The Precious One Chapter 6

Helaan napas panjang itu terdengar sebagai suara satu-satunya di ruangan itu. Ruangan dengan nuansa putih yang sarat sekali dengan aroma obat yang menyengat.

Gadis di ruangan itu menatap kearah kaca yang dipegangnya sedari tadi. Helaan napas itu keluar lagi dari bibirnya. Ia menyentuh wajahnya dan tiada senyuman yang terukir di bibirnya,

CEKLEK

Gadis itu sontak menolehkan kepalanya ketika ia mendengar pintu ruangan itu terbuka. Dan disana ia bisa melihat seorang namja tersenyum kearahnya dari ambang pintu. Sebuah buket bunga terletak di tangan kanannnya.

Gadis itu membuang mukanya. Merasa malas menatap wajah orang yang baru datang itu. Atau mungkin lebih tepat dikatakan kalau ia kesal dengan orang itu.

Semuanya gara-gara dia.

“Hey…bagaimana keadaanmu?” pria itu berusaha memulai pembicaraan. Berusaha sebisa mungkin agar terkesan bersahabat.

“Kau pikir aku terkena penyakit mematikan sehingga menanyakan keadaanku seperti itu?” gadis itu berucap dingin.

“Shilla-ssi” pria yang tak lain Siwon itu tak bisa menyembunyikan rasa kecewanya. Seolah tunangannya itu begitu membencinya. Begitu dingin terhadapnya. Ya tapi ia tak bisa menyalahkan gadis itu karena ia tahu Shilla menjalani operasi itu bukan atas kemauannya.

Dia hanya marah dengan Appanya dan melampiaskannya padaku.

“Aku tak ingin melihatmu. Pergilah!” Shilla berucap lirih namun bisa Siwon dengar dengan jelas. Tunangannya itu masih saja membuang mukanya.

Apa wajahku begitu menjijikkan hingga ia tak ingin melihatku?

Siwon menghela napasnya. Ia tahu Shilla sedang tidak dalam mood yang baik untuk diajak bicara. Semakin lama ia disana semakin ia yakin kalau Shilla akan semakin dingin terhadapnya.

“Araseo. Kita akan bicara lagi nanti setelah kau keluar dari rumah sakit ini” ucap Siwon pasrah. Ia meletakkan bunga yang sedari tadi ia pedang ke meja samping ranjang itu. Ia melihat Shilla sekilas sebelum akhirnya ia meraih knop pintu dan keluar dari ruangan itu.

Shilla menolehkan kepalanya begitu Siwon keluar dari ruangannya. Ia melirik sekilas buket bunga yang Siwon bawa untuknya. Ia menghela napasnya.

Ia tahu mungkin tidak sepatutnya ia bersikap begitu dingin pada Siwon. Tapi ia tak bisa membantah kalau ia membenci Siwon kini. Merasa karena dialah semua pertengkaran dengan ayahnya terjadi. Merasa karena Siwon lah ayahnya berusaha mati-matian untuk merubahnya dan pada akhirnya menyakitinya.

Meski dalam lubuk hatinya ia tahu kalau sepenuhnya bukan salah Siwon. Pria itu bahkan mungkin begitu inosen, tak tahu apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan ayahnya.

I  can’t help but  hate him.

Shilla memandang dirinya lagi dari cermin itu. luka diwajahnya sudah hilang dan bisa dikatakan kini wajahnya sudah mulus kembali. Dan untungnya dokter yang menangainya menepati janjinya dengan tidak menyentuh bagian lain dari wajahnya.

Apa..semuanya akan menjadi lebih setelah ini?

Shilla tak bisa menahan rasa cemasnya. Mungkin dengan wajahnya menjadi lebih baik menurut kebanyakan orang maka nasibnya juga akan menjadi lebih. Dia akan menjadi lebih nyaman bergaul dengan orang lain.

Tapi justru itu yang ia takutkan. Ketika orang-orang menjadi lebih akrab dengannya setelah operasi ini maka ia akan merasa kalau perhatian orang-orang itu tidaklah tulus.

Ia terbiasa tidak begitu akrab dengan orang lain terutama pria karena wajahnya selama ini. Mungkin orang lain menganggapnya itik buruk rupa atau semacamnya, tapi dulu ia tak peduli. Hanya saja jika orang-orang itu kini menyukainya, bukankah itu berarti kalau mereka tidaklah tulus?

Shilla menggelengkan kepalanya. Merasa pusing hanya memikirkan hal itu.

Aish molla.aku tidak peduli.

“Hey hey! Kenapa dengan wajahmu yang cemberut itu?” sebuah suara itu sontak mengagetkan Shilla. Ia menolehkan kepalanya dan mendapati pamannya memasuki ruangannya. Shilla tersenyum menyambut sang paman.

“Samchon!” Yongsul menggelengkan kepalanya kemudian memeluk keponakan kesayangannya itu.

“Kau baik-baik saja?” Yongsul berkata sembari melepas pelukannya. Ia menatap dalam kedua mata Shilla. Keponakannya itu menggelengkan kepalanya.

“Aniya”

Yongsul membelai rambut Shilla. “Gwenchana. Yunbin Hyung mungkin terkesan berlebihan tapi percayalah ini untuk kebaikanmu, hm?”

“Kebaikan macam apa yang Samchon katakan? Apakah memaksa anaknya menjalani operasi plastic itu dianggap sebagai suatu kebaikan?” Shilla mencoba berargumen. Yunbin tersenyum lembut.

“Hyung bukan orang yang bertindak tanpa berpikir. Pasti ia sudah memikirkan semuanya hingga ia memaksamu menjalani operasi ini”

“Kenapa samchon jadi membela Appa?” rengek Shilla. Yunbin sontak tertawa kecil.

“Ini bukan membela Shilla sayang. Tapi samchon bicara berdasar pengalaman samchon selama ini sebagai adiknya.”

“Aish! Samchon sama saja dengan Appa. Sama-sama menyebalkan! Keluarlah, aku ingin tidur” Shilla merajuk lagi. Ia melipat tangannya di dada, kemudian berbaring di kasur rumah sakit itu. membelakangi sang paman.

Yongsul menggelengkan kepalanya. Ia tahu kalau keponakannya sedang ngambek seperti itu maka tak ada gunanya ia berargumen dengannya. Memberi waktu untuk menenangkan diri untuknya adalah pilihan yang tepat. karena itulah ia tak pernah beradu argument panas dengan Shilla, tak seperti kakaknya yang selalu saja bertengkar dengan Shilla. Karena pada dasarnya ayah dan anak itu sama-sama keras kepala.

~The Precious One Chapter 6~

Suasana makan malam itu kembali hening. Kecanggungan jelas sekali tercipta. Hanya ada suara dentingan alat makan di ruang makan itu. Tapi mulut orang yang ada dalam ruangan itu tertutup. Terlihat seperti berkonsentrasi dengan makan mereka. Tapi tidak.

Tak seperti malam sebelumnya yang Shilla tidak hadir di acara makan malam seperti biasanya. Sekarang ia sudah kembali hadir di ruang makan itu. tapi memang semenjak ia keluar dari rumah sakit pasca menjalani operasi itu ia menjadi lebih diam.

Bukan karena dia masih terpuruk dengan  keputusan sang ayah. Tapi lebih kepada ia berusaha meredam segala bentuk emosi yang ada dalam dirinya. Tak ingin banyak bicara yang pada ujungnya hanyalah membuahkan sebuah ledakan emosi.

Ia sudah bisa menerima. Menerima kalau kini wajahnya sudah menjadi lebih baik menurut kebanyakan orang. Hanya saja terkadang ia masih merasa kalau ini bukan dirinya yang sebenarnya. Tapi toh semuanya telah terjadi bukan? Toh kini wajahnya sudah kembali mulus seperti tahunan silam sebelum kecelakaan itu terjadi.

Mungkin lebih baik begini.

Shilla menghela napasnya pelan. Ia menengadahkan kepalanya dan ia bisa melihat ayahnya yang tengah menatapnya. Shilla hanya menatap balik ayahnya dengan datar. Sementara Yunbin sang ayah tengah menatapnya dengan senyuman kecilnya.

Kau puas Appa?

“Kau terlihat lebih baik seperti itu” ucap Yunbin. Shilla cukup tahu untuk siapa kalimat itu terlontar. Untuk dirinya tentu saja.

Ia memilih tak menanggapi apapun. Ia hanya diam dan menyeringai kecil.

“Kosongkan acara untuk besok malam Shilla-ya” lanjut Yunbin. Shilla hanya menautkan alisnya bingung.

“Kita akan makan malam dirumah calon mertuamu” tambahnya. Shilla sedikit terkejut dengan ucapan sang ayah. Jujur ia belum siap untuk bertemu dengan calon mertuanya. Ia bahkan belum siap dengan pernikahannya yang semakin mendekat itu.

Secepat itukah?

“Calon mertuamu baru saja kembali dari business trip mereka dan begitu mereka kembali ke Korea mereka langsung ingin bertemu dengan calon menantunya. Tidakkah itu bagus?” ucap Yunbin dengan senyuman di wajahnya. Shilla hanya tersenyum kecil sembari menghela napasnya.

Appa terlihat sangat bahagia.

“Ah iya Hwa-ya. Besok siang ajak adikmu untuk belanja. Dia harus berdandan cantik besok malam, eo?” tambah Yunbin. Soohwa hanya mengaggukkan kepalanya paham.

Cantik? You gotta kidding me, Appa.

Shilla menggelengkan kepalanya. Ia bahkan tak yakin apakah pernyataan ayahnya akan menjadi kenyataan. Ia sadar ia bukan Soohwa yang bisa tampil menawan dengan balutan apapun di tubuhnya.

Sekali lagi ia sadar kalau ia berbeda dengan kakaknya. Meskipun kini bekas luka itu telah hilang dari wajahnya tapi tetap saja wajahnya tetap sama. Ia bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan sang kakak. Perbedaan diantara mereka terlalu jauh. Membuatnya terkadang berpikir jangan-jangan ia bukan anak kedua orang tuanya. Tapi toh hal itu tidaklah benar, bukan?

Yunbin menarik kursinya kemudian berjalan menuju kamarnya. Shilla menghela napas berat.

Hwayoung melirik kearah Shilla dan ia berjalan  mendekati Shilla. Ia mengelus puncak kepala anak bungsunya itu.

Shilla menatap Eomanya itu. ada sebuah gurat keprihatinan yang ibunya tunjukkan untuknya. Dan Shilla tak mengerti kenapa.

“Kau baik-baik saja?” Tanya Hwayoung lembut. Shilla menganggukan kepalanya.

“Kau harus banyak bersabar dengan ayahmu. Dia meyayangimu Shilla-ya. Hanya saja terkadang caranya untuk mengungkapkan rasa sayangnya itu salah. Maafkan ayahmu, ne?”

Shilla mengaggukan kepalanya. “Ne Eoma” lirih Shilla. Hwayoung mengelus puncak kepala Shilla lagi.

“Dia ayahmu, jadi kau jangan membencinya, ne?”

“Ehm.”

“Percayalah kalau dia meyayangimu seperti dia menyayangi Soohwa, eo?”

Shilla bisa melihat ibunya itu memberikan sebuah senyuman hangat untuknya. Senyuman yang selalu membuatnya merasa tenang. Senyuman yang sanggup membuatnya percaya setiap kata yang ibunya itu lontarkan.

~The Precious One Chapter 6~

Shilla hanya bisa pasrah ketika sedari tadi kakaknya menyeretnya kesana kemari memasuki beberapa butik. Sejujurnya ia sudah lelah sedari tadi tapi sepertinya kakaknya itu memiliki nyawa cadangan hingga tidak merasa lelah sedikitpun.

“Coba ini!” perintah Soohwa sembari menyerahkan sebuah dress berwarna biru toska kearahnya. Shilla menghela napasnya lelah kemudian menerima dress itu dan memasuki ruang ganti.

Tak lama, ia sudah keluar ruang ganti dan menunjukkan wajah malasnya kepada sang kakak. Soohwa tersenyum cerah begitu Shilla keluar dengan dress yang ia pilihkan.

“Woa, yeppo! Kita ambil yang ini kalau begitu” ucap Soohwa senang. Shilla hanya menggelengkan kepalanya.

Yang ingin bertemu calon mertua siapa yang antusias siapa. Tck!

“Sudah kan? Kkaja kita makan kalau begitu eon. Pegopa!” ucap Shilla. Sayangnya Soohwa menggelengkan kepalanya.

“Andwe! kita harus mencari heels dulu untukmu. Baru setelah itu kita makan”

“MWO? Shireo!” tolak Shilla tegas. Demi Tuhan ia paling malas jika disuruh memakai heels. Memakai dress saja sudah membuatnya malas apalagi heels? Dan ia berani jamin heels pilihan kakaknya itu pastilah bukan heels biasa. Pasti yang akan ia pilihkan adalah stiletto  dengan tinggi minimal 10cm.

“Ayolah saengi. Appa sudah menyuruhku untuk memberikanmu yang terbaik untuk acara makan malam nanti.”

“Shireo! Lebih baik aku menginjak duri daripada harus memakai sepatu setan itu”

“Hey berhenti bersikap tomboy. Sebentar lagi kau akan menikah. Dan tidak mungkin kau menikah dengan sepatu kets kan?”

“Shireo eoni. Kau ingin menyiksaku dengan heels itu? shireo!” Shilla menggelengkan kepalanya keras.

“Memakai heels tidak akan membunuhmu. Lagipula eoni janji tidak akan memilihkanmu yang tinggi. Hanya 5 cm, deal?”

Shilla memandang kakaknya yang kini menatapnya dengan tatapan memohon itu. ia menghela napasnya. Ketika kakaknya sudah menunjukkan wajah seperti itu maka ia tak punya pilihan lain selain mematuhinya.

“Araseo” ucap Shilla lemah. Soohwa tersenyum penuh kemenangan kemudian menyeret Shilla kesebuah toko sepatu.

Ia sibuk memilihkan beberapa stiletto yang kira-kira nyaman untuk adiknya pakai. Mengingat adiknya itu belum pernah sekalipun memakai stiletto. Ia memang pernah memakai heels tapi toh itu wedges 3cm. itu pula Soohwa waktu itu yang memaksanya memakai itu saat acara prom sekolahnya dulu.

“Cobalah!” titah Soohwa lagi. Shilla menurut kemudian mengenakan stiletto yang kakaknya pilih. Ia kemudian mencoba berdiri.

“Bagaimana? Apa nyaman?”

“Ehm” ucap Shilla malas. Sejujurnya ia tak nyaman. Tapi daripada ia harus mencoba yang lainnya lagi dan pasti akan lama lebih baik ia bilang nyaman saja. Lagipula ia sudah sangat lapar.

“Sudah kan? Makan, eo?” pinta Shilla. Soohwa menganggukkan kepalanya.

“Araseo” sayangnya ketika keduanya hendak keluar toko itu mereka berpapasan dengan orang yang sama sekali tak ingin Shilla lihat.

“Eo? Shilla-ssi? Hwa-ya?” ucap orang itu. sontak Shilla berdecak malas.

“Eo Siwon-ah. Kebetulan bertemu disini. Apa yang kau lakukan?” Tanya Soohwa ramah.

“Ehm hanya mengambil pesanan Eoma disini. Well, dia sedikit sibuk jadi ia menyuruhku mengambil sepatu yang ia pesan. Keunde..apa yang kalian lakukan?”

“Menurutmu apa yang orang lakukan di butik sepatu?” ucap Shilla sarkastik. Siwon terkekeh pelan.

“Ah benar. Pasti kalian membeli sepatu. Apa kalian sudah selesai?”

“Ehm. Kami akan makan siang setelah ini. Kau mau bergabung Siwon-ah?” tawar Soohwa, sontak Shilla mendelik kearah kakaknya.

“Wae? Tidak salah kan mengajak tunanganmu makan bersama?” ucap Soohwa polos. Shilla melotot kearah kakaknya.

“Siapa yang mau mengajaknya memangnya?” ucap Shilla kesal. Soohwa bisa melihat raut kecewa di wajah Siwon. Ya, setidaknya itulah menurutnya.

“Berhenti bersikap dingin dengan pria Shilla-ya. Dia itu sebentar lagi menjadi suamimu.”

“So?” ucap Shilla malas. Soohwa hanya menggelengkan kepalanya. Adiknya itu memang terkadang keras kepala.

“Gwenchana Hwa-ya. Aku tidak mau mengganggu acara makan siang kalian. Lagipula aku sudah makan” ucap Siwon.

Bohong sebenarnya. Karena memang sedari tadi ia belum makan. Hanya saja ia merasa tidak enak kalau memang Shilla tidak menginginkannya makan bersama.

“Geurae? Ah sayang sekali”

“Gwenchana. Kalau begitu kalian makanlah. Kurasa Shilla-ssi sudah sangat lapar, eo?”

“Jangan sok tahu” ucap Shilla dingin kemudian berjalan keluar butik itu. Soohwa menghela napasnya.

“Maafkan Shilla, Siwon-ah. Dia hanya lelah kurasa. Beside, she’s in her periods.” Ucap Soohwa. Siwon mengangguk dan terkekeh pelan.

“Moody much, eh?”

“Yups. Ah kalau begitu aku duluan Siwon-ah. Sebelum adikku itu mengamuk sedari tadi ia terus merengek minta makan” ucap Soohwa. Siwon tertawa kecil kemudian menganguk.

“Ehm.”

~The Precious One Chapter 6~

Shilla menghembuskan napasnya dalam. Di depan matanya kini sebuah rumah besar nan megah berdiri kokoh. Ya rumah keluarga Choi. Hanya dengan sekali lihat orang juga akan tahu kalau pemilik rumah itu bukanlah orang biasa.

“Kkaja kita masuk” ajak sang ayah. “Dan ingat, jangan bertindak sesuatu yang bisa memalukan keluarga kita” ucap Yunbin mengingatkan Shilla. Dan anaknya itu hanya bisa menghela napasnya pelan.

Shilla tak bisa menyembunyikan debaran jantungnya yang tak menentu. Jujur ia tak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaannya kini. Yang jelas ia gugup.

Gaun berwarna toska selutut yang ia kenakan mungkin terlihat bagus. Tapi ia ragu bagaimana wajahnya setelah menggunakan gaun itu. Ia tak berani mengatakan dirinya cantik ketika disampingnya ada kakaknya yang secantik bidadari.

Jujur saja berbagai pikiran melintas di benaknya. Bagaimana kalau ia terkesan buruk? Bagaimana kalau calon mertuanya tidak menyukainya? Bagaimana kalau calon mertuanya ternyata kecewa dengan dirinya dan membatalkan rencana penrikahan itu?

Tunggu dulu? Kecewa? Membatalkan pernikahan? Bukankah itu bagus?

Shilla menyeringai kecil. Lebih kepada senyuman lega sebenarnya. Dan ia akan merasa lebih lega kalau pemikirannya itu ternyata memang benar.

Semoga mereka tidak menyukaiku dan membatalkan pernikahan itu. ya, semoga saja begitu.

“Omo! Eoseo eoseyo!” sambutan ramah itu langsung bisa kelaurga Park dengar begitu mereka memasuki rumah mewah itu. shilla bisa melihat calon mertuanya menyambut mereka dengan senyuman di bibir mereka.

Di ruang tamu itu keluarga Choi terlihat berkumpul. Ada Siwon, seorang wanita paruh baya yang Shilla yakin adalah ibu Siwon dan seorang pria kharismatik yang ia yakin adalah calon ayah mertuanya.

Ayah Siwon langsung memeluk Yunbin dengan pelukan penuh sahabat. Well, mereka sebentar lagi akan menjadi besan, bukan? Dan istri dari kedua pria itu juga sama dengan suaminya, saling berpelukan akrab.

“Oremaniyeyo. Jwesonghamnida kami tidak bisa hadir saat pertunangan putra-putri kita” ucap ayah Siwon, Choi Kiho. Yunbin menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.

“Gwenchana. Aku tahu Choi sajangnim ini memanglah sibuk.”

“Ah iya mana calon menantuku? Apakah ini?” kini ibu Siwon yang berucap. Ia menunjuk Soohwa yang berdiri tepat disamping Shilla. Mengira kalau Soohwa lah yang akan menjadi menantunya.

“Aniyo Eoma. Calon menantu Eoma yang ini, Shilla” ucap Siwon sembari berdiri mendekati Shilla.

“Yang disampingnya itu Soohwa, kakaknya” lanjut Siwon. Eoma Siwon, Insa, terlihat terkejut.

Bahkan sekali lihat pun orang pasti tak akan pernah mengira aku ini calon istri pria sempurna ini.

“Ah mianhae. keureom.. Park Shilla keudaechi?” Insa kini memandang Shilla. Sebuah anggukan Shilla berikan dengan senyuman tipisnya yang menghiasi bibirnya. Lebih tepat dikatakan bila disebut senyuman canggung sebenarnya.

“Ah geurae. Kkaja kita keruang makan. Makanannya keburu dingin” Kiho sedikit membubuhkan candaannya. Tapi aura berwibawanya masih terlalu kental.

~The Precious One Chapter 6~

“Jadi Soohwa anak pertamamu dan Shilla anak kedua? Keudaechi?” Kiho bertanya pada Yunbin. Kedua keluarga itu kini sudah berada di ruang tamu setelah beberapa menit yang lalu mereka selesai makan malam.

“Ne.”

“Ah mereka terlihat seumuran.” Komentar Insa. Hwayoung tersenyum kearah calon besannya itu.

“Ne eoni. Karena memang mereka hanya terpaut satu tahun. Jadi wajar kalau mereka terlihat seumuran” jawab Hwayoung.

“Ah geurae? Pantas saja” Insa memandang kedua kakak beradik itu. Ia bisa melihat perbedaan jelas dari keduanya. Soohwa memang terlihat lebih cantik dari Shilla dengan kulit putih mulusnya. Tapi baginya Shilla juga tidak buruk dengan kulit kecoklatannya.

“Kudengar kau juga seperti eonimu yang sudah merambah dunia business, ne?” Kiho bertanya pada calon menantunya. Shilla mengaggukkan kepalanya canggung.

“Ne, sajangnim”

“Aigo. Jangan memanggil seperti itu. Dua minggu lagi bahkan kau akan menikah dengan Siwon, jadi panggil saja abeonim atau Appa seperti Siwon memanggilku”

“N..ne a..abeonim” lirih Shilla. Ia masih canggung tentu saja.

“Ehm bagaimana denganmu Soohwa? Kudengar dari ayahmu kalau prestasi kerjamu sangatlah memuaskan” ucap Kiho. Soohwa tersenyum malu kearahnya.

“Ah aniyo. Appa berlebihan sepertinya, sajangnim. Aku hanya berusaha bekerja dengan benar, itu saja”

“Kau jangan merendah. Appamu terlihat sangat membanggakanmu tiap kali ia bercerita anaknya padaku”

Ne, Appa memang sangat bangga dengan Hwa eoni.

Shilla tersenyum kecil. Ia sibuk memainkan jarinya ketika para tetua itu menginterogasi kakaknya. Bukan hanya orang tuanya saja yang bangga dengan kakaknya tapi kini calon mertuanya juga ikut mengagumi kakaknya.

Mungkin kalau Hwa eoni yang menikah dengan pria itu. kurasa mereka akan semakin bangga.

“Dan mengingat kau sangat cantik dan cerdas kurasa banyak pria yang tertarik padamu, keudaechi?” kini Insa yang ikutan berkomentar. Soohwa hanya tersipu malu.

Yes, indeed.

“Aniya, tidak seperti itu”

“Maksudmu kau belum mempunyai kekasih?” Insa bertanya dengan penasaran. Shilla menghela napasnya pelan. Dan disampingnya Siwon menyadarinya. Mungkin sedari tadi Siwon hanya diam tapi ia memperhatikan tunanganya yang duduk disampingnya itu.

Kenapa ekspresinya berubah seperti itu?

Siwon bisa menangkap kalau ekspresi Shilla berubah malas semenjak orangtuanya bertanya tentang Soohwa. Ia tak terlihat mendengarkan sedikitpun percakapan mereka dan hanya sibuk bermain dengan kukunya sembari bibirnya mengerucut kecil. Membuat Siwon terkadang tersenyum geli melihatnya.

“Dia sudah punya kekasih dan bahkan kurasa sebentar lagi keduanya akan menyusul pernikahan Siwon dan Shilla” Yunbin menjawab pertanyaan Insa. Kedua orang tua Siwon terlihat antusias.

“Geurae? Siapa pria beruntung itu?”

“Eoma mengenalnya” kini Siwon ikut dalam pembicaraan mereka.

“Eh? Nugunde?”

“Jaejoong Hyung”

“Geurae? Woah aku tidak menyangka dunia begitu sempit. Kurasa kau dan Jaejoong akan menjadi pasangan yang serasi Soohwa-ya”

“Ah gomapta” Soohwa tersenyum kearah Insa.

Ne, mereka memang pasangan serasi. Tidak seperti diriku dan pria di sampingku ini.

“Ah iya mengenai pernikahan. Besok kau tidak sibuk kan Shilla-ya?” Insa kini bertanya. Shilla hanya menggelengkan kepalanya.

“Johta! Besok kita jalan-jalan kalau begitu”

“Ne?”

“Dua minggu lagi pernikahan kalian. Dan sebenarnya aku sudah memesan gaun pengantin untukmu. Jadi besok kita tinggal fitting gaun itu”

Gaun…pengantin?

Memikirkannya saja sudah membuat Shilla merasa terbebani. Semuanya terasa begitu cepat untuknya. Menjadi tunangan Siwon dan akan menjadi his soon to be wife.

“Ah Siwon-ah kau juga harus datang. Tuxedo sudah dipesan seperti ukuranmu yang biasa tapi kau tetap harus melakukan fitting akhir” ucap Insa lagi. Shilla jadi sedikit tahu kalau calon ibu mertuanya itu ternyata sedikit cerewet.

“Ne Eoma.” Ucap Siwon patuh. Ia melirik Shilla yang terlihat tidak nyaman itu. wajar saja sepertinya. Berada di hadapan calon mertua untuk pertama kalinya bukankah itu tidaklah mudah. Pasti ada sebuah tekanan tersendiri.

Haha she’s funny.

“Ehm..Eoma Appa, bolehkah aku mengajak Shilla sebentar?” Siwon meminta ijin pada orang tuanya. Sontak kedua orangtuanya dan juga orangtua Shilla memandang bingung kearah Siwon.

“Ada yang ingin aku tunjukkan pada Shilla” ucap siwon menjawab kebingungan beberapa pasang mata itu.

“Keureom. Lagipula itu bagus agar kalian jauh lebih akrab lagi” ucap Kiho. Siwon tersenyum kemudian menggenggam jemari Shilla dan membawa Shilla ke kamarnya.

Pria ini sudah gila. Siapa yang mengijinkannya menggenggam tanganku?

Shilla hanya bisa mengumpat dalam hati. Selama ini ia tak pernah mengijinkan pria manapun menyentuhnya kecuali Yunho. Selama ini bahkan ketika pria sedikit saja menyentuhnya maka ia akan berubah menjadi seperti serigala yang senang memangsa.

Shilla menghempaskan tangan Siwon ketika mereka telah berada di kamar Siwon. Ia memandang Siwon kesal sementara pria itu hanya memandangnya polos.

“Jangan pernah menyentuh tanganku lagi tanpa ijin” ucap Shilla dingin. Siwon sedikit terkesiap dengan ucapan Shilla.

“Ah mianhae. aku tidak bermaksud” ucap Siwon sedikit merasa bersalah.

Kenapa dengan gadis ini? Dia memperlakukanku seolah aku ini begitu menjijikkan.

Siwon menghela napasnya. “Ehm duduklah.” Ucap Siwon kikuk. Selama ini ia tak pernah membawa wanita memasuki kamarnya. Tapi mengingat Shilla adalah tunangannya jadi ia berpikir tidaklah masalah. Tapi ternyata tetap saja rasanya sedikit aneh mengajak wanita memasuki kamar seorang pria.

Shilla memandang seisi kamar Siwon. Bisa ia katakan kalau kamar itu tertata rapi. Nuansa putih dan hitam berpadu dengan indah dalam ruangan itu.

“Duduklah senyamanmu” ucap Siwon lagi. Shilla tak menjawab Siwon tapi hanya menganggukkan kepalanya. Ia memilih duduk di ranjang Siwon dan kembali menatap isi kamar itu. Semenatara Siwon terlihat tengah mendekati lemari kecil di ruangan itu.

Mata Shilla menangkap beberapa foto di kamar itu. kebanyakan foto di kamar itu hanya foto keluarga dan beberapa foto Siwon sendiri. Ia kemudian melihat foto Siwon yang menarik perhatiannya.

Dia..terlihat cute saat muda.

Shilla menggelengkan kepalanya. Merasa tak pantas berpikiran seperti itu. ya meskipun faktanya memang seperti itu.

Siwon membalikkan badannya setelah apa yang ia cari telah ia temukan. Ia tersenyum kearah Shilla yang terlihat tengah memperhatikan foto dirinya itu.

“Itu saat Chuseok waktu umurku 17 tahun” Shilla sedikit terlonjak ketika mendengar ucapan Siwon. Tunangannya itu tersenyum kemudian duduk disampingnya. Ia menunjuk foto yang sedari tadi Shilla lihat dengan dagunya.

“Aku tidak bertanya”

“Tapi aku memberitahumu” ucap Siwon. Shilla sedikit berdecak.

“Chuseok yang paling berkesan menurutku. Makanya aku meminta temanku untuk memfotoku saat malam itu.” lanjut Siwon. Shilla hanya memandangnya aneh.

“Aku sudah bilang aku tidak bertanya kan? Kenapa kau sibuk sendiri menceritakannya padaku?” ucap Shilla. Sekali lagi dengan nada dinginnya. Gadis itu masih belum bisa berbicara lembut di depan Siwon sepertinya.

Siwon tersenyum singkat. “Tidak masalah kalau kau tidak bertanya. Aku kan hanya ingin menceritakannya padamu. Tidak salah, kan?”

“Tapi aku tidak mau mendengarnya”

“Itu pilihanmu untuk mendengarnya atau tidak. Yang jelas aku hanya ingin bercerita padamu” ucap Siwon dengan senyum tipisnya. Shilla berdecak lagi.

“Kau..tidak adakah memori special saat Chuseok?” Tanya Siwon. Shilla memandangnya sebal kemudian menggelengkan kepalanya.

“Eopseo.”

“Geurae? Tidak sekalipun?”

“Tidak ada. Kenapa kau ini ngotot sekali? Lagipula Chuseok ya Chuseok. Apa yang special dengan semua itu? menurutku hanyalah festival biasa. Nothing more”

Siwon menggelengkan kepalanya. “Araseo. Kau tak perlu marah seperti itu. kau terlihat aneh kalau marah-marah”

“Aku memang begitu” ucap Shilla singkat. Seketika keheningan itu tercipta. Keduanya sibuk memandang kearah berlainan. Tak seorangpun dari mereka yang memandang lawan bicara.

Siwon menghela napasnya. Entah kenapa setiap kali ia berada disamping Shilla kecanggungan itu kerap sekali tercipta. Ia tipe orang yangmudah akrab dengan orang lain tapi rasanya tidak untuk Shilla. Kecanggungan muncul sendiri dengan mudahnya.

“Ehm.. ini undangan untuk…pernikahan kita” lirih Siwon. Sontak Shilla menolehkan kepalanya menatap Siwon.

“Un…undangan?”

“Eo. Orang tua kita ternyata sudah menyiapkan pernikahan kita dengan matang. Tanpa sepengetahuan kita bahkan mereka sudah memesan undangan dan pakaian pengantin. Setidaknya itu yang orangtuaku lakukan. Sepertinya untuk masalah gedung dan teknis acara itu adalah urusan keluargamu” jelas Siwon. Mata Shilla membulat seketika.

Sudah sejauh itukah?

“Jadi maksudmu…dua minggu lagi kita tinggal datang ke altar?”

“Yup. Semuanya sudah orangtua kita rencanakan. Kita hanya perlu datang ke altar dengan pakaian pengantin kita.”

Shilla tak percaya dengan apa yang ia dengar. Selama ini ia mengira kalau masih banyak yang harus dipersiapkan untuk pernikahannya yang terkesan mendadak. Dan mengingat persiapan pernikahan itu biasanya sangatlah repot jadi ia berpikir untuk menggunakan alasan itu untuk sekedar mengulur waktu pernikahannya. Tapi sepertinya sekali lagi ia hanya bisa pasrah.

Sekali lagi aku merasa aku tidak bisa menggagalkan rencana itu sama sekali.

Shilla menghela napasnya dalam. Dan Siwon mendengarnya.

“Kita seperti boneka mainan mereka, keudaechi?” gumam Shilla. Siwon memandangnya dalam kemudian menggeleng pelan.

“Aniya. Terlalu berlebihan jika disebut boneka mainan. Nyatanya orangtua kita menyayangi kita. Mereka hanya melakukan yang menurut mereka terbaik untuk kita”

“Dengan memaksa kita mengikuti kehendak mereka?”

“Mungkin cara mereka salah. Tapi entahlah, aku mendapat keyakinan dari mana kalau suatu saat kita akan berterimakasih dengan pemaksaan ini” ucap Siwon. Ia terkekeh kecil. Sementara Shilla hanya memandanganya tak percaya.

Dalam keadaan seperti ini ia masih bisa tertawa? Aku tak mengerti dengannya.

“Kenapa kau sepertinya pasrah sekali dengan keputusan itu?”

“Memangnya kenapa?”

“Jangan bodoh. Kalau kau tidak menikah denganku kurasa kau bisa mendapatkan ribuan wanita yang lebih baik dariku, lebih kaya, lebih seksi, lebih cantik dan mungkin mencintaimu” ucap Shilla. Siwon terdiam mendengar pernyataan Shilla.

Ia menghela napasnya. “Ehm mungkin”

“Lalu tunggu apa lagi? Katakan kalau kau tidak ingin menikah denganku”

“Keunde.. Eoma pernah berkata padaku kalau semua itu bukanlah jaminan”

“Maksudmu?”

Siwon menolehkan kepalanya menatap Shilla. “Paras dan harta bukanlah jaminan kalau dia akan menjadi pilihan yang tepat. kata Eoma kalau kita hanya mencari pendamping berdasar hal itu maka kita tak akan pernah puas dan pada akhirnya kita akan terus mencari yang lebih baik untuk kita. Bukan berarti hal itu tidak penting tapi terkadang semua itu bisa membutakan kita.”

Shilla sedikit terpukau dengan ucapan Siwon. Ia tidak mengerti bagaimana pria sempurna itu bisa mendapatkan kata-kata bijak seperti itu.

“Setidaknya itu kata Eoma. Tapi kurasa Eoma benar” lanjut Siwon. Shilla hanya diam mendengarkan. Untuk pertama kalinya ia mengagumi pria itu. Selama ini ia memang cenderung tidak suka dengan pria itu. Paras sempurnanya bukanlah menjadi alasan untuknya agar bisa mengagumi. Tapi kini ketika ia berbicara sedikit dewasa ia menemukan hal itu sebagai sesuatu yang bisa membuatnya kagum.

“Lagipula..mungkin memang benar kalau aku bisa mendapatkan ribuan wanita yang jauh lebih baik dan cantik darimu, tapi,,,siapa tahu kalau kau ini adalah pilihan yang tepat dan terbaik untukku?”

“M..mwo?” Shilla terbelalak kaget. Sekali lagi ucapan Siwon membuatnya tak tahu harus bereaksi seperti apa.

Siwon tersenyum lembut. “Kita tidak akan pernah tahu sebelum mencobanya, kan?”

“Nde?”

Gadis itu tak bisa berkata apapun. Ia merasakan sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Dan ia tak tahu itu apa.

Perkataan dan pernyataan pria disampingnya itu hari ini sungguh membuatnya bingung. Ia tak mengerti dengan jalan pikiran pria itu. tapi sebagian dari ucapan pria itu memanglah benar.

Kita tak akan pernah tahu sebelum mencoba?

Ya, itu benar. Kita tak akan pernah tahu bagaimana akhir dari semuanya sebelum mencobanya. Siapa tahu semua itu akan membuahkan hasil yang indah diakhirnya. Tapi sekali lagi terdapat resiko yang cukup besar dari setiap tindakan dan keputusan yang kita ambil. Pilihannya hanyalah menjalani keputusan itu dengan segala resiko yang ada.

TOK TOK

Siwon menolehkan kepalanya keaarah pintu kamarnya. Ia membukakan pintu kamarnya dan mendapati Soohwa berdiri diambang pintu.

“Eo? Hwa-ya?”

“Hey. Apa kalian sudah selesai? Appa dan Eoma sudah mengajak pulang” jelas Soohwa. Ia melirik Shilla yang masih terduduk diranjang Siwon dengan undangan ditangannya.

Soohwa tersenyum lembut. “Atau kau masih ingin disini bersama tunanganmu, Shilla-ya?” goda Soohwa. Sontak Shilla menggelengkan kepalanya dan berjalan cepat kearah Soohwa.

Ia menarik tangan Soohwa. “Kkaja kita pulang eoni” ucapnya sambil terus menarik tangan Soohwa.

“Hey kau tidak ingin berpamitan dengan calon suamimu?”

“Tidak perlu” jwab Shilla singkat.

Diambang pintu sana Siwon terkekeh pelan. Memandang lurus kearah punggung Shilla dan Soohwa yang semakin menjauh. Sebuah senyuman kecil terukir di bibirnya.

Tidakkah kau sadar kalau tadi adalah percakapan kita yang paling panjang?

Ya memang benar. Selama ini jika keduanya bersama maka mereka hanya akan bicara secukupnya. Hanya sewajarnya. Tak pernah memulai percakapan yang cukup lama karena biasanya keduanya terhanyut dalam kecanggungan yang selalu muncul. Tapi tadi tidak. Mungkin Shilla tak menyadarinya. Tapi dikamar Siwon tadi, she was a good listener.

Aku hanya berharap kau berhenti bersikap dingin padaku.

 

To be continued….

 

Oke, gmana? Aneh? Emang..haha

Sorry for typos..lol…