Senseless Part 8

Shilla menggeliat pelan ketika sinar mentari pagi menelisik di balik tirai kamarnya. Ia memegang keningnya yang terasa sakit. bukan hanya itu ia juga merasa sekujur tubuhnya terasa sakit.

“Ugh..” ia menggeliat lagi. Matanya kini sudah terbuka sempurna. Detik berikutnya yang ia lakukan adalah membulatkan matanya.

Sesosok tampan itu terbaring di sebelahnya. Ia tahu betul siapa orang itu. seseorang yang telah meyakitinya semalam.

Seketika sekelabat bayangan itu terputar di kepalanya. Layaknya mimpi buruk yang menghantui. Tubuh Shilla bergetar. Entah rasa apa yang ia rasakan kini. Yang jelas ia benar-benar takut melihat sosok di sampingnya yang masih terpejam itu.

Sosok yang biasanya selalu ia kagumi. Selalu ingin ia lihat wajahnya. Tapi kini rasnaya yang bisa ia lihat hanyalah ketakutan.

Shilla menggigit bibir bawahnya yang kini mulai bergetar. Ia memaksakan dirinya bangkit dari ranjang itu. ia tertatih pelan menuju kamar mandinya.

Ia mengunci rapat kamar mandinya. Segera ia menyalakan shower dan detik beriktunya ia terisak pelan.

Shilla melihat pantulan dirinya di cermin kamar mandi itu. membuatnya semakin terisak melihat bagaimana rupa wajahnya kini.

Wajahnya lebam akibat tamparan yang Siwon hadiahkan untuknya. Bibirnya bahkan lecet. Ya, wajahnya penuh memar.

Ia terduduk lemas di lantai kamar mandi yang basah itu. ia menelungkupkan tanganya di wajahnya. Berusaha meredam tangisnya sayangnya itu tak berhasil sama sekali. Tangisnya semakin pecah.

Aphaseo..jeongmal aphaseo..

Perih, itu yang ia rasakan. Bukan pada tubuhnya tapi lebih pada hatinya. Sakit yang ia rasakan di hatinya membuatnya tak lagi merasakan sakit fisik yang ia alami.

Wae Oppa? Kenapa kau lakukan ini padaku?

Shilla membenamkan wajahnya dikedua lututnya. Air matanya begitu deras mengalir. Tubuhnya kini juga sudah basah akibat shower yang ia nyalakan sedari tadi.

~Senseless Part 8~

“Ugh” Siwon menggeliat pelan. Ia membuka matanya itu malas.

“Argh” ia sedikit mengerang ketika pening tiba-tiba menghantam dirinya. Ia perlahan bangun dari tidurnya kemudian duduk menyandar pada dinding ranjang itu.

Siwon sedikit menjambak rambutnya. Berusaha mengurangi sakit kepala yang ia rasakan.

Seketika bola matanya melebar. Ia bahkan baru sadar kalau kini ia nyaris tanpa busana.

Apa yang terjadi?

Ia mengedarkan pandanganya ke seluruh penjuru kamar itu. hingga akhirnya ia tersadar kalau ini bukan kamarnya. Tapi kamar tunangannya.

Kenapa aku ada di kamar Shilla? Dan kenapa aku…

Siwon membekap mulutnya dengan tangannya sendiri. Matanya semakin membulat horror. Dan ia juga bisa mendengar bunyi gemericik air dari kamar mandi Shilla.

Apa yang sudah aku lakukan?

Shilla…dia…

Siwon menatap pintu kamar mandi itu dalam diam. otaknya masih berusaha mencari jawaban dari setiap keganjalan yang ia rasakan. Dari setiap ketakutan yang tiba-tiba ia rasakan. Hingga pada akhirnya ia bisa menarik kesimpulan dengan jelas apa yang telah ia lakukan semalam.

Kesalahan besar yang telah ia lakukan.

Shilla-ya…

Siwon memakai pakaian lengkapnya lagi. Ia hendak mengetuk pintu kamar mandi Shilla ketika sebuah dering ponsel mengurungkan niatnya. Ponselnya tentu saja.

“Yob..”

“HYA!! DIMANA KAU?” belum sempat Siwon menyapa orang itu sebuah teriakan dari seberang sana sudah memekakkan telinganya. Siwon sedikit menjauhkan telinganya.

“Hae..pelankan suaramu” ucap Siwon. Orang yang tak lain adalah Donghae itu hanya mendengus kesal.

“Pelankan kau bilang? Hey Choi sajangnim yang terhormat ini sudah jam berapa huh? Dan tidakkah kau ingat lima belas menit lagi bahkan kita ada meeting dengan investor?” suara Donghae sedikit melunak. Meski ia tak pungkiri kalau ia masih kesal dengan bosnya itu.

“Huh?”

“Huh? HUH? HYA! KAU BENAR-BENAR LUPA?” teriak Donghae lagi. Siwon menepuk keningnya. Ia bahkan baru menyadari kalau ia ada meeting sangat penting pagi ini.

“Aku tak mau tahu. Pokoknya lima belas menit lagi kau harus sudah sampai di kantor Choi Sajangnim”

“Hae,,aku…”

TUT TUT..

“Aish” Siwon mengumpat kecil. Ia menggigit bibir bawahnya. Ia memang harus segera datang ke kantor. Bukan karena ia takut amukan Donghae tapi memang ia harus bertemu investornya itu.

Tapi…ia juga harus berbicara terlebih dahulu dengan Shilla.

Aish tapi tinggal 15 menit lagi.

Ia menggigit bibir bawahnya lagi. Tak akan sempat jika ia harus berbicara terlebih dahulu dengan tunangannya. Meetingnya kali ini terlalu penting hingga rasanya ia tak akan rela jika tiba-tiba gagal begitu saja.

Kurasa aku akan bicara padanya setelah meeting selesai.

Siwon menatap lagi pintu kamar mandi itu. masih sama seperti tadi. Hanya terdengar suara gemericik air. Tidak ada suara apapun lagi. Dan itu..membuatnya..khawatir.

Kita akan bicara nanti Shilla-ya..mianhae..

~Senseless Part 8~

Beberapa pasang mata berbisik pelan. Menatap heran kearah seorang perempuan yang kini tengah terduduk di bangku taman itu. Pandangan matanya itu kosong.

Bukan hal yang aneh untuk orang-orang itu berbisik heran. Pasalnya gadis itu kini mengenakan jaket tebal yang menutup rapat tubuhnya hingga lehernya.

Kenapa aneh? Karena sekarang musim panas. Normalnya orang justru akan mengenakan baju yang tipis. Tapi gadis itu justru sebaliknya. Hingga wajar jika orang-orang itu menatapnya heran.

“Apa gadis itu tidak kepanasan?”

“Apa dia gila?”

“Dia bisa mati kepanasan dengan jaket setebal itu”

Seperti itu kira-kira komentar mereka. Tapi mereka tak ada yang berniat sedikitpun untuk menegur gadis itu. Mereka hanya berbisik pelan di depan gadis itu kemudian berlalu begitu saja.

Gadis itu? Dia bahkan seolah tidak sadar dengan yang ia kenakan. Pandangan matanya kosong dan yang ia lakukan sedari tadi hanya menggigit kuku jarinya dengan air mata yang masih mengalir.

Chunji menatap heran dua orang ibu-ibu yang tengah berjalan melewatinya sambil masih saling berbibisk. Ia mengerutkan keningnya heran kemudian menatap kearah gadis yang sedari tadi menjadi perbincangan itu.

Ahjumaeoni itu benar. Wanita itu memang sedikit aneh. Untuk apa dia memakai jaket di cuaca sepanas ini?

Chunji mengamati lagi wanita itu. Semakin ia mengamati sosok itu membuatnya semakin mengenal siapa dia. Matanya membulat seketika.

Nuna?

Ia segera berlari pelan kearah wanita itu yang tak lain adalah Shilla. Ia menyentuh pundak Shilla. Dan sejurus kemudian ia bsia mendengar suara teriakan Shilla.

“AAAAA. Andwe!” teriak Shilla. Ia memalingkan wajahnya. Tubuhnya tiba-tiba bergetar. Membuat Chunji menatapnya bingung.

“Nuna? Waegurae? Kenapa kau memakai pakaian setebal ini?” ucap Chunji bingung. Ia menggerakkan badan Shilla. Membuat nunanya itu kini berteriak lagi.

“Andwe! pergi! Jangan menyentuhku!” teriaknya lagi. Ia menepis-nepis tangan Chunji yang kini memegang lengannya.

“Nuna! Waegurae?”

“Andwe! andwe! andwe!” Shilla terus bergumam ketakutan. Ia terisak kini. Dan sekarang bahkan beberapa pasang mata menatap keduanya aneh.

“Nuna ini Ji”

“Andwe! lepaskan aku!” ucap Shilla lagi. Ia kini mulai bernapas tak beraturan.

Chunji menatapnya semakin bingung. “Nuna.. apa yang kau katakan? Ini Ji,nuna”

Shilla menggelengkan kepalanya keras. “Andwe! kumohon lepaskan aku!” ia menangis keras. Tubuhnya bergetar karena tangis dan rasa takutnya.

“Nuna lihat aku!” ucap Chunjji kemudian memaksa Shilla menatapnya. Ia menahan wajah Shilla sehingga membuat nunanya itu menatap wajah Chunji.

“Ini Ji. Chunji. Neo namdongsaeng. Ini Ji, nuna” ucap Chunji lembut. Shilla menatap Chunji takut. Air matanya masih tergenang sehingga membuat matanya sedikit kabur.

“Chun..Ji?” lirih Shilla.

“Eo. Chunji. Nuna mengenaliku, kan?” Chunji menatap Shilla cemas. Nunanya itu mengerjabkan matanya sejurus kemudian ia membenamkan kepalanya di leher Chunji.

“Ji” ucapnya sambil terisak. Sementara Chunji hanya bisa mengelus-elus punggung nunanya itu penuh kecemasan.

Apa yang terjadi padamu, nuna?

“Nuna kau kenapa? Kenapa kau memakai baju setebal ini?” Tanya Chunji lagi. Shilla hanya menatapnya kosong.

“A..aku..”

“Kita pulang ne? kuantarkan nuna pulang. Cuaca sangat panas nuna”

“Andwe!” tegas Shilla. Chunji mengernyitkan keningnya.

“Nuna..”

“Andwe! aku tidak mau pulang! Shireo! Shireo!” gumam Shilla. Ia menggelengkan kepalanya keras sambil terus menangis.

Nuna..

“Ara. Kalau begitu kita kerumahku saja, ne?” tawar Chunji. Shilla masih menggelengkan kepalanya. Chunji mendesah pelan.

“Nuna.. cuaca sangat panas. Kita kerumahku, ne? eo?” bujuk Chunji lagi. Ia hanya merasa kasian karena kini keringat tengah membanjiri tubuh Shilla. Wajar memang.

“Nuna..jebal!” pinta Chunji lembut. Shilla menatapnya kemudian mengangguk pelan. Chunji menghela napas leganya.

“Geureae. Kkaja nuna” ucap Chunji kemudian menuntun Shilla. Ia sedikit mengernyit ketika Shilla seperti tersentak saat tangannya menyentuh lengan Shilla.

Nuna apa yang terjadi padamu?

~Senseless Part 8~

Chunji masih menatap Shilla cemas. Nunanya itu kini duduk dengan pandangan kosongnya. Lagi.

Shilla memang sudah tidak menangis sekarang. Hanya saja Chunji bisa melihat kalau pandangan mata Shilla kini tidak focus. Entah kemana. Dan menurut Chunji, Shilla kini terlihat seperti seseorang yang tersesat. Tak tahu dimana dan apa yang harus ia lakukan.

Chunji bahkan bisa melihat bekas luka memar di wajah Shilla. Luka lebam itu terlihat begitu kentara.

“Nuna..” bisik Chunji lembut. Shilla mendongakkan kepalanya dan menatap Chunji. Kosong.

“Minumlah!” ucap Chunji sambil menyerahkan segelas air untuknya. Shilla menatap gelas itu sekilas kemudian mengambilnya dari tangan Chunji.

Shilla menyeruput air itu sedikit. Kemudian meletakkannya di meja di depannya.

Chunji duduk di sebelahnya. Menatap nunanya itu miris. Menatap nuannya yang biasanya tersenyum itu kini bahkan hanya menatap gelas itu dengan pandangan kosongnya.

Chunji mengambil kapas dan alcohol kemudian menyentuhkannya pada pipi Shilla yang lebam. Seketika Shlla meringis sakit.

“Mianhae nuna. Aku akan pelan-pelan” ucap Chunji. Ia kemudian dengan tlaten mengobati luka Shilla. Sementara Shilla hanya terdiam.

“Nuna..apa yang terjadi?” uca Chunji lembut. Shilla menolehkan kepalanya sekilas kemudian menggeleng lemah. Dan tentu saja hal itu membuat Chunji menghela napasnya kecewa.

“Nuna… marhaebwa! Ada Chunji disini kau tak perlu khawatir nuna. Warhaebwa nuna” ucap Chunji lagi. Shilla hanya diam.

Chunji meraih jemari Shilla. Dan lagi. Shilla sedikit menarik dirinya ketika jemari Chunji menyentuh kulitnya. Ia menjadi seolah takut akan sentuhan itu.

“Nuna..kau bisa bicara padaku kalau kau mau. Kau tahu itu, kan?” ucap Chunji cemas. Shilla menatap Chunji ragu kemudian mengangguk pelan, sangat pelan.

“Nuna..aku..” belum sempat Chunji melanjutkan ucapannya dering ponselnya menginterupsi. Ia menatap Shilla dan gadis itu mengangguk mengisyaratkan untuk mengangkat telepon itu.

“Yoboseyo” ucap Chunji kemudian. Ia terdengar seperti khawtair.

“..”

“Ne. araseo boss. Ye. Keundae..” Chunji menatap Shilla yang kini terdiam itu.

Aku tidak bisa meninggalkan nuna dalam keadaan seperti ini.

“Boss..bisakah aku ijin hari ini?”

“..”

“Ne. aku akan mencarikan penggantiku untuk hari ini. Jebal boss” pintanya lagi. Shilla menolehkan kepalanya pelan. Menatap Chunji dan sedikit mendengarkan perbincangan Chunji dengan orang yang sepertinya menagernya di caffe.

“Nde. Kamsahamnida” Chunji menutup ponselnya. Ia kemudian tersenyum pelan kearah Shilla.

“Bukankah kau harus bekerja?” Tanya Shilla. Kalimat terpanjang yang Chunji dengar hari ini dari bibir Shilla.

“Aku sudah ijin nuna” jawab Chunji pelan.

“Jangan. Kau harus bekerja, Ji”

“Shireo! Aku ingin menemani nuna. Aku tidak mungkin mennggalkan nuna sendiri”

“Nan gwenchana, Ji. Bekerjalah!” lirih Shilla.

“Keundae..”

“Ji.. nan gwenchana!” tegas Shilla. Chunji menghela napasnya pasrah.

“Araseo aku akan bekerja. Keundae nuna harus berjanji untuk segera menghubungiku kalau ada apa-apa, eo?”

“Ehm”

“Aku masih ada nasi dan sayur, nuna makan, ne?”

“Ehm”

“Aku mungkin akan pulang sedikit malam nuna. Nuna benar-benar akan baik-baik saja?” Tanya Chunji cemas. Shilla tersenyum tipis kemudian mengangguk.

“Ara. Aku pergi dulu nuna.”

“Ehm. Hati-hati” ucap Shilla. Chunji menatap Shilla ragu. Tapi pada akhirnya ia hanya bisa melangkahkan kakinya untuk pergi bekerja.

Nuna harus baik-baik saja. Aku akan berusaha untuk pulang cepat nuna.

~Senseless Part 8~

Siwon menghela napasnya panjang. Kamar Shilla masih sama seperti tadi pagi ia berangkat ke kantor. Masih berantakan, seolah tunangannya itu sama sekali tidak membereskan kamarnya.

Hal yang aneh menurut Siwon. Yang ia tahu tunangannya itu cukup rapi. Ia tidak akan tahan membiarkan kamarnya berantakan.

Tapi sekarang?

Lampu kamar itu bahkan belum menyala. Bukan hanya lampu kamar tapi lampu seisi rumah itu juga padam. Menandakan kalau seharian ini tak ada kehidupan di rumah itu. Kosong.

Kau kemana Shilla-ya?

Siwon sedikit melonggarkan dasi yang serasa mencekiknya. Ia amati lagi seluruh penjuru kamar itu.

Lemari Shilla berantakan memang. Seolah si empunya mengambil paksa baju dari lemari itu dan tak peduli untuk menatanya kembali.

Apa dia meninggalkan rumah ini?

Siwon bertanya pada dirinya sendiri. Hanya saja koper Shilla masih ada, baju-bajunya juga masih ada. Tidak ada tanda-tanda kalau Shilla kabur dari rumah membawa pakaiannya.

Dia kemana sebenarnya?

Perasaan itu muncul lagi. Perasaan yang selama ini selalu menghantuinya. Perasaan bersalah.

Aku menyakitimu lagi, ne?

Siwon tersenyum miris. Selalu saja begitu.

Dan kini ia bahkan tak tahu sebesar apa rasa sakit yang ia torehkan. Yang ia tahu ia telah menyakiti tunangannya itu begitu dalam.

Mianhae..

~Senseless Part 8~

Chunji tersenyum singkat dengan masakan buatannya. Ini hampir menjelang siang tapi ia bahkan baru beres menyiapkan sarapan.

Semalam ia pulang terlalu larut hingga saat ia mengecek kondisi Shilla, nunanya itu terlihat sudah terlelap. Ia tak akan berani membangunkan nunanya itu hanya untuk memberitahu kalau dirinya telah pulang.

Apa kemarin nuna makan dengan baik?

Pertanyaan itu wajar saja menghinggapi Chunji. Pasalnya bahkan gelas yang kemarin Chunji berikan untuk Shilla masih berada di meja yang sama, pada spot yang sama, bahkan isinya pun masih sama. Seolah nunanya itu sama sekali tak menyentuhnya lagi setelah itu.

Chunji menggelengkan kepalanya singkat. Berusaha menepis pikiran buruk yang mulai datang memenuhi pikirannya.

Ah lebih baik aku bangunkan nuna saja dulu.

Chunji mengetuk pintu kamar itu pelan. Beberapa kali ia mengetuk sayangnya tak ada jawaban sama sekali dari dalam.

Apa nuna sedang mandi?

Chunji memiringkan kepalanya sejenak untuk berpikir. Hingga akhirnya ia memilih untuk memasuki kamar itu.

“Nuna?” panggilnya pelan. Ia mengedarkan pandangannya dan ia bisa melihat kalau kini nunanya itu masih terbaring.

Nuna belum bangun jam segini?

Chunji melirik jam dinding di kamar itu yang kini menunjukkan pukul 11 siang. Sangat aneh menurutnya untuk seorang Park Shilla belum bangun hingga sesiang ini.

Chunji mendekati tubuh Shilla. Ia menatap wajah nunanya itu yang terlihat memprihatinkan itu. ia bisa melihat bekas air mata di wajah itu.

Kurasa aku harus membangunkan nuna. Dia harus makan bagaimanapun juga.

“Nuna..” panggilnya lagi. Ia sedikit menggoyangkan badan Shilla. Berharap ia akan segera bangun.

“Nuna ireona! Ireona nuna. Ini sudah siang.” Ucapnya lagi. Masih. Shilla masih belum membuka matanya.

Chunji hanya menatapnya bingung. Setahunya Shilla bukanlah orang yang susah untuk dibangunkan. Tapi sekarang? Shilla bahkan seperti orang pingsan.

Pingsan?

Mata Chunji membulat seketika. Ia semakin kencang menggoyangkan tubuh Shilla. Dan hasilnya sama saja. Shilla tak membuka matanya.

“Nuna! Nuna! Ireona! Nuna!” pekiknya panic. Shilla masih tak mau membuka matanya. Chunji semakin panic. Ia meraih pergelangan tangan Shilla untuk mengecek nadinya.

“Nuna. Jebal ireona! Nuna!” pekiknya lagi. Kepanikan kini benar-benar melandanya.

“Nuna!”

~Senseless Part 8~

Joongki berlari cepat menyelusuri lorong rumah sakit itu. baru saja ia kembali dari Busan untuk photoshot ia sudah mendapat kabar tidak mengenakkan dari Chunji. Dengan tergesa-gesa ia langsung berangkat ke rumah sakit, tanpa mempedulikan kalau ia bahkan belum pulang ke rumahnya sendiri.

“Ji!” panggilnya sambil mengatur napasnya.

“Hyung!” Chunji berjalan mendekatinya. Ekspresi wajahnya mengguratkan kecemasan.

“Shilla..apa yang terjadi padanya?” Tanya Joongki langsung. Chunji menggelengkan kepalanya pelan.

“Dokter masih memeriksanya, Hyung”

“Keundae..bagaimana..”

CEKLEK

Joongki menghentikan ucapannya seketika. Pintu ruangan itu terbuka dan seorang dokter keluar dari ruangan itu.

“Songsaengnim” panggil Chunji dan Joongki kompak. Dokter itu tersenyum singkat.

“Apa kalian keluarga dari pasien?”

“Nde. Bagaimana keadaan nuna, songsaengnim” Tanya Chunji.

“Dia hanya mengalami dehedrasi cukup parah. Sepertinya dia tidak mengkonsumsi makanan atau minuman dua hari ini, kuedaechi?” Tanya Dokter itu. Chunji menelungkupkan tangannya di mulutnya.

“Tapi tenang saja. Kami  sudah memberinya infuse elektrolit. Kuendae..sepertinya pasien juga dalam masa depresi. Saya belum bisa memastikan seberapa depresi yang pasien alami yang jelas hal ini memperparah kondisinya.” Lanjut dokter itu.

“Dia..akan baik-baik saja kan songsaengnim?” kini Joongki ikut bersuara. Dokter itu tersenyum sambil menepuk pundak Joongki.

“Nde. Pasien memang belum sadar karena pengaruh anestesi. Tapi dia akan baik-baik saja. Yang perlu diperhatikan bukan kondisi fisiknya tapi depresi yang dia alami” jelas Dokter itu. Joongki dan Chunji saling bertukar pandang.

“Depresi?”

“Nde. Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk itu. Keundae kita harus menunggu pasien sadar terlebih dahulu. Tapi mengingat tekanan darahnya yang cukup tinggi dan denyut jantungnya yang tidak beraturan saya khawatir depresi yang dia alami cukup parah”

“Nde?” Joongki bertanya linglung. Di sampingnya Chunji mulai berkaca-kaca.

“Untuk itu saya mohon setelah dia sadar, tolong jangan bebani pikirannya. Saya permisi dulu kalau begitu” kata Dokter itu. ia kemudian meninggalkan Chunuji dan Joongki di ruangan itu.

Keduanya berjalan lemas menuju tempat Shilla terbaring. Tangan kirinya tersambung dengan selang infuse. Ia terlihat begitu ringkih di mata mereka.

Joongki mendekati tubuh Shilla. Mengelus singkat rambut gadis itu. hingga ia tersadar kalau wajah Shilla sedikit lebam.

“Ji, kenapa dengan wajahnya? Kenapa ada bekas luka lebam?” Tanya Joongki khawatir. Chunji menggeleng singkat.

“Nan mollayo Hyung. Kemarin saat aku menemukan nuna, dia sudah begitu.” jawab Chunji lemas.

“Menemukan? Apa yang sebenarnya terjadi memang?”

Chunji menggeleng lagi. “Molla. Aku kemarin menemukan nuna di taman dengan kondisi yang.. wajahnya sudah lebam. Ditambah dia seperti orang linglung dan ketakutan Hyung. Matanya bahkan sembab seperti habis menangis.”

“Mworago?”

“Ini salahku Hyung. Harusnya kemarin aku tidak meninggalkan nuna di rumah sendiri. Harusnya aku menjaga nuna. Degan begitu aku pasti bisa menyuruhnya makan. Dia terlihat… Hyung eoteokae?” Chunji berucap parau. Air matanya kini sudah menetes.

Joongki menepuk pundak Chunji pelan. Berusaha menenangkan namja yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu.

“Tunangannya…apa dia tahu?” Joongki bertanya hati-hati.

“Ani.”

“Ani?”

“Ehm. Aku bahkan tidak memberitahunya kalau nuna di rumahku. Kemarin saja saat aku menemukan nuna sedang menangis di taman, dia sama sekali tidak mau pulang. Dia seolah takut untuk pulang ke rumahnya. Hyung, nuna kenapa sebenarnya?”

Joongki terdiam. Penjelasan Chunji cukup membuatnya tersadar kalau sesuatu yang buruk telah terjadi di antara mereka.

Takut pulang? Jangan bilang..

Joongki mengepalkan tangannya. Ia kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan Chunji.

“Hyung! Kau mau kemana?” Tanya Chunji bingung. Joongki tak menggubrisnya sama sekali.

“Hyung!”

~Senseless Part 8~

Siwon memijit keningnya pelan. Ia menghela napasnya lagi. Sementara di ruangan itu kini ada dua pasang mata yang memperhatikan Siwon bingung.

Siwon menhempaskan tubuhnya di sofa ruangannya. Dan kini dua orang itu berdiri di depan Siwon sambil sama-sama menggelengkan kepalanya.

“I’m not flying from US to see this unfocus Siwon Choi, you know?. What happen to you And? You never did this before.” Kesal seseorang dengan logat Inggrisnya yang kental. Ya Bryan Kim.

Wajar jika ia kesal dengan Siwon. Pasalnya hari ini ia sengaja datang ke Korea untuk meeting penting mengenai kerja sama mereka. Sayangnya yang ia dapat adalah seorang Siwon yang tidak konsentrasi bekerja. Meeting hari ini bahkan bisa dikatakan..buruk.

“Mianhae. tapi Donghae toh bisa mengatasi kekuranganku, kan?” lirih Siwon. Bryan berdecak singkat.

“Mianhae? tch! Are you this easy to say sorry? Andrew, I’m reschedule my meeting and everything just to come here, having a meeting with your company. And..this is not what I expect. At least, I expect a good meeting and a good result. Not this” marah Bryan.

Ia sengaja datang ke Korea dengan penerbangan pertama. Dan begitu ia sampai ia bahkan langsung menuju kantor Siwon. Karena menurutnya memang meetingnya kali ini memang sangat penting.

Tapi Siwon mengecewakannya. Yang ia dapat hanyalah seorang Choi Siwon yang entahlah dia sendiri juga tidak bisa mendeskripsikannya.

“Where was your focus actually? Where was your mind And? It’s a relief that Donghae can handle your mistake”

“Bryan stop. Let him explain” ucap Donghae menengahi. Bryan menghela napasnya.

“Mianhae. aku hanya.. I did a big mistake. Very big mistake” gumam Siwon. Donghae dan Bryan menatapnya bingung.

“Apa maksudmu Won-ah?”

“Aku melakukannya. I did it. And now..she’s gone” lirih Siwon. Donghae dan Bryan bertukar pandang. Berusaha mengerti apa yang Siwon ucapkan. Dan yah, mereka mengerti. Ini pasti berhubungan dengan tunangannya.

“Apa yang kau lakukan memangnya Won-ah?”

Siwon menarik napasnya panjang. “Aku..menyentuhnya” ucap Siwon singkat. Mereka cukup tahu apa yang ia maksud. Dan tentu saja keduanya kini membulatkan matanya.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Aku mabuk waktu itu..jadi..”

“Is that an excuse to touch her? Are you nut?”

“I don’t know Bry. It just..happen”

“Won-ah.. apa kau tahu seberapa besar kesalahan yang kau lakukan? Dia bukan gadis murahan yang bisa kau sentuh begitu saja. Yang aku tahu dia gadis yang menjunjung kehormatannya. Dan setelah kau lakukan itu..apa kau tahu akan seberapa hancur dirinya?” ucap Donghae. Siwon menelungkupkan tangannya menutupi wajahnya.

Ia tahu. Ia tahu seberapa besar kesalahannya.

“She’s not a girl that you can have an one night stand with. She loves you but all you give her is just..pain.”

“I know”

“You know? And you still didn’t do something? Ask her forgiveness And!”

“I can’t Bry. I can’t” ucap Siwon miris.

“Apa maksudmu tidak bisa? Kau hanya perlu meminta maaf padanya. Dan menebus semua kesalahanmu. Kau tidak ingin meminta maaf padanya?” Donghae bertanya bingung, siwon menggelengkan kepalanya.

“Bagaimana aku bisa meminta maaf padanya kalau dia bahkan pergi dari rumah. She’s gone”

“Then go find her! Are you this stupid Andrew? Find her, beg for her forgiveness” ucap Bryan. Ia menggelengkan kepalanya lagi. Sahabathnya itu terlihat begitu bodoh di matanya sekarang.

Siwon hanya diam. ia tahu ia harus mencarinya. Hanya saja ia tak tahu dari mana ia harus memulai. Bagaimana ia harus ia meminta maaf?

“Haruskah dia pergi dari hidupmu dulu agar kau tahu kalau dia berharga untukmu, Won-ah?” ucap Donghae. Siwon menatapnya bingung.

“Tch! I guess he’s not even realize it yet” gumam Bryan pada Donghae. Donghae menghela napasnya sambil mengangguk pelan.

Berharga?

Siwon menundukkan kepalanya. Ia tak tahu. Ia sendiri bingung dengan apa yang ia rasakan.

“Joongki-ssi Anda tidak boleh masuk.”

Siwon mendongakkan kepalanya ketika ia mendengar suara berisik di luar ruangannya. Tidak butuh waktu lama hingga ia bisa melihat pintu ruangannya dibuka paksa oleh seseorang yang tidak diundang.

Song Joongki. Pria itu menatap Siwon tajam. Ia bisa melihat aura kemarahan dari pria itu. Dari caranya menatap Siwon dan dari caranya berjalan menuju Siwon.

“Sajangnim jwesonghamnida. Saya sudah melarangnya masuk tapi Joongki-ssi memaksa” ucap salah satu karyawan Siwon. Siwon hanya mengangguk kemudian menyuruh karyawannya itu keluar.

“Joongki-ssi ada apa kau…”

BUGH

Siwon terjerembak begitu saja. Sebuah pukulan keras yang Joongki berikan untuknya sanggup membuatnya terjatuh.

“Apa yang sudah kau lakukan, huh?” pekik Joongki kemudian menghantam Siwon lagi.

Donghae dan Bryan hanya terpaku di tempatnya. Masih berusaha mencerna apa yang sedang terjadi. Hingga akhirnya mereka tersadar kemudian melerai Joongki.

“Joongki-ssi geumanhae!” perintah Donghae.

“Lepaskan! Aku harus memberi pelajaran pada pria kurang ajar ini”  ucap Joongki sambil berontak dari Donghae.

“Geumanhae! Ini di kantor Joongki-ssi” ucap Donghae lagi. Joongki mengatur napasnya ia menatap Siwon nanar.

Bryan membantu Siwon berdiri. “Are you alright?”

“Apa yang sudah kau lakukan, huh? Neo..” pekik Joongki. Siwon hanya menatapnya diam.

“Joongki-ssi tenanglah. Katakan apa yang sebenarnya terjadi?” ucap Donghae.

“Tanyakan saja pada Choi sajangnim yang terhormat itu. Apa yang sudah kau lakukan pada tunanganmu, huh?” Marah Joongki. Siwon terdiam dan kini Bryan dan Donghae juga ikut diam. Mengerti duduk permasalahan mereka.

“Aku tidak akan memaafkanmu kalau sampai sesuatu terjadi pada Shilla. Kau dengar itu, huh?” teriak Joongki lagi. Ia benar-benar diliputi kemarahan sekarang.

“Shilla..dia..apa yang terjadi? Apa dia baik-baik saja?”

“Baik-baik saja kau bilang? Apa yang sudah kau lakukan padanya sebenarnya, huh? Kenapa ada luka lebam di wajahnya? Apa yang kau lakukan, brengsek!” amuk Joongki lagi. Ia hendak memukul Siwon lagi tapi untungnya Donghae menahannya kuat.

“Apa kau benar-benar tidak bisa menjaganya, huh? Geurae aku yang akan menjaganya kalau begitu. Bersamamu hanya akan membuatnya semakin tersakiti” lanjut Joongki. Siwon terdiam. Ia tahu betul kalau ucapan Joongki benar.

Joongki menepis cengkraman Donghae kasar. Ia menatap Siwon tajam kemudian beralih menatap Donghae.

“Donghae-ssi kurasa aku harus membatalkan kontrak kerja kita.”

“M…mwo?”

“Aku tidak sudi bekerja di bawah pria brengsek itu. aku tidak sudi menjadi brand ambassador dari perusahaan milik pria itu” ucap Joongki tajam sambil menunjuk kearah Siwon.. Donghae membulatkan matanya.

“Joongki-ssi..keundae kita..”

“Kerugiaannya aku akan tanggung. Tidak peduli seberapa besar itu yang harus saya bayar yang jelas saya tidak mau bekerja untuk pria itu” ucap Joongki. Donghae ternganga.

Joongki membalikkan badannya kemudian menatap Siwon tajam. Ia ingin sekali menghantam pria itu lagi.

“Don’t you ever… lay a hand on her anymore! Jangan pernah menemuinya lagi. Mulai sekarang dia akan menjadi tanggung jawabku. Dan aku tidak sudi melihatmu mendekatinya lagi. Do you get it Choi Siwon?” ucap Joongki tajam. Ia kemudian meninggalkan ruangan Siwon begitu saja dan tentu saja membanting keras pintu ruangan Siwon.

Donghae dan Bryan saling bertukar pandang. Keduanya masih terlalu bingung dengan apa yang terjadi. Keduanya sedikit ternganga dengan kejadian barusan.

Siwon terduduk lemas. Ia menjambak rambutnya sendiri.

“Arghh!” ia berteriak frustasi. Entahlah tapi ia merasa peringatan dari Joongki terdengar serius. Sangat serius.

Apa yang telah kau lakukan Choi Siwon bodoh?

“Damn it!”

 

To be continued

 

Hehehe..maaf  ya lama update.. saya lagi UTS soalnya..hehe

Dan maaf kalau part ini aneh.. bikinnya ngebut dan yah saya hampir kehabisan ide untuk ff ini…jadi ya jadinya begini..hehe

maaf juga buat typo..