya tidak jauh dari rumah mereka.

“Sungrin ahjuma! Angkatlah!” Jungwon mulai terisak ketika tidak ada jawaban sama sekali dari Sungrin. Ia mencoba lagi tapi hasilnya sama. Tetap tak ada jawaban.

“Ahjuma! Dimana dirimu? Kenapa tidak diangkat? Ah eoteokae?” paniknya lagi. Ia terus berbicara sendiri saking paniknya.

“Eoma eoteokae?” ia ingin sekali berlari kerumah Sungrin meminta pertolongan. Tapi ia tak tega meninggalkan Eomanya yang tengah pingsan itu.

Jungwon kemudian berusaha menghubungi Yunho. Setidaknya ia berharap Daddy-nya itu bisa dimintai tolong. Meski ia sedikit ragu mengingat Yunho terlampau sibuk akhir-akhir ini.

“Yoboseyo?” Jungwon tak bisa menahan rasa leganya ketika ia mendengar jawaban di seberang sana. Tapi rasanya yang menjawab teleponnya bukanlah suara Yunho.

“Daddy?”

“Nuguseyo? Daddy? Siapa yang kau sebut daddy nak?” ucap orang diseberang sana. Bukan Yunho tentu saja.

“Yunho… daddy..” rasanya Jungwon tak bisa berkata dengan normal sekarang.

“Yunho? Ah.. kau mencari yunho? Keundae dia sedang ada konser sekarang. Ada pesan yang bisa aku sampaikan? Kurasa sekitar 30 menit lagi konsernya selesai” jwab orang di seberang sana.

Jungwon menitikkan air matanya. Dan bahkan Daddy-nya tidak dapat dimintai tolong. Ia menutup sambungan teleponnya lemas.

Jungwon menangis. ia memperhatikan tubuh Eomanya yang masih terbaring lemah.

“Eoma eoteokae? Eoma!” tangisnya pecah. Ia benar-benar tak tahu apa yang harus ia lakukan, hingga sebuah nama terlintas di otaknya.

Appa?

Segera Jungwon menghubungi ponsel Siwon. Dalam hati ia berdoa agar Siwon benar-benar bisa menolongnya.

“yoboseyo?” ucap suara berat disebarang sana. Suara Siwon tentu saja. Jungwon menyunggingkan senyumnya. Meski air matanya masih mengalir.

“A..ahjusi” ucapnya serak.

“Jungwon-ah! Hey kenapa dengan suaramu?” ucap siwon diseberang sana. Ia bsia mendengar suara serak Jungwon disertai isak kecilnya.

“jungwon-ah! Waegurae?” cemas Siwon. Jungwon berusaha menghentikan isakannya.

“Ahjusi..Eoma.. Eoma..” ucap Jungwon disela tangisnya.

“Eoma wae?”

“Eoma.. pingsan. Tolong Jungwon. Ahjusi eoteokae? Jungwon harus bagaimana? Jungwon takut ahjusi. Eoteokae?”

“Mwo? Ara ara. Kau tenanglah, eo? Ahjusi segera kesana” ucap Siwon kemudian menutup ponselnya.

—

Siwon melajukan mobilnya cepat. Suara isak Jungwon membuatnya benar-benar cemas. Terlebih saat Jungwon mengatakan kalau Shilla pingsan. Membuat Siwon benar-benar cemas kini.

Shilla-ya.. bertahanlah!

Siwon langsung turun dari mobilnya dan berlari cepat kerumah Shilla. Ia langsung membuka pintunya karena memang tadi Jungwon sempat meng-sms pin rumah mereka.

“Shilla-ya…” ucapan Siwon terhenti seketika. Ia berdiri mematung didepan pintu. Foto pernikahan mereka adalah benda pertama yang ia lihat saat memasuki rumahnya.

—

“Shilla-ya..”

“Ehm?”

“Mianhae, eo?”

“Untuk?”

“Karena aku belum bisa memberikanmu rumah. Membuatmu harus tinggal bersama keluargaku.”

Shilla tersenyum lembut. “Gwenchana. Lagipula aku bahagia bisa hidup bersama abeoni dan eomeoni”

“Gomawo” ucap Siwon kemudian mengecup kening istrinya itu.

“Katakan Shilla-ya”

“Mwo?”

“Kalau kita memiliki rumah suatu saat nanti, rumah seperti apa yang kau inginkan?”

“Ehm.. tidak muluk-muluk si, sederhana juga tak apa. hanya saja aku ingin tepat di depan pintu tergantung  foto pernikahan kita di dinding. Jadi ketika kita pertama kali masuk rumah maka kita akan disambut oleh foto pernikahan kita.”

Siwon terkekeh ringan. “Hanya itu?”

“Ehm. Keundae..foto pernikahan kita benar-benar harus besar. Ah dan kalau kita sudah memiliki anak nantinya maka dibawah foto pernikahan kita ada foto dari anak-anak kita. otte? Kekanak-kanakan ya?”

“Aniyo. Itu terdengar bagus. Jadi saat ada tamu datang maka mereka akan langsung tahu siapa pemilik rumah yang ia kunjungi, keudaechi?”

“Eo.”

“Hm. Araseo. Aku akan mengabulkannya”

“Geurae?”

“Eo.”

—

Siwon terpana dengan apa yang ia lihat sekarang. Tepat di depannya berdiri terpajang foto pernikahannya dengan Shilla. Dan yang lebih membuatnya tercengang adalah ada foto Jungwon dibawah foto mereka.

Foto ini…

Siwon hanya berdiri mematung didepan foto itu. pikirannya tiba-tiba tumpul. Tak bisa memikirkan apapun sekarang.

Foto pernikahan…foto Jungwon…

“Ahjusi!” teriak sebuah suara. Membuat Siwon kembali pada kesadarannya.

“Eoma…Paliwa!” ucap Jungwon. Siwon bisa melihat air mata yang menetes di pelupuk mata Jungwon.

Jungwon menarik Siwon menuju ketempat Shilla pingsan.  Mata Siwon membulat seketika ketika melihat tubuh Shilla terbaring lemah dengan matanya yang tertutup rapat.

“Shilla-ya..” Siwon menggoyangkan tubuh Shilla. Tapi Shilla sepertinya masih enggan untuk membuka matanya.

Siwon menyeka singkat keringat yang masih membanjiri wajah Shilla. Perlahan ia mengangkat tubuh Shilla dan menggendongnya.

“Jungwon-ah, ppali! Kita bawa Eomamu ke rumah sakit”

Siwon berjalan cepat ke mobilnya. Jungwon mengekor di belakangnya. Siwon kemudian merebahkan Shilla di kursi belakang, sementara Jungwon kini tengah duduk di kursi depan.

“Ahjusi ppali. Jungwon takut Eoma kenapa-napa” perintah Jungwon. Siwon mengerti dan langsung menancapkan gas.

“Ahjusi, Eoma akan baik-baik saja kan?” Jungwon berucap parau. Siwon bisa merasakan kalau anak itu tengah cemas luar biasa dengan keadaan Shilla.

“Ne..Eoma..akan baik-baik saja”

Kumohon Shilla-ya kau harus bertahan…

Banyak hal yang harus kau jelaskan….

 

To be continued..

 

Eyahhhhh… saya sepertinya harus siap2 ditimpuk karena sepertinya saya nge-cut ni side di saat yg tidak tepat..hihihihi..

Nikmati saja side ini apa adanya reader semua..hahaha 😀

Oya awas kalau ada yg protes kurang panjang lagi…ini udah sangat amat sangat panjang sekali menurut saya..haha

Kalau makin aneh maafkan yak..haha