The Precious One Chapter 11

“Morning” sapaan ramah itu terasa membahana dirumah mereka yang bisa dibilang sepi. Shilla mengusap matanya ngantuk dan mendapati Siwon dengan senyum polosnya menyapanya.

“Pagi” balas Shilla setengah hati. Tak lama ia mendengar Siwon tertawa kecil membuatnya hanya bisa mengerutkan keningnya bingung.

“Kau terlihat buruk dengan mata sembabmu” komentar Siwon. Shilla mengerucutkan bibirnya kesal. Ia tahu pasti mukanya sangat aneh sekarang. Semalaman menangis pasti mata kita akan bengkak, bukan?

Shilla melirik kearah meja makan yang kini sudah terhidang dua buah mangkok itu. Ia mengerutkan keningnya lagi dan menatap Siwon penuh tanya.

“Kau…memasak?”

“Ehm.” ucap Siwon malu sembari menggaruk tengkuknya. Shilla mengambil duduk di hadapan Siwon kemudian mengamati apa yang Siwon masak itu.

“Kenapa kau tak membangunkanku?”

“Aku hanya tak ingin mengganggumu. Kau pasti lelah karena masalah semalam. Jadi kupikir aku ingin membuatkan sesuatu untukmu. And there it is.” Ucap Siwon bangga. Shilla melongok kearah mangkuk itu.

“Bubur? Hya! Aku tidak sakit kenapa kau membuatkanku bubur?” ucap Shilla. Siwon hanya tersenyum polos kearahnya.

“Well…ehm..karena aku hanya tahu cara memasak bubur dan ramen. Dan karena kupikir ramen itu tidak baik untuk sarapan jadi kupikir lebih baik ku masakan kau bubur. Mianhae” ucap Siwon sembari menggaruk tengkuknya lagi. Shilla hanya menggelengkan kepalanya.

Dia seperti anak kecil.

Shilla menyendok bubur buatan Siwon. “This is edible right?”

“Of course. I won’t poison my wife” ucap Siwon sembari mengerlingkan matanya. Shilla mengabaikannya dan menyendok bubur itu. Ya meskipun sebenarnya Shilla tak suka bubur tapi mengingat Siwon sudah terlalu baik membuatkannya hanya untuknya ia tak membuat Siwon kecewa.

Dia sudah berniat baik jadi kurasa tak ada salahnya kan aku memaksa bubur ini masuk dalam perutku.

“Bagaimana?” Tanya Siwon penasaran. Shilla mendongakkan kepalanya menatap Siwon.

“Good” ucap Shilla datar. Siwon tersenyum lebar karena hal itu.

“Ehm…kenapa kau masih memakai piyamamu? Ini masih jam berapa memangnya?” Tanya Shilla bingung. Siwon masih mengenakan piyama tidurnya padahal biasanya suaminya itu akan langsung mandi dan mengenakan pakaian kerjanya.

Siwon tersenyum kecil. “Jam 9”

“Oh…MWO? Hya! Kita bisa terlambat. Kenapa kau tidak membangunkanku pagi tadi? Aish pali! Kau mandi lalu kita ke kantor” ucap Shilla panikm Siwon hanya tertawa renyah melihat reaksi istrinya itu.

“Hya! Kenapa tertawa? We are late, Choi sajangnimi”

“Biarkan saja.”

“Hya! Bagaimana kau bisa bicara seperti itu? Ckck”

“Gwenchana. Kau habiskan makananmu dulu saja. Setelah itu kita baru kekantor. Lagipula aku sudah bilang pada Sekretaris Kim kalau kita terlambat” jelas Siwon. Shilla sedikit menghembuskan napasnya lega.

TING TONG

Siwon dan Shilla sontak saling berpandangan begitu mereka mendengar bel rumah mereka berbunyi. Merasa tidak ada ide siapa yang akan mengunjungi mereka dipagi hari seperti ini.

“Biar aku yang buka” ucap Siwon kemudian berjalan kearah pintu. Matanya langsung membulat begitu melihat orang yang kini berdiri diambang pintu itu.

“Eomeoni?” gumam Siwon. Ia bisa melihat wajah cemas yang terlihat jelas dari raut wajah mertuanya itu.

“Siapa yang….Eoma?” lirih Shilla. hwayoung seketika berjalan menuju Shilla kemudian memeluk anaknya itu erat.

“Eo-eoma…” lirih Shilla lagi. Hwayoung hanya terus memeluknya. Kehangatan yang biasanya Shilla rasakan ketika ibunya memeluknya kini masih bisa ia rasakan. Hanya saja dalam pelukan itu ia juga merasakan kekhawatiran.

Hwayoung melepas pelukannya kemudian meletakkan tangannya diwajah Shilla. ia mengamati lekuk wajah putri bungsunya itu. Mata sembab Shilla menjadi hal pertama yang menarik perhatian Hwayoung.

“Mianhae” kata pertama yang Hwayoung ucapkan itu membuat Shilla hanya bisa menatap ibunya itu pilu. Ia tak mengerti dengan apa yang ia rasakan, hanya saja ia merasa ibunya pasti juga merasakan luka yang sama seperti dirinya.

“Ehm…aku kekamar dulu kalau begitu” ucap Siwon pada keduanya. Ia hanya ingin memberikan keduanya waktu untuk bicara.

Hwayoung menarik Shilla duduk di ruang tamu rumah itu. Ia menggenggam jemari Shilla kemudian mengusapnya lembut.

“Mianhae Shilla-ya. Eoma-ga…” Hwayoung terdiam. Ia merasa tercekat entah kenapa. Ia ingin menjelaskan semuanya tapi sepertinya suaranya menghianatinya.

“Katakan Eoma…siapa dia…” gumam Shilla. hwayoung cukup tahu apa yang Shilla maksud meskipun anaknya itu hanya mengucapkan kalimat tak utuh.

“Dia… bukan siapa-siapa. Karena sejujurnya Eoma tak tahu siapa dia” ucap Hwayoung sambil menggelengkan kepalanya. Shilla menatap Eomanya bingung.

“Eoma bahkan tak tahu siapa namanya. Dan Eoma tak pernah ingin tahu” tambah Hwayoung. Shilla hanya diam. Ia hanya terus memperhatikan ibunya itu.

Shilla membuang mukanya. “Lalu…bagaimana aku…ehm…bagaimana aku bisa terlahir?” ucapnya lirih. Hampir tak terdengar malah.

Hwayoung memegang jemari Shilla kemudian memaksa Shilla untuk menatapnya. “Kau yakin,..ingin mengetahuinya, hm?” tanya Hwayoung lembut. Shilla tampak ragu tapi ia menganggukkan kepalanya. Membuat Hwayoung tak punya pilihan lain selain menceritakan semua misteri yang selama ini mati-matian ia simpan.

“Ini semua salah Eoma, Shilla-ya. Kalau saja malam itu Eoma tidak bersikeras untuk keluar rumah sendiri kurasa semuanya tak akan pernah terjadi. Kalau saja waktu itu Eoma mendengarkan ucapan halmeonimu untuk tetap dirumah dan menunggu Appamu kurasa semuanya tak akan pernah terjadi”

“Maksud Eoma?”

Hwayoung menghela napasnya. “Tiga bulan setelah Soohwa lahir, Eoma dan Appa memutuskan untuk berlibur di tempat halmeonimu. Kau tahu sendiri kan rumah halmeoni itu jauh dari keramaian dan bisa dibilang sedikit tidak aman. Hanya saja, malam itu Appamu sedang ada urusan dengan teman bisnisnya sehingga ia meninggalkan Eoma dan Soohwa sendiri di tempat halmeoni. Lalu…” Hwayoung menghentikan ucapannya. Ia menyeka air matanya yang mulai mengalir dari sudut matanya.

Eoma..menangis?

Shilla terkesiap melihat air mata Hwayoung. Selama ini ibunya itu tak pernah menunjukkan sisi lemahnya didepan anak-anaknya. Selama ini ia selalu berusaha bersikap kuat dihadapan anaknya. Meski terkadang Shilla sering memergoki ibunya itu menangis sendiri di kamarnya.

“Waktu itu Soohwa demam Shilla-ya. Dan Eoma tak punya pilihan lain selain membelikan obat untuknya. Halmeoni sudah melarang Eoma untuk keluar karena menurutnya tidak aman untuk Eoma keluar sendiri di tengah malam waktu itu. Hanya saja Soohwa terus menangis waktu itu dan Eoma panik. Eoma tak mungkin menunggu ayahmu pulang sementara Soohwa terus menangis seperti itu. Jadi Eoma memaksa keluar untuk membeli Soohwa obat.”

Shilla hanya terdiam. Mendengarkan ibunya bicara entah bagaimana ia merasakan sesak. Ia tak siap mendengar apa yang akan Hwayoung katakan berikutnya sebenarnya. Hanya saja ia harus mengetahuinya. Seperih apapun itu kenyataanya.

“Dan.. “ Hwayoung menggigit bibir bawahnya. Mengingat kejadian di malam itu sejujurnya membuatnya membuka luka lama yang bertahun-tahun sudah ia coba untuk tutupi.

“Eoma…tak sengaja berpapasan dengan orang itu. Dia mabuk waktu itu Shilla-ya dan ia…menodai Eoma” ucap Hwayoung. Ia tak bisa menahan isakannya. Karena sejujurnya kejadian malam itu adalah memori terburuk dalam hidupnya.

“Eoma..” lirih Shilla. melihat ibunya menangis dihadapannya jujur saja membuatnya merasakan perih yang sama. Shilla memeluk Eomanya itu.

“Sebulan setelah kejadian itu..eoma…mengandungmu Shilla-ya” ucap Hwayoung lirih. Shilla menitikkan air matanya.

“Eoma yakin kalau kehamilan Eoma…maksudku..Appa,,,mungkinkah aku ini anak Appa?” tanya Shilla lirih. Sejujurnya secuil hatinya masih berharap kalau dia adalah anak dari ayahnya. Bukan dari orang tak bertanggung jawab yang menodai ibunya.

Hwayoung menggelengkan kepalanya. “Eoma tak mengijinkan ayahmu untuk menyentuh Eoma setelah kejadian itu Shilla-ya. Eoma terlalu trauma dengan perlakuan pria itu. Membuat Eoma takut dengan sentuhan pria termasuk itu Appamu sendiri” Jelas Hwayoung. Shilla tak bisa menahan rasa sakit di ulu hatinya kini.

Percuma kau berharap Shilla-ya. Kenyataanya kau adalah anak dari pria itu.

Shilla menghapus air matanya yang mulai meleleh. “Lalu…dimana dia Eoma?” tanya Shilla pelan. Hwayoung menatap anaknya itu kemudian menggelengkan kepalanya.

“Mollayo.”

“Huh?”

“Eoma tak tahu siapa dia. Siapa namanya, dimana dia, apa pekerjaannya, eoma tak tahu. Bahkan wajahnya saja eoma sudah lupa. Saat insiden itu jujur Eoma sangat takut dan trauma hingga Eoma sama sekali tak mengingatnya. Yang Eoma tahu adalah Eoma terbangun di ranjang rumah sakit dengan Appamu di sebelah Eoma. Pria itu…dia meninggalkan Eoma begitu saja setelah merenggut harga diri Eoma” ucap Hwayoung sebelum ia terisak lebih keras.

Ia benci masa lalunya itu. Bagaimana pria asing itu dengan tidak berperikemanusiaan menodainya. Merenggut harga dirinya dan ia hanya meninggalkannya begitu saja. Meninggalkan tubuh Hwayoung yang pingsan di ujung gang yang sepi.

Untung saja waktu itu Yunbin mencari Hwayoung. Sebagai suami, ia mengkhawatirkan Hwayoung karena begitu ia kembali ia tak mendapati istrinya itu di rumah mertuanya. Dan Hwayoung menghilang hampir berjam-jam. Dan mirisnya adalah ia menemukan tubuh istrinya dalam keadaan tidak sadar dengan beberapa luka tamparan dan bahkan pakaian yang istrinya kenakan waktu itu bisa dibilang berantakan.

Shilla masih memperhatikan ibunya yang kini tengah tergugu itu. Air mata Shilla juga sama seperti ibunya, terus mengalir tanpa mereka bisa hentikan.

“Apa..eoma pernah berpikir untuk….menggugurkanku?” lirih Shilla. ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya ketika menanyakan hal itu. Sesuatu yang jujur saja menyisakan sesak di dadanya.

Jujur pertanyaan itu selama ini serasa menghantuinya. Serasa membuatnya tak nyaman. Ia mungkin masih bisa bertahan kalau ayahnya tak menganggapnya tapi kalau Hwayoung juga begitu maka ia tak akan bisa bertahan.

Hwayoung menatap Shilla dengan genangan air matanya. “Ehm…keesokan harinya setelah Eoma sadar..eoma merasa sangat kotor. Dan Eoma pernah berpikir…kalau sampai perbuatan pria itu membuahkan hasil..Eoma tak akan sanggup untuk merawatnya. Eoma tak akan sanggup untuk mengandungnya dan bahkan membesarkannya” ungkap Hwayoung.

Detik itu juga Shilla merasakan perih yang teramat. Mendengar pengakuan itu membuatnya merasakan hancur entah kenapa. Ia memalingkan kepalanya. Merasa tak sanggup menatap wajah ibunya itu.

“Jadi…selama ini Eoma tak pernah mengharapkanku?” gumam Shilla lirih. Air matanya mengalir lagi seiring dengan ia rasakan luka dalam lubuk hatinya.

Hwayoung menggelengkan kepalanya. “Aniya. Itu tidak benar sayang. Eoma memang pernah berpikir seperti itu. Tapi begitu Eoma benar-benar mengandung dirimu, pikiran itu hilang begitu saja Shilla-ya”

Shilla menolehkan kepalanya. Menatap kembali wajah Hwayoung.

“Ketika Eoma merasakan kehadiranmu dalam rahim Eoma, pikiran untuk membunuh janin itu hilang begitu saja Shilla-ya. eoma sadar kau tak berdosa dalam hal ini. Tuhan membiarkanmu tumbuh dalam rahim Eoma, itu artinya Ia punya rencana lain dengan hadirnya dirimu. Dan mulai detik itu Eoma bahkan berjanji untuk membesarkanmu tak peduli apa itu resikonya.” aku Hwayoung.

“Semua ibu di dunia ini pastilah menyayangi anaknya. Tak peduli bagaimana, janin yang sudah tumbuh dalam rahim seorang ibu pastilah akan ia jaga dengan seluruh jiwa dan raga” timpal Hwayoung. Dan detik berikutnya Shilla berhambur memeluk Hwayoung.

Keduanya kini menangis bersama. Terisak bersama. Meluapkan segala bentuk sakit hati yang mereka rasakan.

“ Mianhae Shilla-ya. Bukan maksud Eoma untuk menyembunyikan semua ini. Hanya saja Eoma tak ingin melihatmu terluka. Eoma-ga mianhae” gumam Hwayoung pelan. Shilla hanya menggelengkan kepalanya dalam dekapan ibunya itu.

“Eoma begitu takut ketika Gu ahjuma mengatakan kau kembali lagi Shilla-ya. Eoma begitu takut kau mendengar pertengkaran Eoma dan Appa. Dan ternyata memang benar. Kau tak seharusnya mengerahui kenyataan ini, sayang. Eoma tak ingin melihatmu terluka” gumam Hwayoung lagi. Shilla masih belum bisa mengatakan apapun kini. Yang bisa ia lakukan hanyalah menangis dalam dekapan ibunya.

“Mianhae Shilla-ya…”

“Eoma..”

Setelah itu, yang terdengar dalam ruangan itu hanyalah suara isak tangis ibu dan anak itu. Keduanya meluapkan segala bentuk emosi mereka. Tak peduli hal iain, mereka hanya ingin menyuarakan sakit hati mereka bersama.

Tanpa mereka sadari seseorang menyeka air matanya. Sedari tadi ia berdiri bisu dari balik sudut dapur yang memang bersebelahan dengan ruang tamu. Ia mendengar setiap detail perkataan ibu dan anak itu. Mungkin terlihat tidak sopan karena ia menguping pembicaraan yang mungkin seharusnya tak ia dengar. Tapi ia tak punya pilihan lain. Ia hanya ingin menjadi orang pertama yang mengetahui kisah istrinya itu.

Ya Choi Siwon. Ia tidak sepenuhnya jujur ketika ia mengatakan akan ke kamar tadi. Karena sejujurnya sedari tadi ia bersembunyi di sudut dapur. Hanya saja mendengar setiap detail percakapan mereka membuat Siwon bisa merasakan sesak yang kedua orang itu rasakan. Membuatnya juga ikut merasakan perih dan tak kuasa menahan air matanya.

=The Precious One Chapter 11=

Siwon menghela napasnya. Wanita disebelahnya itu hanya terdiam sedari tadi. Oke, Shilla memang tak menangis tapi raut muka sedihnya masih saja tak bisa ditutupi.

Siwon memarkirkan mobilnya pada tempat tujuannya. Ia memperhatikan Shilla yang masih terdiam sambil menatap kosong dari balik kaca jendela mobil Siwon. Sepertinya ia bahkan tak menyadari kalau Siwo sudah memarkirkan mobilnya. Bahkan mungkin ia juga tak menyadari kemana Siwon membawanya.

“Shilla-ya…kita sudah sampai” ucap Siwon. Ia menepuk pundak Shilla membuat Shilla sontak tersadar dari dunianya.

“Kita sudah sampai?”

“Ehm” jawab Siwon singkat. Shilla mengedarkan pandangannya dan seketika ia membulatkan matanya.

“Ini…kenapa disini? Ini bukan kantor” ucap Shilla. siwon menggelengkan kepalanya.

“Aku tahu” jawab Siwon sekenanya.

“lalu kenapa kita disini?”

“We take a day off Shilla-ya” balas Siwon singkat. Shilla menautkan alisnya bingung.

“Kenapa bisa begitu?”

“Kenapa tidak bisa memangnya? Aku presdir disana jadi aku bebas datang atau tidak datang sesukaku, kan?”

“Hya! Itu tidak profesional namanya” tegur Shilla. siwon hanya memamerkan senyum tanpa dosanya.

“Just for this day. Kaja! Kita bersenang-senang” ucap Siwon tanpa peduli protes dari Shilla. ia menarik tangan Shilla keluar mobil. Membimbing Shilla memasuki taman bermain. Ya, mereka ada di taman bermain sekarang.

“Hya! Hya! Apa ini tidak apa-apa?” Shilla bertanya lagi. Siwon masih saja menarik tangannya dan membawawanya masuk.

“Gwenchana. Hanya sehari tidak masalah, kan? Oh come on! Lupakan semua masalah kantor dan masalah yang ada. Saatnya bersenang-senang” ucap Siwon sambil menarik Shilla. mereka sudah ada dalam amusement park sekarang. Dan mata Siwon berkelana kesana kemari untuk mencari wahana yang ia inginkan.

“Cha! Kau mau main apa dulu? Ehm bagaimana kalau roller coaster?” tanya Siwon antusias. Shilla masih berusaha mencerna semua situasi yang ada tapi sepertinya Siwon tak memberinya waktu untuk itu. Ia langsung saja menarik Shilla menuju arena roller coaster.

“Hya! Siapa yang bilang aku mau naik ini?” protes Shilla. dan sekali lagi Siwon hanya memberinya senyuman tanpa dosa.

“I know you like it” ucap Siwon percaya diri. Shilla hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Darimana kau bisa seyakin itu?”

“Karena aku benar, keudaechi?” ujar Siwon. Ia tersenyum ceria.

Kenapa dengan pria ini?

“Araseo. Kita main ini untuk pertama. Setelah itu arena lain kau yang menentukan. Bagaimana?” tawar Shilla. dan tentu saja dengan senang hati Siwon menganggukan kepalanya.

Kuharap kau melupakan masalahmu untuk saat ini.

=The Precious One Chapter 11=

Shilla menghirup udara siang itu dalam. Keringat mulai membanjiri pelipisnya. Wajar saja karena sedari tadi ia dan Siwon berlari kesana kemari seperti anak kecil untuk mencoba beberapa arena. Senang tentu saja.

Shilla mengulas senyumnya. Ia tak menyangka Siwon bisa membuatnya tertawa bahagia hari ini. Membuatnya benar-benar melupakan semua masalahnya.

Neomu gomapta..

CESSS

Shilla merasakan sentuhan dingin di pipinya. Membuatnya menolehkan kepalanya dan ia disambut dengan sebuah eskrim cone dan tentu saja Siwon yang memandangnya lucu. Membuat Shilla tersadar kalau kini pipinya ikut terasa dingin akibat lelehan eskrim di pipinya.

“Hya! Kau mengotori pipiku” protes Shilla. siwon hanya tertawa kecil. Ia kemudian mengambil duduk di sebelah Shilla.

“Untukmu” ucap Siwon sembari menyerahkan eskrim tadi. Di tangan kanannya ia juga tengah menjilati eskrim miliknya sendiri.

Shilla menjilat eskrim dari Siwon. “Vanila coklat?” alis Shilla berkerut begitu ia merasakan eskrim dari Siwon itu.

“Yup. Your favorite, right?”

“Darimana kau tahu?” tanya Shilla bingung. Karena sejujurnya ia memang paling suka eskrim rasa vanila coklat, bulan sekedar plain vanila atau coklat tapi mix dari keduanya.

Siwon tersenyum jahil. “Karena aku tahu segalanya” ucap Siwon bangga. Shilla mengerucutkan keningnya kemudian kembali menjilati eskrimnya. Ia melirik kearah Siwon. Lebih tepatnya eskrim yang tengah Siwon makan itu.

“Punyamu….rasa apa?” tanya Shilla ragu. Siwon menghentikan jilatannya kemudian menolehkan kepalanya kearah Shilla.

“Coklat capucino.” Jawab Siwon. Shilla menganggukkan kepalanya hanya saja aroma kafein dari eskrim itu serasa membuatnya ingin merasakannya juga.

Siwon memperhatikan Shilla kemudian tersenyum simpul. “Mau mencobanya?” tawar Siwon kemudian menyodorkan eskrim miliknya. Shilla menatapnya malu.

“Bolehkah?”

“Ehm” angguk Siwon. Shilla tersenyum singkat kemudian mencicipi eskrim milik Siwon.

“Mashita” komentar Shilla. siwon hanya terkekeh kemudian menggelengkan kepalanya. Hingga ketika sebuah ide terlintas di otaknya membuat Siwon hanya bisa tersenyum malu.

Shilla menolehkan kepalanya menatap Siwon. “Hey. Kenapa kau berekspresi seperti itu?” tanya Shilla. ia melihat Siwon hanya terdiam kemudian tersenyum aneh.

“Ehm…don’t you realize that we just…shared an indirect  kiss?” lirih Siwon. Sontak Shilla membulatkan matanya. Ia tak memikirkan hal itu sebelumnya. Tapi Siwon ada benarnya.

“M-mwo?” Shilla tak bisa menutupi keterkejutannya. Ia bisa merasakan debaran jantungnya yang tak menentu dan entah kenapa ia merasa aliran darahnya serasa beralih menuju area wajahnya.

Siwon terkekeh kecil. “I like it when you’re blushing” goda Siwon. Shilla mengerucutkan bibirnya.

“I’m not” bantah Shilla.

“Oh ya? Lalu kau bisa menjelaskan kenapa wajahmu memerah sekarang? Hm?” goda Siwon lagi. Shilla memukul lengan Siwon kesal. Dan hanya dibalas dengan tawa renyah dari Siwon.

“Aish berhenti tertawa” kesal Shilla. Hanya saja Siwon terlalu asik dengan tawanya hingga tak mengindahkan perintah Shilla.

“Kenapa memangnya? Kau seperti tidak pernah berciuman denganku. Ingat hari pernikahan kita? I bet that was you first kiss, ne?” goda Siwon. Shilla tak bisa mengatakan apapun. Karena memang Siwon benar. Itu adalah ciuman pertamanya.

“Just shut up!” kesal Shilla. Dan sekali lagi Siwon hanya bisa terkekeh pelan.

DRTDRTDRT

Siwon menghentikan tawanya ketika ponselnya bergetar. Ia merogoh saku celananya dan mengangkat telepon itu.

“Yoboseyo?”

“Yoboseyo Siwon-ssi.” Ucap orang diseberang sana.

“Eo? Yunho-ssi waegurae?” Tanya Siwon sopan. Mendengar kata Yunho sontak Shilla menolehkan kepalanya menatap Siwon.

Untuk apa Yunnie meneleponnya?

“Ehm. Apa kau bersama Shilla? Aku menghubungi sedari tadi tapi ia tak mengangkat teleponnya. Apa dia baik-baik saja?” Tanya Yunho khawatir. Siwon tersenyum singkat.

“Ne dia bersamaku. Kau ingin bicara dengannya?” Tanya Siwon. Ia tak menunggu Yunho untuk menjawab pertanyaannya melainkan langsung memberikan ponselnya kepada Shilla.

“Yunnie!”

“Hey Shilla-ya. Neo gwenchana? Semalam kau meneleponku berkali-kali. Mianhae aku kemarin seharian menemani abeoji di rumah sakit dan ponselku tertinggal di rumah Shilla-ya.” Jelas Yunho. Shilla tersenyum singkat.

“Abeonim sakit?”

“Eo. Gula darahnya drop lagi. Keunde..kenapa kau meneleponku? Ada masalah? Dan kenapa tadi kucoba berkali-kali meneleponmu tapi kau tak mengangkat teleponku? Kau marah? Kau membuatku khawatir Shilla-ya. Kupikir terjadi sesuatu padamu” omel Yunho dari seberang sana. Membuahkan kekehan kecil dari bibir Shilla.

“Well, nan gwenchana Yunnie. Semalam aku memang ada sedikit masalah tapi kurasa aku akan menceritakannya padamu saat kau kembali” ujar Shilla. ia tahu pasti kini Yunho sedang ada di Gwangju mengingat orang tua Yunho memang berada di Gwangju.

“Geurae? Aku kembali ke Seoul seminggu lagi kurasa. Sampai kondisi abeoji membaik” ucap Yunho. Shilla menganggukkan kepalanya meskipun ia tahu Yunho di Gwangju sana tak mungkin bisa melihatnya,

“Gwenchana. Kau temani abeonim saja sampai sembuh. Sampaikan salamku untuk abeonim Yunnie”

“Eo, pasti. Keunde…kau benar tidak apa-apa, hm?” tanya Yunho khawatir. Ia tahu bagaimana Shilla selama ini. Gadis itu tak mungkin meneleponnya berkali-kali kalau ia sedang tak ada masalah besar. Dan meskipun Shilla mengatakan ia sedang ada masalah kecil tapi Yunho tak yakin itu. Firasatnya berkata kalau masalahnya kini tidaklah kecil.

Mungkin berhubungan dengan ayahnya. Itulah yang Yunho asumsikan. Karena selama ini masalah yang Shilla hadapi kebanyakan bersumber dari sang ayah.

“Ne, nan gwenchana Yunnie. Geojeonghajima!” ucap Shilla. ia membubuhkan senyuman meyakinkannya meskipun sekali lagi Yunho tak bisa melihatnya.

“Araseo. Boleh aku bicara dengan Siwon lagi?” ujar Yunho. Shilla mengernyitkan keningnya bingung.

Sejak kapan ia dekat dengan Yunnie?

“Ehm” balas Shilla singkat kemudian menyerahkan ponsel itu kembali pada Siwon.

“Ne Yunho-ssi?” tanya Siwon langsung. Di seberang sana ia bisa mendengar kekehan kecil Yunho.

“Sepertinya kau menjalankan tugasmu sebagai suami dengan baik Siwon-ssi”

“Yup, thanks to you” balas Siwon singkat. Kini keduanya itu saling terkekeh singkat.

“Ara. Kau jaga istrimu yang dingin itu baik-baik ne.” Goda Yunho. Siwon hanya bisa tersenyum sembari melirik Shilla. istrinya itu hanya menatapnya bingung.

“Ne araseo. Semoga ayahmu cepat sembuh Yunho-ssi” ucap Siwon sebelum akhirnya mengakhiri sambungan teleponnya.

Shilla memiringkan kepalanya. “Sejak kapan kau….dekat dengan Yunnie?” tanya Shilla menyelidik. Siwon hanya tersenyum menanggapinya.

“Aku tidak dekat dengannya Shilla-ya. Hanya mencoba lebih akrab dengannya. Dia sahabatmu, kan? Jadi tidak salah kan aku menjalin hubungan yang baik dengan sahabat istriku?” Siwon berucap. Shilla memandangnya datar. Tidak mengerti apa yang harus ia katakan. Tapi perkataan Siwon tidak ada salahnya juga.

“Ehm,..terserah apa katamu” ucap Shilla pelan. Ia memandang kembali eksrimnya dan ternyata semuanya sudah meleleh di tangannya. Ia menghela napas kecewa.

“Meleleh, eo?” tanya Siwon retoris. Shilla hanya melempar tatapan kesalnya pada Siwon.

GREPP

Shilla membulatkan matanya ketika tangan Siwon tiba-tiba menarik tangannya itu. “Hey, mau kemana?” tanya Shilla pelan.

“Aku tahu kau masih belum puas dengan eskrim itu, kan?” tanya Siwon.

“Keunde..”

“Ssstt… diamlah dan ikuti saja diriku!” titah Siwon. Shilla tak punya pilihan selain diam dan mengikuti kata Siwon.

Siwon hanya diam sembari terus menarik Shilla. gadis itu tak bisa melepaskan pandangan matanya dari tangan Siwon yang menggenggam erat tangannya. Seolah pria itu sama sekali tak ingin melepaskan tangan itu.

Shilla tersenyum lembut di belakang Siwon. Entah kenapa ia suka melihat  tangannya dan tangan Siwon bertautan. Entah kenapa ia merasakan sebuah perasaan hangat di dadanya. Ia sendiri tak mengerti itu apa.

Kalau dipikir-pikir sedari tadi ia selalu menggenggam jemariku.

ya, memang benar. Sejak memasuki taman hiburan itu Siwon senantiasa menggenggam tangannya. Ia akan menarik Shilla kesana kemari mencoba beberapa wahana dan tentu saja ia menggenggam erat tangan Shilla. ketika ada kesempatan Siwon tak pernah menyiakan kesempatan itu untuk menautkan jemari pada jemari Shilla.

kami terlihat seperti couple sungguhan.

Shilla menggelengkan kepalanya cepat. Ia sedikit malu dengan pemikirannya itu. Hanya saja ia tak bisa menahan pikiran itu. Karena sedari tadi memang Siwon memperlakukannya layaknya pasangan kekasih.

Siwon akan merangkulkan tangannya di bahu Shilla ketika mereka mencoba wahana yang berhubungan dengan ketinggian atau kecepatan. Ia akan membelikan Shilla ini dan itu yang sesungguhnya favorit Shilla. ia tak mengerti darimana Siwon begitu tahu tentang kesukaannya. Hanya saja bermain di taman hiburan pun sebenarnya adalah sesuatu yang disukai Shilla.

Tak lama mereka sampai pada sebuah kafe eskrim. Siwon menghentikan langkahnya dan menatap Shilla yang sepertinya larut sendiri dalam pikirannya. Siwon menyenggol bahu Shilla, membuat istrinya itu seketika tersadar. Ia menatap kedai eskrim di depannya itu.

“Jinjja?” tanya Shilla sumringah. Siwon menganggukkan kepalanya.

“Ehm. kaja! Kau bebas memilih eskrim kesukaanmu dan sepuasmu. Aku akan mentraktirmu satu mangkuk besar eskrim, otte?” tanya Siwon. Shilla dengan senang hati menganggukkan kepalanya. Ia memang sangat menyukai eskrim dan tentu saja semangkuk besar pun ia pasti bisa menghabiskannya.

Dia akan bertingkah seperti anak kecil kalau sudah berhubungan dengan eskrim.

Siwon tersenyum mengingatnya. Memang benar, ia seolah melihat Shilla kecil sekarang ini. shilla menyendok satu sendok penuh eskrim, menjilatnya, dan bahkan mengecapnya persis seperti anak kecil.

Well, aku melihat sisi lain dirimu, Shilla-ya.

Senyuman itu terus saja terkembang dari bibir Shilla dan Siwon. Meski untuk alasan berbeda tentu saja. Untuk Shilla karena setiap kali ia makan eskrim maka perasaanya akan lebih bahagia. Jadi sangat wajar kalau sedari tadi ia memakan eskrimnya dengan ulasan senyum di bibirnya.

Sementara untuk Siwon karena ia terhibur melihat ekspresi Shilla saat makan eskrim itu. Benar-benar terlihat polos dan ia tak menemukan sosok Shilla yang dingin yang biasanya selalu istrinya itu tunjukkan terhadapnya. Yang ia lihat sekarang hanya sosok Shilla yang ceria dan polos.

Shilla menghentikan aktivitasnya kemudian menatap Siwon dalam. Membuat Siwon hanya bisa menautkan alisnya bingung.

“Mwo?” tanya Siwon bingung. Shilla menggelengkan kepalanya kemudian menyerahkan sebuah tisu ke hadapan Siwon. Membuat Siwon tambah bingung tentu saja.

“Bersihkan mukamu. Kau makan eskrim seperti anak kecil, belepotan” komentar Shilla. siwon memiringkan kepalanya tak mengerti. Hanya saja Shilla terus menyodorkan tisu itu untuk Siwon. Membuatnya sedikit mengerti kalau pasti sekarang di mukanya belepotan eskrim.

“Kenapa tidak kau yang mengelapnya untukku?” tanya Siwon.

“Kenapa aku? Itu wajahmu jadi kau yang harus membersihkannya” tolak Shilla.

“Keunde.. bukankah akan romantis kalau kau yang mengelapnya untukku? Kurasa di drama adegannya akan seperti itu” ucap Siwon polos. Shilla membulatkan matanya sembari menggelengkan kepalanya.

“Cih! Menggelikan!” ucap Shilla malas. Siwon hanya terkekeh pelan kemudian meraih tisu itu dan mengelap wajahnya.

=The Precious One Chapter 11=

“Hya! Ini bukan jalan pulang keudaechi?” Shilla bertanya pada Siwon yang sepertinya tengah berkonsentrasi menyetir itu. Hari sudah gelap dan mereka memutuskan untuk pulang. Hanya saja Shilla menyadari kalau arah mobil Siwon kini berlawanan arah dengan rumah mereka. Membuatnya bingung tentu saja.

“Ehm. siapa bilang kita akan pulang kerumah?” ucap Siwon tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya dari kemudi mobilnya.

“Hya! Tadi kau bilang akan pulang, kan? Tck!” kesal Shilla. siwon hanya tersenyum tanpa dosa.

“Tadi aku hanya bilang akan pulang. Tapi tidak bilang pulang kerumah, kan?” Siwon mencoba memberi alasan. Shilla hanya menautkan alisnya tak mengerti.

“Aish kau ini! oke kita akan pulang kerumah setelah kita makan malam, ne?” timpal Siwon ketika sepertinya Shilla sama sekali tak mengerti maksudnya.

“Kenapa kau tak bilang dari tadi? Dan kemana kita akan makan malam? Aku masih bisa memasakkan makanan untukmu” protes Shilla. siwon menggelengkan kepalanya meskipun pandangannya tidak beralih dari kemudi.

“Kau ini cerewet sekali. Aku bosan masakanmu”

“Mwo?” Shilla memekik kaget. Membuahkan sebuah kekehan puas dari Siwon.

“Aku hanya bercanda. Kita makan malam diluar karena memang aku sudah reservasi tempat untuk kita berdua. Lagipula semenjak menikah kita belum pernah makan di luar kan? Jadi tidak masalah, kan?” jelas Siwon. Shilla masih menatapnya bingung.

“Sudah jangan banyak bicara. Kau akan suka tempatnya. Aku jamin itu” ucap Siwon dengan senyuman percaya dirinya. Shilla tak bisa berbuat apa-apa selain mengangguk pasrah. Hari ini toh dirinya hanya menuruti semua kemauan Siwon.

Lima belas menit berikutnya Siwon memarkirkan mobilnya. Dan Shilla hanya bisa menatap takjub pemandangan di depannya.

Namsan Tower.

Ya Siwon membawanya ke Namsan Tower. Tempat yang bisa dibilang salah satu tempat yang wajib dikunjungi untuk wisatawan. Dan, sekali lagi, Siwon seperti peramal yang mengerti kesukaan Shilla. ya Shilla menyukai tempat ini, seperti kata Siwon.

“Di..sini?”

“Eo. Kaja kita turun.” Ujar Siwon kemudian membukakan pintu mobil untuk Shilla. mengulurkan tangannya yang kemudian diterima oleh Shilla.

Untung saja mereka memakai stelan baju kekantor. Baju resmi, jadi setidaknya mereka tidak salah kostum makan di restoran yang Siwon pesan itu. Karena memang restoran N-Grill yang Siwon pesan nuansanya sedikit klasik dan pengunjung yang datang biasanya akan berpakain resmi.

“Selamat malam. Bisa saya bantu?” tanya salah satu pelayan begitu mereka memasuki restoran itu. Siwon menyunggingkan senyumnya kearah pelayan pria itu.

“Ne. Resevasi atas nama Choi Siwon”

“Ah Choi Siwon-gun. Mari ikuti saya” ucap pelayan itu sopan. Siwon dan Shilla kemudian mengikuti arah pelayan itu membawanya. Dan detik selanjutnya setelah mereka sampai di tempat reservasi itu, Shilla hanya bisa memandang takjub.

Siwon memesan meja yang berdekatan dengan jendela. Membuat mereka dapat melihat dengan jelas panorama kota Seoul di bawah sana. Pemandangan indah dengan kemerlap lampu dan suasana malam yang terlihat indah tentu saja.

“Kau suka tempatnya, kan?” tanya Siwon percaya diri. Melihat ekspresi takjub yang Shilla tunjukkan sedari tadi membuatnya yakin kalau Shilla menyukainya.

Siapa yang tidak?

Shilla mengalihkan pandangannya dari panorama Seoul di malam hari dan kemudian menatap Siwon. Ujung bibirnya ia tarik hingga membuahkan sebuah senyuman tulus di wajahnya. Membuat Siwon puas tentu saja.

“Ehm. neomu joha” ucap Shilla dengan senyuman yang masih belum hilang dari bibirnya.

Siwon merasakan perasaan hangat begitu ia melihat senyuman yang istrinya itu tunjukkan untuknya. Ia bangga karena setidaknya usahanya untuk membuat Shilla tersenyum bahagia itu berhasil.

Teruslah tersenyum seperti itu Shilla-ya. Yeppo..

Siwon tersenyum misterius. Membuat Shilla yang tengah memakan pasta itu menatap Siwon horor.

“Kenapa tersenyum seperti itu? It’s creepy” komentar Shilla. siwon hanya menggelengkan kepalanya tapi senyuman itu masih menghiasi bibirnya.

“Kau tidak menanyakan kenapa aku membawamu kemari?” tanya Siwon. Shilla hanya menggelengkan kepalanya.

“Tidak perlu. Kau kan tadi sudah bilang kalau aku pasti menyukai tempat ini. jadi kurasa itu alasanmu, kan?”

Siwon menggeleng. “Bukan hanya itu. Tapi ada alasan lain Shilla-ya”

“Eh? Mwo?”

“Dulu aku selalu berharap kalau aku akan makan malam disini, melihat panorama Seoul dari atas sini dengan kekasihku. Akan terlihat sangat romantis. Dan karena kau sekarang adalah istriku jadi kupikir tidak ada salahnya aku membawamu kesini kan?” ucap Siwon ambigu. Shilla tak mengerti apa maksud Siwon dengan perkataanya hanya saja dadanya bergemuruh begitu Siwon mengucapkan hal itu.

Shilla mengerjabkan matanya. “Kurasa kau sudah sering kemari kalau begitu” gumam Shilla. melihat paras dan kesempurnaan yang Siwon miliki, membuat Shilla yakin kalau pria itu memiliki banyak kekasih sebelumnya.

“Kenapa kau bisa seyakin itu?”

“Well, dengan wajah yang kau miliki, kurasa kau memiliki puluhan kekasih sebelumnya. Dan aku yakin kau sudah sering membawa mereka kesini, keudaechi?”

Siwon tertawa begitu saja. “Kalau aku katakan aku belum pernah memiliki kekasih apa kau akan percaya?”

“Mwo? Itu tidak mungkin”

“Kenyataanya memang begitu. Bisa dibilang kau yang pertama kuajak kemari. Dan aku belum pernah membawa anak gadis orang untuk kesini sebelumnya.” Ucap Siwon yakin. Shilla mengerjabkan matanya lagi. Segelitik perasaan bangga dan senang entah kenapa menyelimutinya kini.

“J-jinjja? Maldo andwe” gumam Shilla. siwon hanya terkekeh pelan melihat ekspresi tak percaya yang  Shilla tunjukkan.

“Kupikir pria sepertimu akan memiliki banyak kekasih. Dengan wajah tampan sepertimu kurasa gadis-gadis akan bertekuk lutut dengan mudah padamu”

“Jadi kau mengakui kalau aku tampan? Woah gomawo Shilla-ya” goda Siwon. Shilla merutuk dirinya sendiri karena sepertinya ia salah bicara.

“A-aniyo. Aish jinjja!” bantah Shilla. siwon tak mempedulikannya dan hanya tertawa kecil.

“Dan kau salah. Aku bukan seperti pria-pria itu. Dari dulu aku berharap aku hanya ingin memiliki kekasih satu dan menjadikannya pendamping hidupku selamanya. Sama halnya seperti ketika aku bertemu cinta pertamaku aku juga masih berharap seperti itu.”

“C-cinta pertama?” tanya Shilla ragu. Ada nada tidak senang yang ia tunjukkan. Ia juga tak mengerti kenapa.

“Ehm. keberatan kalau aku bercerita tentangnya?” Siwon bertanya pelan. Shilla hanya menatapnya datar kemudian menganggukkan kepalanya. Meski sebenarnya ia sama sekali tak ingin mendengarnya.

“Aku bertemu dengannya di dekat Namsan tower ini juga. Well, dia gadis yang menarik menurutku. Bisa dibilang itu adalah love at first sight, terdengar konyol memang tapi itulah yang kurasa. Hanya saja begitu aku melihatnya entah kenapa aku ingin menjadikannya milikku. Hanya saja waktu itu ia berlari mengejar seorang pria, kupikir itu kekasihnya, aku tak tahu” jelas Siwon. Shilla hanya mendengarkan Siwon tanpa sedikitpun berkomentar.

“Dia membuatku tertarik karena ia cenderung misterius. Dan sampai sekarang kurasa ia masih menjadi misteri untukku. Karena aku hanya bertemunya sekali dan setelah itu aku tak tahu dimana dia. Hanya saja aku masih bisa mengingat detail wajahnya dengan jelas. Ya aku hanya bisa berharap ia selalu bahagia” lanjut Siwon. Ia bubuhkan senyuman manis di bibirnya. Seolah mengingat gadis itu membuatnya bahagia,.

“Kenapa..kau menceritakan ini padaku?” tanya Shilla akhirnya. Ia tak mengerti kenapa Siwon memilih untuk menceritakan hal itu padanya. Dan sejujurnya ia tak begitu suka dengan cerita Siwon itu. Entah kenapa ia juga tak tahu.

“Karena kau istriku.”

“Huh?”

“Karena kau istriku jadi aku ingin kau tahu tentang diriku termasuk masa laluku. Kau tak menanyakan apapun tentang diriku, jadi kupikir tak ada salahnya kalau aku yang mengambil inisiatif untuk menceritakannya padamu, hm?” ucap Siwon lembut. Meski sebenarnya ia sedikit menyiratkan sebuah perasaan sesak disana. Shilla tak pernah menanyakan apapun berkaitan dengan Siwon. Tak pernah mau tahu tentang suaminya itu. Dan jujur saja terkadang Siwon merasa jengah dengan hal itu.

“Mi-mianhae” lirih Shilla. ia tak mengerti kenapa, hanya saja melihat mata Siwon yang berubah sendu membuatnya merasa bersalah.

“Gwenchana! Hey kenapa kau berubah murung begitu? Seharian ini aku mati-matian berusaha membuatmu tersenyum tapi sekarang justru aku yang membuatmu murung. Mianhae, eo?” ucap Siwon.

Seketika Shilla serasa tertampar. Siwon seharian ini mati-matian membuatnya bahagia. Membawanya ketaman hiburan, membelikannya eskrim, dinner di Namsan Tower semuanya hanya untuk membuatnya bahagia. Semuanya hanya untuk membuatnya tak murung lagi.

Kenapa aku baru menyadarinya? Neo baboya, Park Shilla.

Shilla tersenyum lembut kearah Siwon. Membuat pria itu hanya bisa menatap dalam kewajah Shilla. ia paling suka melihat senyuman di wajah istrinya itu.

“Gomawo. Jeongmal gomawo…” bisiknya. Membuat Siwon mau tak mau hanya bisa membalas senyuman itu dengan senyuman juga.

“Kau senang?” Tanya Siwon.

Shilla menganggukkan kepalanya. “Ehm. Sangat senang malah. Gomawo” ucapnya lagi dan ia berikan senyumannya lagi untuk Siwon.

Mission accomplished!

Siwon meraih jemari Shilla kemudian mengusapnya lembut. Membuat Shilla sontak merasakan debaran aneh di dadanya.

“Lain kali kurasa kita harus ke Namsan tower dari siang. Kita bisa naik kereta gantung kemudian ke balkon observasi dan yang lainnya. Kurasa itu akan sangat menyenangkan. Bagaimana menurutmu?” Tanya Siwon. Shilla seperti tersihir hanya bisa menganggukkan kepalanya.

“Kalau begitu sekarang kita pulang, ne? sudah malam kurasa” ucap Siwon dan sekali lagi Shilla menganggukkan kepalanya.

=The Precious One Chapter 11=

Siwon mereganggakan otot lehernya yang serasa pegal itu. Ia baru saja memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya. Ia melirik kearah samping tempat Shilla duduk dan ia bisa melihat istrinya itu tengah terlelap.

Kau pasti lelah, ne?

Siwon tersenyum lembut kearah istrinya itu. Ia keluar mobilnya kemudian membuka pintu untuk Shilla. Sayangnya istrinya itu masih sibuk terlelap.

Siwon dengan hati-hati menggendong tubuh Shilla. Memilih untuk tidak membangunkan istrinya itu sama sekali. Ia tak tega membangunkannya.

Dengan susah payah ia memasuki rumahnya dengan pelan. Tak ingin sedikitpun gerakannya membangunkan Shilla. Dan berhasil. Ia berhasil membawa Shilla kekamarnya tanpa sedikitpun membangunkannya.

Dengan hati-hati ia merebahkan tubuh Shilla. Melepaskan sepatu yang melekat di kaki Shilla kemudian menyelimuti tubuh Shilla.

Ia memandang istrinya lekat. Ia mendekatkan wajahnya sebelum akhirnya ia menyibakkan poni Shilla yang menutupi kening istrinya itu.

CHU

Entah mendapat keberanian darimana tapi Siwon mengecup kening Shilla lembut. Beruntung Shilla tak terbangun sama sekali.

Goodnight wifey

 

To be continued….

 

Oke maaf ya telat update..dan begitu update malah bikin ff gagal seperti ini..haha… *mending kabur lah*

Dan sekali lagi kalau ada yg kecewa ma chap ini saya sekali lagi hanya bisa bilang maaf… 😀