Senseless Part 9

Joongki menatap iba dari balik kaca ruangan itu. shilla sudah sadar kini, hanya saja ia tengah diperiksa oleh Dokter yang tadi menanganinya.

Joongki bersyukur tentu saja karena Shilla sudah siuman. Hanya saja melihat kondisi Shilla kini membuat Joongki merasa prihatin. Ia seperti tidak melihat Shilla yang selama ini ia kenal.

Shilla yang biasanya tersenyum cerah itu terlihat begitu muram. Ah tidak..bahkan Shilla kini tak memberikan ekspresi apapun. Hanya ekspresi kosong dan datar.

Seperti bukan Shilla yang selama ini telah mencuri hati Joongki.

Kau kenapa sebenarnya Shilla-ya?

Dokter itu tersenyum singkat kearah Joongki. Mengisyaratkan Joongki untuk memasuki ruangan itu.

“Bagaimana kondisinya songsaengnim?” Tanya Joongki seraya ebrjalan mendekati Dokter yang kini berdiri di samping ranjang Shilla.

Joongki menatap Shilla sekilas kemudian menyentuh jemari gadis itu. bermaksud untuk memberi perhatian pada gadis itu. sayangnya reaksi yang diberikan Shilla benar-benar diluar dugaanya.

“Andwe! jangan sentuh aku!” pekik Shilla. Sebuah sentuhan singkat dari Joongki membuatnya kembali merasakan ketakutan itu.

Joongki hanya bisa mengerutkan keningnya bingung. Ekspresi yang ditunjukkan Shilla kini seolah menunjukkn ketakutan yang teramat. Dan ia benar-benar tak tahu kenapa Shilla bisa bersikap seperti itu.

Apa yang telah aku lakukan memang? Apa dia marah padaku? Membenciku?

“Shilla-ya..” panggil Joongki lirih kemudian berusaha menggapai jemari Shilla lagi.

“Andwe! kumohon jangan menyentuhku!” pekiknya lagi. Ia menggelengkan kepalanya kuat. Air mata mulai bisa Joongki lihat mengalir dari pelupuk matanya.

Apa salahku Shilla-ya? Kenapa kau histeris seperti itu padaku?

“Shilla-ssi!” ucap Dokter itu lembut. Shilla masih menggelengkan kepalanya. Dokter itu  menyentuh jemari Shilla tapi Shilla tak menunjukkan reaksi histetis seperti tadi.

Kenapa ia biasa saja saat Dokter Kim memeriksanya?

Joongki menatap Dokter itu bingung. Sementara sang Dokter hanya tersenyum lagi, singkat.

“Shilla-ssi. Tak ada yang perlu kau takutkan. Joongki-ssi keluargamu, bukan?” ucap Dokter itu. shilla menatap SDokter itu.

“Joongki-ssi? Joongki Oppa?” mata Shilla mengerjab kearah Dokter itu. dokter muda itu tersenyum kemudian mengangguk.

“Ne. joongki Oppa. Apa yang kau takutkan darinya memangnya?” ucap Dokter itu lagi. Shilla menggeleng lemah. Ia kemudian menatap Joongki yang masih menatapnya bingung itu.

Joongki menyunggingkan senyumnya. Senyum miris. Ia tak tahu bagaimana harus menanggapi reaksi itu.

“Joongki Oppa?” lirih Shilla. Joongki hanya mengangguk.

“Ne, na-ya. Joongki Oppa”

“Mi..mianhae Oppa” sebuah kata singkat itu terdengar seperti bisikan bagi Joongki. Setelah itu Shilla membuang mukanya. Dan hal itu membuat Joongki semakin bingung dibuatnya.

“Joongki-ssi kita butuh bicara.” Ucap Dokter Kim itu. joongki mengangguk mengiyakan. Ia kemudian berjalan membuntuti Dokter Kim ke ruangannya.

Meninggalkan Shilla di ruangan itu sendiri. Dan gadis itu kembali memasang ekspresi kosongnya lagi.

“Duduklah Joongki-ssi!” perintah Dokter Kim sopan. Joongki hanya bisa menuruti.

“Songsaengnim apa yang terjadi dengan Shilla sebenarnya?” Tanya Joongki to the point. Dokter itu sedikit menghela napasnya.

“Untuk dehidrasi yang dia alami saya bisa pastikan kalau itu bukanlah masalah. Hanya saja ada hal yang lain yang perlu dikhawatirkan Joongki-ssi” jelas Dokter itu. joongki mengernyit heran.

“Maksud songsaengnim?”

“Saya rasa Joongki-ssi cukup bingung dengan reaksi histeris Shilla-ssi barusan, bukan?” Tanya Dokter itu. joongki hanya mengangguk.

“Itu yang harus dikhawatirkan Joongki-ssi. Saya memang bukan seorang psikiater atau sebagainya, tapi melihat kondisi Shilla-ssi, detak jantungnya yang tak pernah stabil kemudian tekanan darahnya yang cukup tinggi ditambah semua ekspresi yang Shilla-ssi tunjukkan saya merasa kalau Shilla-ssi tengah dalam keadaan stress atau depresi berat.”

“Mwo?”

“Saya tidak tahu apa yang menyebabkannya hanya saja melihat sikapnya kepada Anda barusan membuat saya sedikit bisa mengira kalau dia ketakutan kepada Anda..dan mungkin pada pria.”

“Mworago?” Joongki semakin tak mengerti dengan maksud penjelasan Dokter itu.

“Shilla-ssi tidak histeris saat saya memeriksanya tapi ia begitu ketakutan saat Joongki-ssi hanya memberikan sentuhan singkat di jemarinya. Mungkin karena saya seorang perempuan sedangkan Anda seorang laki-laki”

“Saya tidak mengerti.”

“Saya juga belum bisa memastikannya Joongki-ssi. Mungkin Shilla-ssi mengalami sexual harassment atau semacamnya sehingga ia terlihat ketakutan. Atau entahlah saya juga tidak berani berspekulasi.”

Mata Joongki membulat seketika. Perkataan Dokter Kim memang masuk akal. Tapi apakah benar?

Sexual harassment? This gonna be kidding me!

“Maldo andwe!” ucap Joongki lemas. Ia benar-benar takut jika apa yang Dokter Kim katakan itu adalah sebuah kenyataan.

“Jwesonghamnida jika saya harus mengatakan ini Joongki-ssi. Tapi ada baiknya Joongki-ssi memanggil psikiater untuk memeriksa Shilla-ssii” usul Dokter itu. joongki melebarkan kelopak matanya.

“Mworago? Shireo! Dia tidak gila songsaengnim” bantah Joongki. Ia sedikit kesal dengan usul itu.

“Saya tahu Joongki-ssi. Dan saya tidak mengatakan kalau Shilla-ssi gila. Dia hanya butuh diperiksa lebih lanjut oleh psikiater. Hanya untuk membuatnya bisa mengatasi ketakutan atau depresinya. Ini demi kebaikan Shilla-ssi juga. saya harap Anda memikirkan ini dengan baik Joongki-ssi” jelas Dokter itu.

Joongki merasa tubuhnya lemas sekarang. Dia benci ide itu tapi Dokter Kim benar. Demi kebaikan Shilla. Ia hanya merasa tak akan sanggup jika Shilla selalu berteriak histeris seperti itu lagi.

Kau harus tersenyum lagi Shilla-ya.

~Senseless Part 9~

CEKLEK

Shilla menolehkan kepalanya pelan ketika ia mendengar bunyi pintu ruangannya terbuka. Sejurus kemudian ia bisa melihat sosok Joongki yang tersenyum tipis kearahnya.

Shilla tak membalas senyum itu. Ia hanya memandang Joongki diam. Tak ada sepatah kata pun yang ia ingin ucapkan. Bahkan tak ingin tahu apa yang Dokter katakan pada Joongki mengenai kondisinya. Tak ada yang ia pedulikan sekarang.

Joongki berjalan mendekatinya. Ia mengelus puncak kepala Shilla dan sontak gadis itu berjengit seolah kaget. Sejenak Joongki bisa melihat sedikit aura ketakutan yang Shilla tunjukkan. Hanya karena sentuhan singkat dari Joongki.

“Kau lapar? Dari kemarin kau belum makan kan?” tanya Joongki cemas. Shilla menatapnya kemudian menggeleng singkat.

“Tapi kau harus makan Shilla-ya” bujuk Joongki lagi. Shilla masih menggelengkan kepalanya.

“Jebal Shilla-ya. Kau tidak akan bertahan hanya dengan asupan cairan infus itu. Kau butuh makan, eo?” Joongki berucap sabar. Shilla masih menggeleng.

“Aku tidak lapar Oppa” lirih Shilla. joongki mendedah kecewa.

“Jangan membuat Oppa khawatir Shilla-ya. Kau makan, ne? Jebal!” pinta Joongki lembut. Shilla mengerjabkan matanya. Merasa tidak tega dengan Joongki. Hingga akhirnya ia mengangguk setuju.

Joongki mengulum senyumnya. “Oppa suapi, ne?” ucap Joongki kemudian mengambil bubur yang ada di meja samping tempat tidur itu.. shilla hanya mengangguk menyutujui.

You barely speak Shilla-ya.

Joongki menyuapi Shilla dengan telaten. Keheningan kentara sekali mendominasi. Tidak ada yang bicara. Atau lebih tepatnya Shilla tak berniat sama sekali untuk bicara. Dan hal itu membuat Joongki enggan bicara. Ia hanya memperhatikan sosok di depannya itu miris.

“Chunji..dimana?” ucap Shilla lirih. Joongki sedikit mendongak. Ia tersenyum simpul.

Setidaknya Shilla masih sama. Masih perhatian dengan Chunji.

“Dia ada urusan dikampus. Tapi ia bilang setelah selesai dia langsung kesini” jelas Joongki. Shilla hanya mengangguk paham.

“Kau mau cerita apa yang terjadi padamu Shilla-ya?” tanya Joongki hati-hati. Shilla memperhatikan Joongki kemudian menggeleng lemah. Ia membuang mukanya. Setelahnya tidak ada lagi yang bicara.

Suasana kembali hening.

~Senseless Part 9~

Siwon memandang diam sosok yang kini tengah terlelap itu. Ia hanya mengamati sosok itu dari balik kaca. Masih ragu apakah harus datang dan melihat kondisi sosok itu secara langsung atau tidak. Ia bisa melihat dengan jelas selang infus yang menusuk kulit tangan Shilla.

Perlahan Siwon mengumpulkan keberaniannya. Ia membuka knop pintu itu kemudian berjalan pelan kearah Shilla.

Tunangannya itu menutup rapat matanya. Wajar saja karena sekarang sudah pukul 10 malam. Dan baru sekarang Siwon memberanikan dirinya menjenguk Shilla. Ia terlalu pengecut dan Siwon tahu betul itu.

Memar di wajah Shilla masih bisa Siwon lihat meski dalam cahaya lampu kamar itu yang cukup remang. Siwon memperhatikan detail wajah Shilla dan ia bisa melihat Shilla seolah gelisah dalam tidurnya.

Seolah tunangannya itu tengah mengalami mimpi buruk. Ia bisa mendengar igauan lembut dari bibir Shilla. dan bagi Siwon igauan itu terasa seperti gumaman ketakutan.

Siwon bahkan bisa melihat peluh yang membanjiri wajah Shilla. Ia hendak menyentuh pipi gadis itu ketika ia merasakan tubuhnya serasa tertarik. Tertarik menjauh dari tubuh Shilla.

Dan ia sadar ia memang tengah ditarik. Lebih tepatnya ditarik paksa oleh seseorang.

“Apa yang..” Siwon hendak protes ketika akhirnya ia hanya bisa terdiam. Seseorang memang benar menarik dirinya, menarik kerah bajunya menjauh dari Shilla. dan orang itu Song Joongki.

Joongki menatap Siwon tajam saat akhirnya ia berhasil menyeret Siwon menjauhi Shilla. ia kemudian menghempaskan tubuh Siwon. Meski tenaganya tak cukup kuat untuk menjatuhkan Siwon, tapi setidaknya tubuh kekar Siwon sempat mundur beberapa langkah. Dan kini keduanya berada di luar kamar inap Shilla.

“Sudah kubilang bukan untuk tidak menemui Shilla lagi?” ucap Joongki dingin. Ia berdiri menghalangi pintu. Berharap dengan seperti Siwon tidak akan memasuki ruang rawat inap Shilla lagi.

“Joongki-ssi aku hanya..”

“Apa? Apa yang ingin kau lakukan lagi? Sudah cukup Siwon-ssi. Jangan pernah temui Shilla lagi”

“Keundae bagaimanapun juga aku ini..”

“Tunangannya? Tch! Kau bahkan tak pantas menyebut seperti itu.” Ucap Joongki kesal. Ia menatap Siwon tajam, sangat tajam malah.

“Sekarang pergilah! Aku tidak ingin melihatmu disini!” tambah Joongki. Siwon menatapnya tak percaya.

“Bagaimanapun dia tunanganku Joongki-ssi. Aku perlu bicara padanya. Aku perlu…”

Joongki sontak memegang kerah baju Siwon. Rahangnya mengeras. Matanya bahkan mengilatkan kemarahan.

“Masih berani kau mengatakan dia tunanganmu sementara yang kau lakukan selama ini hanya menyakitinya? You are really a jerk, Siwon-ssi!” pekik Joongki marah.

“I know..but let me talk to her”

“In your dream. Kau..” belum sempat Joongki melanjutkan ucapannya seseorang menginterupsinya.

“Hyung apa yang kalian lakukan?” ucap orang itu. Chunji.

Chunji menatap bingung kedua Hyung-nya yang terlihat seperti bertengkar itu. Ia bahkan bisa melihat Joongki yang masih memegang kerah kemeja Siwon. Chunji membulatkan matanya tak percaya.

“Joongki Hyung apa yang kau lakukan? Lepaskan Hyung!” ucap Chunji. Joongki menatapnya kemudian melepaskan pegangannya kesal. Ia masiih menatap Siwon tajam.

“Shilla memang masih tak mau membuka mulutnya atas apa yang terjadi padanya. Tapi bisa aku pastikan Siwon-ssi, kau akan mendapat ganjaran yang setimpal kalau sampai semuanya adalah ulahmu.” Ucap Joongki mengingatkan.

Chunji hanya menatap keduanya bingung. Ia masih belum mengerti duduk masalahnya. Tapi aura kemarahan yang Joongki tunjukkan membuatnya sedikit mengerti kalau semua ini berhubungan dengan nunanya.

“Pergilah! Sebelum aku kehilangan kesabaranku, Siwon-ssi!” ucap Joongki.

“Jebal Joongki-ssi…”

“Kubilang pergi!” pekik Joongki. Siwon terdiam. Chunji menepuk pundak Siwon.

“Hyung, pulanglah dulu! Mungkin Joongki Hyung sedang emosi. Lebih baik Hyung pulang saja, eo? Biar aku yang menjaga Shilla nuna” ucap Chunji pada Siwon. Siwon menatapnya kemudian mengangguk setuju. Ia kemudian berpamitan pada Chunji.

Joongki memalingkan wajahnya. Tak ingin melihat wajah Siwon sedikitpun.

“Hyung kau juga harus pulang!” ucap Chunji pada Joongki. Joongki menatapnya tak setuju.

“Shireo! Aku akan menjaga Shilla. tak akan kubiarkan pria itu menemui Shilla”

“Hyung, Siwon Hyung sudah pulang. Dan kau tenang saja aku akan menjaga Shilla nuna.”

“Keundae..”

“Hyung! Biarkan aku yang menjaga nuna. kau baru pulang daari Busan dan langsung ke rumah sakit. Kau belum beristirahat sama sekali. Istirahatlah Hyung, besok baru kau kesini lagi” jelas Chunji.

Joongki menghela napasnya. “Araseo. Keundae kalau ada apa-apa kau bisa menghubingku, eo? Dan jangan ijinkan pria itu menemuinya” nasehat Joongki. Chunji mengangguk patuh.

“Eo araseo. Pulanglah, kau juga butuh istirahat”

~Senseless Part 9~

Siwon mendesah pelan. Ia memijit keningnya yang serasa ingin meledak itu. Pikirannya penat dan hanya seseorang yang kini memenuhi pikirannya. Park Shilla.

Nama itu bahkan terdegar begitu memilukan. Membuatnya merasakan perih yang entah dari mana asalnya. Entah apa penyebabnya.

Selama ini ia selalu berusaha tak peduli. Tapi ia tak bisa menepis rasa itu. Rasa sakit itu kini menelisik sembrono hingga dasar hatinya.

“Oppa, kau tidak ingin makan?” ucap sebuah suara feminim. Siwon mendongakkan kepalanya, menatap sosok wanita yang sudah lama ia kenal. Jihyun.

Mereka tengah makan siang bersama. Lebih tepatnya Jihyun memaksanya untuk makan siang bersama. Dan karena Siwon sedang tidak ada tenaga untuk meladeni tingkah kekanakan Jihyun, ia hanya diam saat Jihyun menariknya.

Siwon menghela napasnya lagi. Ia menyendokkan makanan yang tersaji di depannya. Entah makanan apa, jIhyun yang memilihkannya. Dan Siwon terlalu enggan untuk sekedar memilh makanan jadi apa yang dipesan Jihyun ia hanya pasrah menerimanya.

“Pedas” komentar Siwon singkat. Jihyun menatap Siwon.

“Benarkah? Menurutku tidak pedas Oppa” ucap Jihyun cuek. Siwon menatapnya diam. Ia tersenyum miris seketika.

“Apa terlalu pedas Oppa? Ah mianhae, jeongmal mianhae. Oppa gwenchana? Kuambilkan segelas susu untuk meredakan pedasnya, ne? Mianhae”

“Dia akan langsung panik jika aku mengeluh pedas” gumam Siwon seperti sebuah bisikan. Jihyun mendongakkan kepalanya. Menatap Siwon bingung.

“Mwo?”

Siwon menatap Jihyun dan menggeleng singkat. “Aniya” ucapnya singkat.

Siwon memalingkan wajahnya. Ingatan tentang reaksi Shilla ketika dirinya mengeluh pedas sanggup membuatnya merasakan pilu itu lagi.

Buka mata dan hatimu Siwon-ah. Dengan begitu kau akan sadar kalau hanya Shilla yang paling mengerti dirimu. Bukan wanita lain.

Siwon terkesiap. Ucapan Donghae beberapa waktu lalu seperti cambuk untuknya. Ia hanya bisa tersenyum tipis.

Mengakui kalau ucapan sahabatnya itu benar.

She’s too precious to be hurt, And.

Lagi. Kini giliran ucapan Bryan yang membuatnya seolah tersadar. Seolah tersadar kalau selama ini banyak yang telah ia lakukan.

Joongki benar. Apa yang ku lakukan selama ini hanya menyakitinya.

Siwon menggigit bibir bawahnya. Rasa sesak dan penat itu menghimpit kuat dadanya. Pilu dan perih itu kembali menyerangnya.

Mianhae Shilla-ya..

~Senseless Part 9~

“Dia masih belum bangun” tanya Joongki pelan. Chunji mendongakkan kepalanya dan menggeleng pelan.

“Semalam nuna tidak nyenyak tidurnya. Ia bahkan terus mengigau dan terus ketakutan Hyung. Untung saja semalam Dokter memberinya obat penenang jadi nuna bisa tidur tenang. Mungkin pengaruh obatnya masih bertahan sampai sekarang jadi ia belum bangun” jelas Chunji. Joongki hanya bisa menatap Shilla prihatin.

“Nuna sepertinya sangat tersiksa Hyung. Dan sampai sekarang bahkan kita tidak tahu apa yang membuat nuna seperti ini” gumam Chunji.

“Salahkan saja tunangannya yang terhormat itu” ucap Joongki tak suka. Chunji menatap Hyung-nya itu bingung.

“Kenapa Hyung selalu menyalahkan Siwon Hyung?”

“Karena dia memang salah”

“Hyung, tapi Siwon Hyung orang yang baik. Rasanya tidak mungkin ia yang menyebabkan Shilla nuna seperti ini”

“Kau dibohonginya kalau begitu. Nyatanya dia memperlakukan Shilla keji. Dia selalu menyakitinya, Ji”

“Maldo andwe. Siwon Hyung selalu baik padaku Hyung. Dan ia terlihat mencintai Nuna” ucap Chunji tak percaya. Sosok Siwon yang ia kenal memanglah sosok yang baik.

“Semuanya hanya topeng” ucap Joongki singkat. Chunji hanya bisa mngernyit bingung. Ia memilih diam bukan bertanya lebih lanjut. Ia lebih memilih untuk mendengar penjelasan langsung dari nunanya.

“Ugh..” Shilla menggeliat pelan. Chunji dan Joongki menaruh perhatian padanya. Memperhatikan Shilla hingga gadis itu benar-benar telah tersadar kini.

“Oppa? Ji?” gumam Shilla. keduanya tersenyum lembut kearah Shilla.

“Bagaimana tidurmu?” tanya Joongki perhatian.

“Baik” balas Shilla singkat. Bohong tentu saja. Ia tahu semalam ia bahkan tidak nyenyak tidur. Mimpi itu serasa membunuhnya.

“Anyeong haseyo” ucap sebuah suara. Ketiganya menolehkan kepalanya menatap kearah pintu yang kini tengah dibuka oleh seorang wanita paruh baya. Wanita itu tersenyum lembut.

“Eo, Kang Minji-ssi. Waseo?” sapa Joongki. Ia menghampiri wanita itu kemudian menjabat tangannya. Sementara Chunji dan Shilla tak tahu siapa wanita itu.

“Ji, Shilla kenalkan ini Kang Minji, psikiater” ucap Joongki. Baik Chunji atau Shilla mengernyit bingung.

“Anyeonghaseyo Shilla-ssi. Bangamseumnida” ucap Minji ramah. Shilla hanya mengangguk pelan.

“Dia yang akan memeriksamu, Shila-ya” ucap Joongki. Shilla membulatkan matanya.

“Naneun?”

“Hyung keundae wae?”

“Ini untuk kebaikanmu Shilla-ya” jelas Joongki. Shilla menggeleng pelan.

“Aku..tidak gila Oppa”

“Ara, nan ara. Hanya ingin kau sembuh dari ketakutan dan gelisahmu, Shilla-ya”

Shilla menatap Joongki heran. “Keundae..”

“Gwenchana Shilla-ssi. Saya hanya akan  berbicara sebentar denganmu Shilla-ssi. Anggap saja ini hanya pembicaraan antarwanita, ne?” ucap Minji lembut. Ia membubuhkan senyum tulusnya. Shilla memandang ketulusan yang terpancar dari wajah Minji dan pada akhirnya hanya bisa mengangguk.

“Johta! Joongki-ssi, Chunji-ssi bisakah beri kami waktu sebentar?” ucap Minji. Joongki dan Chunji mengangguk kemudian meninggalkan mereka berdua.

~Senseless Part 9~

“Kau tidak ingin menjenguknya?” ucap Donghae mengagetkan Siwon. Wajar jika Siwon merasa kaget karena memang sedari tadi yang ia lakukan hanya melamun.

Siwon menggeleng pelan. “Entahlah Hae. Joongki melarangku menemuinya”

“Dan kau pasrah saja, begitu?”

“Molla” ucap Siwon acuh. Donghae menggelengkan kepalanya. Ia lantas mengambil duduk di depan Siwon.

“Katakan apa yang kau rasakan sekarang Won-ah”

“Maksudmu?”

“Apa yang kau pikirkan dan apa yang kau rasakan? Bagilah denganku” ucap Donghae lembut. Siwon menatapnya ragu. Tapi wajah Donghae yang serius membuatnya merasa yakin untuk membagi semuanya pada Donghae.

“Entahlah Hae. Aku hanya merasa..tidak biasa”

Donghae tersenyum singkat. “Tidak biasa dengan ketidakhadirannya?” tebak Donghae. Siwon menatapnya dan mengangguk singkat.

“Kau mulai menyadarinya, Won-ah?”

“Menyadari apa?”

“Kalau selama ini kehadirannya menjadi suatu kebiasaan untukmu. Kalau selama ini kehadirannya meski tak kau sadari menjadi sesuatu yang berharga” ucap Donghae. Siwon hanya menatapnya bingung.

“Maksudmu?”

“Maksudku adalah..Kalau dia berharga untukmu.”

DEG

Entah apa yang Siwon rasakan kini. Tapi ucapan itu entah kenapa serasa menghamtam tepat di jantungnya. Membuat getaran khusus yang tak pernah Siwon sadari itu dari mana.

Dia berharga untukku?

~Senseless Part 9~

Psikiater Kang Minji keluar dari ruangan Shilla. ia tersenyum lembut kearah Joongki dan Chunji yang kini menunggu mereka di depan ruangan itu.

“Bagaimana Minji-ssi?” tanya Joongki penasaran. Lagi, wanita itu hanya tersenyum. Meski kini Joongki bisa merasakan senyuman itu terasa seperti senyuman miris.

“Shilla-ssi masih belum mau membuka suara mengenai apa yang menimpanya. Hanya saja saya bisa memprediksi kalau itu bukanlah hal biasa.”

“Lalu bagaimana menurutmu Minji-ssi?”

“Tenanglah Joongki-ssi. Saya mempunyai kenalan seorang hypnoterapi. Mungkin lain kali saya akan datang lagi. Dan apakah Joongki-ssi tidak keberatan jika saya melakukan hypnotherapy untuk Shilla-ssi?” tanya Minji. Joongki berpikir sejenak.

“Gwenchana. Selama itu bisa mengembalikan keceriaan Shilla seperti dulu.”

“Geurae. Tapi saya punya saran untuk Anda Joongki-ssi”

“Mwo?”

“Mungkin dengan hypnotherapy dan sebagainya bisa mulai sedikit demi sedikit mengurangi depresi yang dialami Shilla-ssi. Keundae.. akan lebih baik kalau Shilla-ssi diajak berlibur.”

“Berlibur?”

“Nde. Sangat penting untuknya menrima suasana baru dengan begitu mungkin pikirannya akan lebih segar. Lebih fresh lagi. Mungkin juga akan bagus untuknya melupakan masa lalu yang menyakitkan.”

“Geurae?”

“Ne. Tapi itu hanya saran. Semua tergantung dari Shilla-ssi sendiri juga” ucap Minji. Joongki berpikir keras. Mungkin memang benar saran itu.

Membuatmu melupakan lelaki itu? Apakah bisa?

~Senseless Part 9~

Siwon menghela napasnya berkali-kali. Entah kenapa kini ia merasakan debaran jantung yang kuat. Hanya ingin menjenguk Shilla dan debaran jantungnya sudah tak menentu.

Antara takut mungkin dan gelisah.

Ceklek

Dia membuka perlahan pintu ruangan itu. Kosong. Siwon hanya bisa mengernyit heran.

Apa Shilla sudah pulang?

Siwon bertanya pada dirinya sendiri. Ia mengamati ruang rawat itu, selimut masih terlihat berantakan.

Mungkin dia di kamar mandi?

Siwon melirik ke arah kamar mandi. Ia berjalan mendekati kamar mandi ruangan itu. Ia bisa mendengar suara lirih guyuran air dari dalam kamar mandi.

Siwon tersenyum simpul. Merasa lega karena Shilla masih belum pulang dari rumah sakit itu.

CEKLEK

Siwon sedikit tersentak saat tiba-tiba pintu kamar mandi ruangan itu terbuka. Dan sama seperti Siwon, Shilla juga terkejut melihat sosok Siwon di depannya.

Mata Shilla membulat seketika. Kilatan memori beberapa hari lalu berputar seperti rol film di otaknya. Seperti mimpi buruk yang tak segan-segan membelenggunya.

Teriakan itu. Bunyi tamparan itu. Kemarahan itu. Semuanya terekam sempurna dalam benak Shilla.

Teriakan memohon itu. Keputus asaannya meminta tolong. Kalimat-kalimat memelas Shilla yang bahkan tak Siwon dengarkan malam itu.

Shilla masih mengingatnya. Meski dirinya ingin melupakannya tapi otaknya terlalu pintar untuk sekedar melupakan begitu saja.

TESS

Air mata itu jatuh begitu saja. Dada Shilla terasa tiba-tiba sesak. Napasnya menjadi tidak beraturan dan kini bahkan tubuhnya bergetar.

“Shilla-ya..” ucap Siwon lembut. Tapi sayangnya, menurut Shilla itu terdengar seperti bisikan mengancam.

Shilla menutup mulutnya dengan punggung tangannya. Ia menatap Siwon penuh ketakutan.

“Shilla-ya…” ucap Siwon lagi. Ia berjalan mendekati Shilla.

Shilla sontak mundur. Semakin ia mundur semakin Siwon berjalan mendekatinya. Hingga akhirnya Shilla terbentur pintu kamar mandi,

Ia menggelengkan kepalanya keras. “Andwe! Kka! Kka!” pintanya lemah dengan suara paraunya. Ia mulai terisak.

Mendengar isakan itu entah kenapa Siwon bisa merasakan sesak. Merasakan pilu yang entah dari mana asalnya.

“Shilla-ya..dengarkan aku dulu..”

“Shireo! Kka! Kka!” tolak Shilla. ia terisak semakin keras.

“Shilla-ya..”

“Menjauh darinya, Choi Siwon-ssi!” interupsi sebuah suara. Siwon membalikkan badannya dan mendapati Joongki memandangnya tajam.

“Oppa!” pekik Shilla ketakutan. Ia berlari dan bersembunyi di balik punggung Joongki.

Seperti anak kecil yang kehilangan orang tuanya.

Siwon menatapnya iba. Yang Shilla tunjukkan padanya hanyalah ekspresi ketakutan belaka.

Tidak ada lagi tatapan penuh cinta yang Shilla tunjukkan. Tidak ada lagi tatapan tulus dan penuh perhatian. Tidak ada lagi tatapan hangat gadis itu.

Dan entah kenapa itu membuat Siwon merasakan perih di ulu hatinya.

“Kau mendengarnya, kan? Palli kka!” tegas Joongki. Siwon menatapnya mengiba.

“Ijinkan aku berbicara dengannya Joongki-ssi” pinta Siwon. Joongki berdecak singkat.

“Apa kau tak lihat kalau ia ketakutan melihatmu?” ucap Joongki. Siwon terdiam. Ia memandang Shilla yang kini masih membenamkan wajahnya di balik punggung Joongki. Isakan pelan masih bisa Siwon dengar.

“Kubilang pergi!” ucap Joongki lebih tegas. Siwon menghela napasnya.

Joongki benar. Shilla memang terlihat begitu ketakutan melihatnya. Dan Siwon kini merutuk dirinya sendiri karena semuanya terjadi karena dirinya,

Semua salahmu, Choi Siwon! Neo jeongmal baboya.

Siwon melangkahkan kakinya lemas. Ia membalikkan badannya untuk melihat Shilla. tapi tunangannya itu sama sekali tak melihatnya. Ia masih membenamkan wajahnya di punggung Joongki.

Joongki menarik tubuh Shilla. menghapus air mata yang membanjiri wajah mulus gadis itu.

“Sstt. Dia sudah pergi. Kau tenanglah” ucap Joongki menenangkan.

“Geurae? Oppa aku takut” ucap Shilla. air mata masih mengalir dari pelupuk matanya.

“Gwenchana. Dia sudah pergi, eo?”

“Keundae.. siapa dia Oppa?” ucap Shilla.

DEG

Joongki terdiam. Ia memandang Shilla bingung.

“Apa maksudmu dia siapa?” tanya Joongki bingung. Shilla menggeleng keras.

“Molla. Aku tidak mengenalnya. Tapi kenapa rasanya aku begitu ketakutan melihatnya. Dan.. dan… aku mengalami mimpi buruk itu lagi Oppa. Orang itu..orang itu menyakitiku Oppa”

“Mimpi buruk?”

Shilla mengangguk. “Ne. Mimpi buruk. Pria itu menyakitiku di mimpi itu. Dia siapa Oppa?” ucap Shilla. ia terisak lagi. Joongki tak bisa mengucapkan apapun.

Ia masih belum bisa mencerna maksud ucapan Shilla. tapi ia bisa melihat jelas ketakutan yang Shilla tunjukkan.

Dia tak tahu siapa Siwon.

“Oppa jawab aku. Siapa pria itu? Kenapa ia datang di mimpiku berkali-kali? Wae Oppa?” tanya Shilla frustasi. Joongki masih speechless.

“Dia..bukan siapa-siapa”

“Geurae? Tapi kenapa sepertinya ia mengenaliku? Kenapa ia tahu namaku?”

“Nan..molla” ucap Joongki singkat. Joongki menarik tubuh Shilla kemudian mendekapnya.

“Jangan dipikirkan, eo? Sekarang kau istirahat, ne?” ucap Joongki lagi. Shilla mengangguk singkat.

~Senseless Part 9~

“Jadi kenapa dengan Shilla, Minji-ssi?” tanya Joongki pelan. Berharap Shilla tak terbangun mendengar percakapan mereka. Ia memang tengah tertidur sekarang.

Tadi setelah insiden kehadiran Siwon ia langsung menghubungi Minji. Ia begitu khawatir dengan Shilla.

“Gwenchana. Ia hanya mengalami post trauma.”

“Maksudnya?”

“Ia memang kehilangan sedikit memorinya. Tapi hanya memori yang membuatnya ketakutan.  Memori yang ingin sekali ia lupakan.”

“Lalu apa ini ada hubungannya dengan depresinya beberapa hari ini?”

“Ne. Sepertinya orang yang baru saja menjenguk Shilla-ssi ada hubungannya dengan depresinya. Dan mungkin Shilla-ssi ingin melupakan kejadian itu. Sehingga alam bawah sadarnya melupakan sosok itu”

“Apakah itu akan selamanya?”

“Aniya. Hanya temporal. Hanya sampai depresinya sudah sembuh.”

Joongki menatapnya khawatir. Tapi entah kenapa secuil hatinya merasa sedikit lega karena Shilla melupakan Siwon.

“Keundae itu tidak akan berdampak buruk pada kejiwaanya atau kesehatannya, kan?”

“Aniyo. Ini reaksi yang cukup wajar untuk orang yang mengalami depresi dan trauma. Percayalah Shilla akan kembali menjadi Shilla yang dulu lagi. Berdoalah untuk itu Joongki-ssi”

“Ne”

“Kalau begitu saya permisi” pamit Minji. Joongki mengangguk seraya tersenyum kepada Minji.

Joongki memandang wajah lelah Shilla. ia membelai wajah gadis itu.

Entah aku harus senang atau tidak dengan amnesiamu ini Shilla-ya. Aku hanya berharap kau kembali menjadi Shilla yang dulu.

Saranghae..

 

To be continued…

Oke maaf ya lama update.. dan maaf juga untuk typo/..kalo makin gaje ni ff maafin juga ya,,,ngetiknya sambil ngumpet2 dari gangguan ponakan soalnya..hehe