Grey Part 3

Senyuman terulas di bibir Shilla ketika ia melihat hari pertama pembukaan kafenya dan sudah cukup banyak yang datang. Konsep kafenya memang memadukan modern cuisine dan Korean cuisine. Dan tentu saja hal itu menjadi daya tarik tersendiri untuk orang yang datang.

“Well, awal yang bagus untuk hari pertama” ucap seseorang tepat di belakang Shilla. Sontak Shilla membalikkan badannya untuk menatap orang yang menyapanya itu. Senyum Shilla terkembang di bibirnya.

“Geurae. Semoga saja ke depannya kafe ini akan sukses” ucap Shilla. Orang yang menyapanya tersenyum padanya. Ia adalah salah satu chef  di kafe milik Shilla itu.

“Eo? Hoya?” Shilla bergumam singkat ketika ia melihat Hoya memasuki kafenya itu. Tak hanya Hoya sebenarnya, karena pria itu dating bersama ketiga temannya. Shilla tersenyum singkat sebelum akhirnya dating menghampiri Hoya.

“Hodaddy!” Adam ternyata berlari mendahului Shilla. Anaknya itu memang tadi ia jemput dan sudah berada di kafe miliknya itu sejak setengah jam yang lalu. Dan begitu Adam memasuki kafe itu para pekerjanya sepertinya sangat tertarik dengan sikap polos dan lucu Adam, alhasil sedari tadi Adam ‘diculik’ oleh para pekerjanya.

“Aegeomonina my buddy!” ucap Hoya sembari menggendong Adam. Wajah Adam menampakkan senyum riangnya.

“Hoya” Shilla memanggil Hoya singkat. Membuat Hoya mengalihkan pandangannya pada Shilla.

“Waseo? Bukankah tadi kau bilang ada fashion show?” lanjut Shilla. Tadi pagi memang Hoya bilang padanya kalau ia ada fashion show.

“Ehm. Keunde sekarang sedang istirahat dan aku lapar jadi aku mampir kesini. Lagipula tempat fashion show itu hanya beberapa blok dari sini” jawab Hoya. Shilla menganggukkan kepalanya mengerti,

“Ah iya. Kenalkan ini teman-temanku. Nam Woohyun, Lee Sungjong dan tentunya kau sudah mengenal Sunggyu Hyung kan?” ucap Hoya sembari mengenalkan teman-temanya satu persatu,

“Ah anyeong haseyo, Park SHilla imnida. Ehm bagaimana kalau kita duduk dulu?” tawar Shilla sopan. Mereka lantas duduk di meja terdekat dengan mereka berdiri kini.

“Jadi..kalian adalah teman model Hoya?” Tanya Shilla memastikan. Kedua teman Hoya yang baru Shilla kenal itu menganggukkan kepalanya.

Adam yang duduk di pangkuan Hoya menarik ujung lengan baju Hoya membuat pria itu menundukkan kepalanya sembari menatap Adam bingung. “Kenapa Ad?”

“Hodaddy…bagaimana aku harus memanggil teman Hodaddy?” Tanya Adam polos. Hoya tersenyum melihatnya.

“Kau bisa memanggil mereka Uncle seperti kau memanggil Uncle Gyu, kan?” ucap Hoya. Adam menganggukkan kepalanya. Ia lantas menatap kedua teman Hoya itu.

Tangan kecil Adam menunjuk pada Woohyun dan Sungjung. “Yang pakai kacamata itu Uncle Woohyun dan yang pakai jas pink itu…ehm…Aunty Sungjong?”

Sontak ucapan Adam itu membuahkan tawa yang membahana hampir di seluruh penjuru kafe itu. Adam yang tak tahu apa yang salah dengan ucapannya hanya menatap kelima orang dewasa itu bingung. Sementara Sungjong hanya memberengut kesal. Bukan kepada Adam tapi kepada temannya yang menertawakannya.

“Adam..nan yeojaga aniya” ucap Sungjong pada Adam. Sontak Adam membulatkan matanya.

“Jinjja? Ah jwesonghamnida. Keunde..kupikir Aunt..ah maksudku Uncle itu perempuan. Neomu yeppo” ucap Adam polos. Dan sekali lagi tawa menghiasi ruangan itu.

“Berhentilah memakai baju warna pink Sungjongie. Lagipula sudah berapa kali kubilang untuk memotong rambutmu? Lihatlah gaya rambutmu bahkan seperti wanita. Wajar saja Adam menyangka kau ini wanita” ucap Sunggyu. Sungjong hanya menatap sebal orang yang lebih tua darinya itu.

Adam turun dari pangkuan Hoya dan berlari mengambil tas sekolahnya. Ia mengambil sesuatu dari dalam sana dan berjalan menuju Sungjong.

“Jwesonghamnida Uncle Sungjong. Sebagai permintaan maaf…ini” ucapnya kemudian menyerahkan sebuah permen coklat kepada Sungjong.

“Adam mendapatkannya di sekolah tadi, itu dari teman Adam sebagai ucapan persahabatan. Dan Adam berikan itu untuk Uncle Sungjong sebagai permintaan maaf” tambah Adam. Sungjong tampak terharu dengan niat tulus Adam. Ia mengambil coklat itu dari tangan kecil Adam kemudian mengelus puncak kepala Adam lembut.

“Gomawo. Dan bolehkah aku menganggap ini sebagai ucapan persahabatan juga? Mulai detik ini Uncle Sungjong adalah temanmu, eotte?” Tanya Sungjong. Adam menganggukkan kepalanya.

“Ah..satu lagi. Jangan memanggilku Uncle. Aku tak setua tiga orang ini..jadi panggil aku Hyung saja, eotte?” timpal Sungjong. Adam menatapnya bingung. Ia kemudian menatap Hoya dan Shilla bergantian.

“Keunde..Uncle Sungjong adalah teman Hodaddy jadi bukankah Uncle adalah panggilan yang tepat?”

Sungjong menggelengkan kepalanya. “Shireo! Kalau kau tak mau memanggilku Hyung maka aku tak mau menerima ucapan maafmu”

“Hya! Lee Sungjong! Berhenti mengancam Adam. Ad, buddy, don’t listen to him. Just call him whatever you want, okay?” ucap Hoya. Adam menganggukkan kepalanya sementara Sungjong hanya memberengut kesal kearah Hoya.

“Kalian lucu. Ehm..anyway kalian mau makan apa? Mau mencoba menu special untuk hari ini?” tawar Shilla. Para lelaki itu menganggukkan kepalanya.

“Jamsimanyo. Aku akan menyuruh pelayan untuk membawakan kalian makanan” lanjut Shilla kemudian berjalan menuju dapur.

“Kau benar Hoya..dia cantik” ucap Woohyun. Hoya menolehkan kepalanya menatap Woohyun.

“Berhenti memasang tampang seperti itu Woo. Dia tak akan tertarik padamu” ucap Hoya. Woohyun hanya berdecak singkat.

=Grey Part 3=

TOK TOK TOK

Ketukan pintu itu membuat Siwon mengalihkan perhatiannya dari setumpuk berkas yang sedari tadi ia geluti. Ia menyilakan tamunya itu masuk. Asisten pribadinya ternyata.

“Choi Hwijangnim..ada yang ingin bertemu” ucapnya. Siwon meletakkan pena yang sedari tadi ia pegang diatas meja.

“Ehm..dia boleh masuk” ucap Siwon. Asistennya itu menganggukkan kepalanya kemudian menyuruh tamu Siwon itu masuk.

“Anyeonghaseyo…Hyung” suara berat itu sontak membuat Siwon membulatkan matanya. Ia tak pernah menyangka kalau tamunya sekarang adalah pria itu.

“Orimanieyo..Hyung” ucap sang tamu lagi. Ia melepas kaca mata hitam yang sedari tadi bertengger di wajahnya.

“Kau..tak ingin mempersilakanku duduk?” lanjut tamu itu ketika Siwon sepertinya tak memberi respon apapun. Tamu itu hanya menggelengkan kepalanya kemudian tanpa diberi ijin terlebih dahulu ia duduk di sofa ruang kerja Siwon. Ia duduk sembari menyilangkan kakinya.

Tamu itu menggoyang-goyangkan kakinya. “Aku tahu kau terkejut dengan kedatanganku. Tapi kurasa kau tak perlu sekaget itu.” Ucapnya kemudian memainkan kacamatanya. Memutar-mutarnya sembari menatap Siwon.

Siwon hanya bisa menghela napasnya. Ia masih memperhatikan tamunya yang memang setahun lebih muda darinya itu. Siwon berjalan mendekatinya dan duduk dihadapan pria itu.

It’s not a good thing.

“Kapan kau datang dari  Jepang Kyu?” ucap Siwon. Pria bernama Cho Kyuhyun itu mengulas senyumnya singkat.

“Kemarin”

“Dan hari ini kau langsung menemuiku? Apakah ada hal penting?” Tanya Siwon langsung. Kyuhyun menggelengkan kepalanya.

“Kau ini tidak bisa basa-basi sepertinya Hyung. Bisakah kau tanyakan kabarku setelah lebih dari 5 tahun kita tak bertemu? Ckck” Kyuhyun berdecak tak percaya. Tapi sepertinya Siwon tak peduli. Ia hanya menatap Kyuhyun serius.

“Aish araseo! Memang ada hal penting yang ingin kubicarakan. Dan kedatanganku kembali ke Korea memang untuk membicarakan bisnis denganmu” ucap Kyuhyun. Seketika Siwon merasakan resah di dadanya. Entah kenapa tapi ia merasa akan ada hal buruk yang terjadi.

Dia tak akan jauh-jauh datang dari Jepang kalau bukan untuk urusan penting. Sangat penting malah.

“Kurasa kau sudah bisa menduga urusan apa antara kita berdua?” lanjut Kyuhyun ketika ia melihat ekspresi wajah Siwon berubah cemas. Siwon menatap Kyuhyun kemudian menganggukkan kepalanya.

Kyuhyun ikut menganggukkan kepalanya. “Ne. masalah itu. And it’s getting worse” tambah Kyuhyun. Dada Siwon bergemuruh setelah Kyuhyun mengucapkan itu. Kecemasan merasukinya lagi.

“Maksudmu?”

“That case…we have to prepare ourselves…for the worst”

DEG

Siwon benar-benar tak tahu harus berkata apa. Ia tahu hal ini akan terjadi. Cepat atau lambat masalah beberapa tahun silam itu akan menemui sebuah masa dimana ia tak akan bisa lari. Masalah beberapa tahun silam itu mungkin akan menjadi mimpi terburuknya. Dan seberapa besar usahanya selama beberapa tahun ini untuk menghalaunya rasanya akan percuma saja.

Dengan kehadiran Kyuhyun sekarang ia tahu masalahnya tak teratasi. Kehadiran Kyuhyun sekarang seolah menjadi tanda untuk Siwon berhati-berhati. Karena Siwon tahu kehadiran temannya itu menandakan hal yang urgent tengah terjadi.

Kyuhyun mengamati wajah lelaki yang lebih tua darinya itu. Ia bisa melihat dengan jelas wajah cemas Siwon. Dan menurutnya wajar kalau Siwon merasa cemas. Kalau hal itu terjadi pada Kyuhyun mungkin ia juga akan memiliki reaksi yang sama,

Kyuhyun mengalihkan perhatiannya dari Siwon ketika ia merasakan ponselnya berdering.  Ia mengangkat sambungan teleponnya.

“Ne. araseo “ ucapnya ketika ia mengakhiri sambungannya. Ia melirik SIwon yang kini memandangnya penuh Tanya.

“We have a new task.” Ucap Kyuhyun singkat. Siwon menganggukkan kepalanya mengerti. Tak perlu Kyuhyun beri tahu siapa yang meneleponnya pun Siwon cukup tahu siapa yang menghubungi Kyuhyun itu.

“Dimana?” Tanya SIwon singkat.

“Pelabuhan kecil dekat Jeju. Ah ini alamatnya” ucap Kyuhyun ketika ia mengecek pesan dari ponselnya. Orang yang menghubunginya itu mengirimkan sebuah pesan kepada Kyuhyun. Pesan tentang alamat dimana mereka berdua harus ‘bertugas’.

=Grey Part 3=

 Keringat membanjiri pelipis Siwon. Dadanya naik turun sementara keringat dingin terus saja mengalir dari pori-pori kulitnya. Ia mengigau dalam tidurnya. Seolah ia kini tengah mengalami mimpi buruk.

“Andwe…’ gumamnya lemah. Ia masih menutup matanya. Ia bergerak gelisah dalam tidurnya.

“Andwe! Hajima!” gumamnya menjadi semakin keras. Deru napasnya semakin tak beraturan.

“Andwe!” ia memekik keras seiring dengan ia terbangun dari tidurnya. Ia terduduk dengan napasnya yang hampir tersengal. Ia menghela napasnya berkali-kali.

Siwon menggelengkan kepalanya sambil menjambak pelan rambutnya. Ia melirik figura foto disamping tempat tidurnya. Seketika rasa takut itu kembali menyelimutinya.

“Andwe jeongmal andwe!” siwon menggigit bibir bawahnya. Ia melirik jam dinding di kamarnya dan ia bisa melihat kalau jam menunjukkan pukul setengah enam.

Mereka..baik-baik saja kan?

“Aku harus mencari tahu” ucapnya kemudian segera menyambar kunci mobilnya yang tergeletak disamping figura foto yang tadi ia tatap itu. Tak mempedulikan kalau ia baru saja bangun tidur.

=Grey Part 3=

TING TONG

Shilla melongokkan kepalanya kearah ruang tamu ketika ia mendengar bel apartemennya berbunyi. Ia tengah memasak sarapan untuk Adam dan rasanya kalau ia tinggal untuk membukakan pintu akan membuat omelete yang tengah ia goreng itu bisa saja gosong.

“Adam! Bantu Mom untuk membukakan pintu, ne?” teriak Shilla dari dapur. Adam yang kebetulan berada di ruang tamu menganggukkan kepalanya.

“Ne mommy!” ucapnya kemudian berjalan kearah pintu. Melalui intercom di pintu itu ia bisa melihat siapa gerangan orang yang datang ke apartemen mereka sepagi ini.

“Eo? Pria yang waktu itu” gumamnya. Segera Adam membukakan pintu, ia tersenyum singkat pada tamunya. Sebelum akhirnya senyumnya itu memudar seiring dengan keterkejutan anak kecil itu.

“Jungwon-ah..” gumaman lirih dari bibir Siwon itu nyatanya sanggup membuat Adam tersentak. Siwon memandang mata coklat hitam Adam dalam diam. Ekspresi mukanya lembut, berbeda ketika pertama kali Siwon datang ketempat itu. Dan mungkin lebih tepatnya ekspresi Siwon kini lebih kepada ekspresi cemas.

Adam hanya mengerjabkan matanya setelah gumaman lirih itu meluncur dari bibir Siwon. Ia masih tak menyangka kenapa bisa pria dihadapannya itu bisa memanggilnya seperti itu. Kedua lelaki berbeda usia itu hanya saling menatap untuk beberapa detik.

Siwon terus memandang sosok mungil di hadapannya itu dengan ribuan perasaan yang menderanya. Hingga akhirnya ia bisa menguasai perasaannya sendiri da kembali memasang ekspresi dingin dan tegas. Sorot tatapan lembut yang beberapa detik lalu bisa Adam lihat dari Siwon nyatanya kini tak bisa ia lihat lagi.

“What..did you call me?” tanya Adam lirih. Tangannya masih memegang knop pintu. Alhasil pintu itu hanya terbuka setengahnya. Siwon juga masih berdiri diambang pintu.

“Huh?” Siwon sepertinya belum mengerti apa yang dimaksud oleh Adam. Lelaki kecil itu hanya menatap Siwon penuh antisipasi.

“What did you call me? You called me Jungwon, didn’t you?” tanya Adam lagi. Siwon seolah mengerti, ia tak kuasa menahan keterkejutannya.

Bagaimana bisa aku memanggilnya seperti itu?

“Adam..siapa yang…” ucapan Shilla terhenti begitu ia melihat Siwon. Shilla masih mengenakan apronnya.

Shilla mengalihkan pandangannya pada Adam. “Baby…kau mandilah! Setelah itu sarapan dan kita bernagkat sekolah” titah Shilla pada Adam.

“But Mommy..he called me…”

“Baby..please!” pinta Shilla, tak mempedulikan kalau Adam belum selesai bicara. Adam menundukkan kepalanya singkat kemudian menuruti kemauan ibunya. Meninggalkan Shilla dan Siwon dalam ruangan itu berdua.

“Untuk apa kau kemari?” tanya Shilla. siwon hanya menatapnya diam. Ia sedikit lega karena paling tidak ia bisa melihat Shilla dihadapannya kini.

“Aku…” Siwon terdiam seketika. Entah kenapa rasanya kini ia begitu sulit untuk berhadapan dengan Shilla. padahal dulu ia tak begini.

“Kalau kau kemari pagi-pagi tanpa tujuan yang jelas maka aku sarankan untuk pergi Choi Siwon-ssi” ucap Shilla dingin. Siwon menghela napasnya. Ia memasang wajah tegasnya lagi.

“Kenapa kau membuka kafe tanpa persetujuanku?” kalimat itu mengalir mulus dari bibir Siwon. Meski sejujurnya bukan hal itu yang ingin ia ungkapkan.

“Kau datang kesini hanya untuk menanyakan hal itu?” Tanya Shilla. Secuil hatinya mengharapkan Siwon datang sepagi itu menemuinya untuk alasan lain. Merindukannya? Mungkin. Dan sekarang Shilla hanya bisa merutuki kebodohannya.

“Jawab saja pertanyaanku. Kenapa kau repot membuka kafe? Seharusnya kau meminta ijinku dulu”

Shilla berdecak singkat kemudian menatap Siwon datar. “Haruskah? Apa kewajibanku untuk melaporkan hal itu padamu?”

“Kau tahu dengan jelas kalau itu kewajibanmu untuk melaporkan setiap detail yang akan kau lakukan padaku” ucap Siwon. Shilla menggelengkan kepalanya.

“Ah begitukah? Adakah alasan untukku melakukannya?”

“Kau tahu betul alasannya”

“Ah geuraekuna? Memangnya apa alasannya Choi Siwon-ssi?” tantang Shilla. siwon menatapnya tajam.

“You.are.my.wife for God’s sake”

Shilla tertawa begitu mendengar kata itu terucap dari bibir Siwon. Ia memandang Siwon tajam sementara orang yang mengaku suaminya itu hanya memandang Shilla yang masih terkekeh itu penuh tanya.

“Istri? Apa kau bercanda Choi Siwon-ssi? Aku bukan istrimu..tidak lagi”

“Berhenti bercanda Shilla-ya. Kau tahu betul kalau status kita masih suami istri”

“Ah begitukah? Mana ada suami yang membuang istri dan anaknya menjauh dari kehidupannya”

“Aku tidak membuangmu. I’m keeping you safe from those peoples” geram Siwon. Shilla hanya berdecak kesal.

“Omong kosong. Kau melindungiku dari apa sebenarnya,huh? Akui saja kalau kau memang membuangku”

“Aniya!”

“You threw  me away. Kenapa? Karena kau ingin mendapatkan wanita baru? Ah matda! You have found your mistress right?” ucap Shilla tajam dan dingin. Siwon hanya diam. Baru pertama kali ia melihat Shilla marah seperti ini terhadapnya. Selama ini, selama ia menjadi istrinya, Shilla adalah sosok yang lembut dan cenderung tak pernah marah.

“Aku tidak seperti itu Shilla-ya”

“Ahh geuraekuna? Aku tidak buta dan tuli Choi Siwon-ssi. Kau pikir aku tak tahu hubunganmu dengan model itu? Kalau kau sudah mendapatkan yang baru kenapa kau masih mengikatku dengan ikatan ini, huh?”

“Berhenti bersikap seperti ini Shilla-ya. Aku sudah melakukan tugasku dengan baik selama kau di London. Aku selalu memenuhi kebutuhanmu, kebutuhan kalian. Aku selalu menafkahimu, kan? Jadi berhenti bersikap seolah aku pihak yang selalu bersalah disini”

Memberiku uang setiap bulan itu yang kau sebut kau telah melakukan tugasmu sebagai suami?

“You don’t get it, do you?”

“Huh?”

“I don’t need your money” Shilla merasakan darahnya mendidih sekarang. Ia merasa begitu marah pada Siwon.

“Keluar!” ucap Shilla kemudian mendorong Siwon keluar apartemennya. Siwon tak bergeming.

“Hya! What’s wrong with you?”

“Palli ka!” ucap Shilla lagi. Dan kini ia benar-benar mendorong tubuh Siwon keluar. Ia menempelkan tangannya dipintu apartemennya. Ia tak peduli kalau diluar sana Siwon meneriakkan namanya.

Aku..membencimu.

Shilla bisa merasakan air matanya menetes dari pelupuk matanya. Rasanya menyakitkan mendengar ucapan Siwon dan semua yang Siwon lakukan untuknya. Ia tak mengenal pria itu lagi. Ia tak mengenal pria yang seharusnya menjadi sosok suami yang ia harapkan.

Shilla menangkupkan punggung tangannya menutup wajahnya. Ia menghela napasnya pelan kemudian mengusap air mata yang meleleh dari pelupuk matanya.

Aniya. Bukan saatnya aku lemah.

Adam mengintip Shilla dari balik counter dapur. Sejujurnya ia tidak pergi mandi sedari tadi. Ia hanya bersembunyi di balik dapur dan mendengarkan pertengkaran kecil Shilla dan Siwon. Adam berjalan menuju Shilla.

“Mom..” panggilnya halus. Shilla terkesiap dan membalikkan badannya. Hanya untuk mendapati raut muka cemas dari Adam.

“Baby..kau..”

“Mom.. is he… daddy?”

DEG

Shilla bisa merasakan jantungnya berpacau kini. Tak menyangka kalau Adam akan menanyakan hal itu. Tak menyangka Adam akan menarik kesimpulan seperti itu.

“Huh?”

“Dia..memanggilku Jungwon tadi Mom. Mom bilang kalau yang tahu namaku Jungwon hanya Mom dan Daddy, bukan? Dan tadi..,pria itu memanggilku Jungwon. Bukankah itu artinya dia…ayahku?”

Shilla tak sanggup mengatakan apapun. Ia ingin menangis dihadapan Adam sekarang juga. Sayangnya ia menahannya.

Ia memperhatikan wajah anaknya yang menunggu kepastian dari Shilla itu. Meskipun masih kecil tapi Shilla tak memungkiri kalau tingkat intelegensi Adam bisa dikatakan diatas rata-rata dibanding anak seumurnya. Ia mudah ingat dan cepat berpikir. Seperti sekarang ini. shilla tak menyangka kalau anaknya itu masih mengingat ucapannya. Dan melihat Adam kini Shilla tahu ia tak mungkin berkata bohong pada anaknya.

Shilla menghela napasnya. “Geurae…dia…ayahmu, Adam” aku Shilla. adam tak menunjukkan ekspresi apapun setelah itu. Membuat Shilla bingung bagaimana perasaan anak lelakinya itu sebenarnya.

“Kau…tak menyukainya?” tanya Shilla hati-hati. Adam menggelengkan kepalanya.

“Aku pikir..ayahku akan selembut Hodaddy. Adam pikir Daddy adalah seorang yang lembut dan bersahabat seperti Hodaddy.” Ucap Adam. Shilla tak heran kenapa Adam bisa mengatakan itu. Siwon yang sekarang jauh dari kata lembut. Siwon yang sekarang memiliki dinding begitu tebal yang tak bisa Shilla tembus, membuatnya terasa begitu jauh dan bagaikan orang asing.

Ia tak seperti itu dulu, sayang.

“Bukankah di film-film ketika seorang ayah bertemu anaknya yang sudah lama tak bertemu ia akan berlari memeluk anaknya? Kenapa..Daddy tak seperti itu?” tanya Adam. Shilla hanya mengulas senyum tipisnya, tak tahu harus menjawab apa.

Shilla mengelus puncak kepala Adam. “Baby, sudah saatnya kau mandi, hm? Mom tidak mau kau terlambat sekolah, Ad” ucap Shilla mengalihkan pembicaraan. Adam menganggukkan kepalanya.

TAP

Shilla sedikit terhenyak ketika ia merasakan sentuhan di pundaknya. Ia mendongakkan kepalanya dan mendapati Hoya menatapnya khawatir.

“Gwenchana?”

“Huh?” Shilla tak mengerti dengan maksud perkataan Hoya. Pria itu mengambil duduk di sebelah Shilla.

“Aku…mendengarnya” ucap Hoya. Shilla memiringkan kepalanya tak mengerti.

“You were fight with him, right? Aku tak sengaja mendengarnya tadi. Aku baru pulang dari photoshoot dan aku mendengar pertengkaran kalian. Kau baik-baik saja?” Tanya Hoya lagi. Shilla tersenyum simpul kearahnya.

Wanita itu menghela napasnya. “Molla. Keunde..kurasa aku baik-baik saja”

“Dia..tidak menyakitimu, kan?”

Shilla menggelengkan kepalanya. “Aniya. But he hurt my feeling” aku Shilla. Kini giliran Hoya yang menghela napasnya.

“You wanna cry? I can lend you my shoulder” ucap Hoya. Shilla menatapnya kemudian tersenyum tipis.

“Tak perlu. Aku sudah terlalu banyak menangis di hadapanmu lima tahun ini.”

“Gwenchana. Lagipula aku lebih suka melihatmu menangis dan berterus terang tentang apa yang tengah kau rasakan daripada kau menyimpannya sendiri. Jadi…menangislah kalau kau ingin menangis” ucap Hoya. Shilla menatapnya terkesima. Detik berikutnya air matanya menetes lagi.

Hoya memiliki kemampuan itu. Kemampuan yang bisa membuat Shilla jujur akan perasaannya. Ia bisa meluapkan segala rasa dan emosi yang terkadang tak bisa ia tunjukkan kepada orang lain kepada Hoya.

Hoya meraih kepala Shilla kemudian membenamkan kepala itu di dadanya. Ini caranya ketika Shilla menangis di hadapannya. Ia lantas mengelus rambut Shilla pelan.

“Sampai kapan kau akan seperti ini?” Tanya Hoya. Shilla tak menjawab dan hanya diam sembari air matanya terus mengalir.

“Sampai kapan kau akan terus menangis karenanya?” Shilla hanya menggelengkan kepalanya dalam dekapan Hoya. Ia juga tak mengerti sampai kapan.

“Kenapa..sepertinya aku tak mengenalnya lagi? Kenapa sepertinya tak ada lagi masa depan untuk kami?” gumam Shilla. Hoya menghela napasnya. Ia bingung menjawabnya.

“Kenapa sepertinya ia tak peduli lagi padaku? Kenapa sepertinya aku hanyalah seorang istri dari suami yang bahkan tak mengharapkanku” lanjut Shilla.

“Kalau ia tak peduli padamu, kalau ia tak mengharapkanmu…bukankah lebih baik kau…meninggalkannya?” Tanya Hoya hati-hati. Shilla tersenyum tipis dalam dekapan Hoya. Ia kemudian melepaskan pelukan Hoya.

“ I want but I can’t”

“Huh?”

“Aku..ingin lepas dari jeratannya selama ini..hanya saja aku tidak bisa Hobaby.”

Tidak untuk saat ini.

Hoya menghela napasnya. Selalu begini. Ketika ia menanyakan hal ini maka Shilla akan menjawab dengan kalimat membingungkan itu. Kenapa membingungkan? Karena Hoya tak menemukan alasan kenapa Shilla tak bisa meninggalkan pria itu.

“Gomawo. Kau membuatku lebih baik. Selalu begitu” ucap Shilla tulus. Ia melemparkan senyumannya pada Hoya. Dan tentu saja Hoya membalasnya dengan senyuman manis juga.

Andai aku bisa memilih..maka aku akan memilih untuk mencintaimu Hobaby. Mianhae…

“Ah kau mandilah setelah itu kita sarapan” ucap Shilla. Hoya menganggukkan kepalanya.

“Aku kembali ke apartemen dulu ganti baju” ucap Hoya. Shilla menahan tangan Hoya sebelum Hoya sempat melngkahkan kakinya.

“Aku tadi beli piyama baru untukmu, kau bisa memakainya dulu. Adam sebentar lagi juga selesai mandi. Jadi kita bisa langsung sarapan bersama. Terlalu lama jika kau harus kembali ke apartemen dulu”

Hoya terkekeh kecil. “Aegomonina. Lama? Apartemenku bahkan hanya disebelahmu.” Ucap Hoya sembari menggelengkan kepalanya.

“Sudah sana mandi dulu. Kau bisa memakai kamar mandi di kamarku” titah Shilla. Hoya mengacak rambut Shilla kemudian melenggang ke kamar Shilla.

“Hya! Aku ini lebih tua darimu” protes Shilla. Hoya hanya membalikkan badannya kemudian menjulurkan lidahnya. Membuat Shilla melotot kearahnya.

=Grey Part 3=

Adam dengan langkah riangnya ikut mendorong troly yang ibunya tengah dorong itu. Ia sibuk melihat kesana-kemari dalam department store itu. Shilla hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya itu.

“Mom, I want a bunch of chocolate” pinta Adam. Shilla sangat tahu kalau anaknya itu seperti kecanduan dengan semua berbau coklat.

“Geurae. Kau mau coklat yang mana, Ad? Hm?”

“Can I have all of it?” ucap Adam sembari menunjuk pada deretan coklat di rak department store itu. Shilla menggelengkan kepalanya.

“Andwe! Jangan terlalu banyak makan coklat, baby. It’s not good for tour teeth” ucap Shilla. Adam mengerucutkan bibirnya.

“Okay okay! Kau boleh memilih dua.”

“Five!” tawar Adam. Shilla menggelengkan kepalanya.

“No, two!” tegas Shilla. Adam mengerucutkan bibirnya lagi.

“Araseo. Keunde..can I have a big one?” Tanya Adam. Shilla menghela napasnya.

“Araseo. Kau pilihlah mana yang kau mau. Eoma kesana dulu, ne? tetap disini” ucap Shilla. Adam menganggukkan kepalanya. Ia kemudian menyibukkan dirinya memilih coklat yang akan ia makan.

Shilla mendorong trolinya pada rak sirup tepat di belakang rak coklat tadi. Ia sibuk memilih sirup-sirup itu hingga tak menyadari jalannya. Membuatnya tanpa sengaja menabrak seseorang.

“Auw!” teriak orang itu ketika Shilla tanpa sengaja menabrakkan trolinya pada orang itu. Membuat orang itu terjatuh tanpa sengaja. Mata Shilla membulat dengan apa yang telah ia lakukan.

“Ah jwesonghamnida” ucapnya penuh rasa bersalah. Ia membantu pria yang ia tabrak itu berdiri.

“Jwesonghamnida. Jeongmal jwesonghamnida” ucap Shilla lagi. Ia membungkukkan kepalanya.

“Shilla-ya..” panggilan itu sontak membuat Shilla mendongakkan kepalanya. Menatap pria yang tanpa sengaja ia tabrak itu.

“Sun-sunbae..” Shilla terhenyak ketika melihat pria itu. Pria bermata coklat tua itu menatap Shilla tak percaya.

“Oh God this is really you” ucapnya kemudian memeluk Shilla. Sementara Shilla masih bertahan dengan masa terkejutnya.

Pria itu melepas kontaknya dengan Shilla. Ia menatap Shilla takjub. Pasalnya sudah lebih dari lima tahun ia tak bertemu dengan orang itu.

“Jae-Jaejoong sunbae..” ucap Shilla lirih. Pria bernama Kim Jaejoong itu tersenyum lega melihatnya. Ia merindukan wanita di depannya.

Tangan Jaejoong terulur kemudian menyentuh atau lebih tepatnya mengelus lembut rambut Shilla. “Aku tak percaya aku bisa melihatmu lagi’ ucapnya. Senyuman tak lepas sedikitpun dari wajah tampannya.

“Mommy!” pekikan kecil dari Adam itu tentu saja membuat kedua orang dewasa itu sedikit tersentak. Adam memandang Jaejoong galak kemudian berdiri tepat di depan ibunya. Ia merentangkan tangannya seolah melarang Jaejoong untuk dekat dengan Shilla.

Mata Jaejoong mengerjab melihat makhluk kecil di depannya itu. Ia menatap wajah Adam kemudian wajah Shilla. Ada sedikit kemiripan di keduanya. Mata mereka nyaris sama.

“Mianhae sunbae. Adam memang sedikit overprotective denganku” ucap Shilla meminta maaf. Jaejoong hanya mengangguk sementara dirinya sedikit tak nyaman dengan tatapan Adam terhadapnya.

“Adam baby, don’t be like this. He’s a good guy baby” ucap Shilla kemudian berjongkok di depan Adam.

“He’s a good guy?” Tanya Adam memastikan. Shilla menganggukkan kepalanya.

“Ne. dia sunbae saat di universitas dulu. He’s my friend, so he is a good guy, right?” tambah Shilla. Adam menganggukkan kepalanya.

Adam berbalik menatap Jaejoong kemudian menundukkan kepalanya. “Jwesonghamnida” ucapnya tulus. Jaejoong tak kuasa menahan senyumnya. Anak lelaki di depannya itu terlihat sangat menggemaskan.

Jaejoong ikut mensejajarkan tubuhnya dengan Adam. “Je ireumeun Kim Jaejoong imnida. Senang bertemu denganmu” Ucapnya lembut.

Adam tak menjawab sapaan Jaejoong. Ia hanya sibuk mengamati wajah Jaejoong. Membuat Jaejoong sedikit tak nyaman tentu saja.

“Adam. Namanya Adam, Jaejoong sunbae. Mianhae dia sedikit kaku dengan orang asing yang..dekat denganku” ucap Shilla. Jaejoong menganggukkan kepalanya.

“How protective your son is” komentar Jaejoong. Shilla hanya tersenyum mendengarnya.

“Ehm..Adam.. kau mau eskrim? Aku punya kafe eskrim di dekat sini. Hm?” ucap Jaejoong mencoba lebih akrab dengan Adam. Adam mendongakkan kepalanya menatap Shilla, meminta persetujuannya,

“Your mom won’t mind” lanjut Jaejoong. Adam menganggukkan kepalanya.

“Ayolah Shilla-ya. Lagipula sudah lama kita tak bertemu jadi kurasa tidak ada salahnya kan kita berbincang sedikit? Lagipula kurasa Adam akan kecewa kalau ia tak jadi makan eskrim” ucap Jaejoong. Shilla menghela napasnya. Sejak dulu Jaejoong memang paling ahli dalam hal membujuk orang.

=Grey Part 3=

Adam sibuk memasukkan sendok eskrimnya kemulutnya. Ia menyendok eskrim itu dengan riang. Seolah tak ada beban pikiran baginya. Anak seumurannya memang begitu bukan?

Kekehan kecil keluar dari bibir Jaejoong. “He’s so adorable” puji Jaejoong. Shilla menganggukkan kepalanya. Untuknya, Adam memanglah anak paling menarik. Wajar saja bukan? Toh dia ibunya.

“Kau kemana saja beberapa tahun ini? Kau seperti ditelan bumi. Menghilang begitu saja”

“Mianhae sunbae..”

“Oppa. Sudah berapa kali kubilang untuk memanggilku Oppa? Tidak saat di universitas tidak sekarang kau terus saja memanggilku sunbae” ralat Jaejoong. Shilla memutar bola matanya.

“Ne Jaejoong Oppa.”  Ucap Shilla. Jaejoong terkekeh lagi.

“So where were you?” Tanya Jaejoong lagi.

“London.” Jawab Shilla singkat.

“London? Wae?”

“Ehm.. bisa dibilang aku kesana karena suamiku” lirih Shilla. Jaejoong tersenyum tipis mendengarnya. Sedikit kurang nyaman dengan kata itu.

“Geuraekuna? Ah I forget the fact that you’ve already married” ucap Jaejoong. Ia mengalihkan pandangannya dari Shilla. Lebih memilih untuk menatap Adam yang sepertinya tak peduli dengan obrolan antara Shilla dan Jaejoong.

“Dan aku juga masih tak percaya kau sudah memiliki anak. Keunde..Adam hanya mirip denganmu di matanya. Selebihnya apakah dia mirip…. Ayahnya?” Tanya Jaejoong.

“Ne. he’s so much like his dad” jawab Shilla. Jaejoong tersenyum tipis lagi.

“Ah..Oppa..bagaimana kabarmu selama ini?” ucap Shilla mencoba mengalihkan pembicaraan. Jaejoong masih belum memandanganya dan hanya menfokuskan dirinya pada Adam yang bergumam kecil.

“Baik..kurasa” jawabnya singkat.

“Kau..ehm…sepertinya begitu menyayangi anak kecil. Kau sudah memiliki anak juga Oppa?” Tanya Shilla ramah. Sayangnya hal itu justru membuahkan sebuah senyuman getir di bibir Jaejoong.

“How am I supposed to get married and have a baby when the girl I like still lingering on my mind… till now” lirih Jaejoong. Shilla menundukkan kepalanya. Ia tahu siapa gadis yang Jaejoong maksud.

Jaejoong adalah bagian dari masa lalu Shilla. Ia memang senior Shilla saat kuliah dulu tapi Jaejoong juga adalah orang yang menyatakan cintanya pada Shilla.

“Oppa…mianhae” lirih Shilla. Ia tulus mengucapkannya. Rasa bersalah masih menghantuinya. Beberapa tahun silam saat Shilla menolak Jaejoong ia juga merasakan hal yang sama. Merasa bersalah. Dan kini ketika setelah sekian lama dan Jaejoong masih memendam rasa yang sama membuat Shilla semakin merasa bersalah.

Jaejoong menatap Shilla lagi. “Gwenchana. Kau sudah menemukan kebahagiaanmu, kan? So it’s fine with me” ucapnya.

“I hope ypu’ll find tour destiny soon” ucap Shilla. Jaejoong tersenyum kearahnya.

“Semoga saja”

=Grey Part 3=

“Kau benar boss” ucapan itu sontak membuat pria berambut hitam lurus itu menautkan alisnya bingung. Pria dihadapannya itu menunjukkan dua buah foto terhadapnya.

“Dua orang ini setelah aku cek lebih dalam tentang masa lalu mereka ada yang janggal dalam beberapa hal” ucapnya kemudian. Sang boss menyeringai kecil.

“Geurae?” ucap sang boss. Mata coklatnya menatap bawahannya itu.

“Ne.”

“Kalau begitu lanjutkan dengan penyelidikanmu.” Titah sang boss. Tangan kanannya itu menganggukkan kepalanya.

“Mereka berdua memiliki kehidupan yang sangat normal jadi kupikir mereka tak patut untuk dicurigai”

Sang boss tersenyum singkat. “Semakin dia normal semakin dia pantas untuk dicurigai”

“Huh? Maksud boss?”

“Memiliki kehidupan normal bukan berarti tak memiliki rahasia, kan?” ucap sang boss.

“Karena pada dasarnya ketika ia bersikap seolah hanyalah manusia dengan kehidupan normal dan biasa saja, itu artinya ia memiliki keahlian untuk menyembunyikan kehidupannya yang sesungguhnya. Menyembunyikan jatidirinya yang sebenarnya. Na cheorom” ucap boss itu. Sang bawahan hanya mengernyit bingung. Meski sejujurnya ia sedikit paham dengan maksud bossnya itu. Karena bagaimanapun bossnya itu sangat jeli menyembunyikan jati dirinya. Ia hidup layaknya orang normal meski sejujurnya ia menyimpan rahasia besar.

“Lanjutkan penyelidikanmu. Pastikan kau menemukan siapa orang itu” lanjut sang boss. Ia kemudian meraih jass hitamnya yang tersampir di sandaran sofa. Ia lantas mengenakannya.

“Ne boss”

Sang boss menyeringai singkat sebelum meninggalkan ruangan gelap itu. “I’ll find you for sure…Andrew”

 

To be continued…

 

Anyeong..ada yg kangen saya? Lol…. Sowwy for the lateeee update…I’ve been busy these days and barely have time to write..hehe

Gmana? aneh ya? hehe Saya memenuhi janji kan bakal saya ungkap satu2 rahasianya…dan well, you’re right Adam is Siwon’s son…

Dan disini saya kasih beberapa klue lagi sebenarnya..kalau ada yg ngerti berarti kalian bisa mengerti otak gila saya..dan itu artinya kalian juga gila..lol