Reminiscence Chapter 1

Bunyi jepretan kamera terdengar lirih di tengah keramaian taman bernuansa hijau itu. Taman di tengah kota Seoul itu mulai tampak sepi seiring dengan senja yang mulai terlihat.

Seorang pria bertubuh jangkung tersenyum sembari mengamati hasil jepretannya. Merasa puas dengan hasil karyanya. Pria itu mengenakan kaos berwarna kuning muda dengan sebuah syal yang melingkar di lehernya. Sebuah kamera DSLR sedari tadi ia pegang di tangannya.

Sedari tadi yang pria itu lakukan adalah mengamati obyek yang menurutnya menarik. Mulai dari bunga yang tumbuh mekar,pepohonan, bangunan tinggi yang terlihat dari hingga pada obyek manusia. Tentu saja berbagai angel ia libatkan untuk menambah indah karyanya.

Matanya kembali berkelana untuk mencari obyek menarik untuk ia foto. Hingga akhirnya ia menemukannya. Obyek yang begitu menarik. Paling menarik daripada obyek-obyek yang hari ini berhasil ia dapatkan. Itu menurutnya.

Cantik…

Itulah yang terlintas dalam pikiran pria bernama Siwon itu. Sebuah obyek yang nyatanya menyita perhatiannya adalah seorang wanita.

Wanita yang duduk terdiam di sebuah bangku taman yang yang berada tepat dibawah sebuah pohon. Pohon cherry lebih tepatnya. Hanya saja karena sekarang bukan musim semi jadi pohon cherry itu belum berbunga dan mekar.

Siwon tak menyiakan waktunya. Ia meraih kameranya kemudian mengambil gambar menarik itu. satu, dua, tiga dan berkali-kali jepretan ia keluarkan. Dan ia tersenyum senang melihatnya.

Siwon terus mengamati wanita itu. wanita yang mengenakan dress putih dengan cardigan hitam itu tampak lesu. Siwon tak mengerti kenapa. Tapi rasanya ia ingin sekali mendekati wanita itu. ingin sekali berbincang dan tahu nama wanita itu.

Be a man,Siwon-ah!

Siwon menganggukkan kepalanya,memantapkan dirinya. Ia lantas berjalan mendekati wanita yang berhasil menarik perhatiannya itu.

“Chogiyo..” tegur Siwon halus.wanita itu tetap diam.

Siwon tak menyerah. “Agassi…boleh..aku duduk disini?” Tanya Siwon. Bangku yang wanita itu duduki memang cukup panjang untuk diduduki berdua.

Wanita itu tak bergeming. Pandangannya sama sekali tak berubah. Ia terus menatap lurus kedepan.

“Agassi..”panggilnya lagi. Tetap sama.

Dia…tak tuli kan?

Siwon menjulurkan tangannya untuk menepuk bahu wanita itu. membuat sang wanita terkesiap dengan sentuhan di bahunya. Sontak ia menatap pelan pria yang sedikit membungkuk kearahnya.

She’s indeed beautiful.

Untuk beberapa saat Siwon terkesima dengan wajah wanita itu. meskipun wanita itu diam tanpa ekspresi tapi sama sekali tak menutupi wajah cantiknya. Begitulah menurut Siwon.

“Boleh…aku ikut duduk?” Tanya Siwon. Wanita menolehkan kepalanya lagi. Membuang mukanya dari Siwon.

“Kau tak keberatan aku duduk disini,kan?” Tanya Siwon lagi. Wanita itu tak menjawab atau sekedar memberi respon.

Siwon menghela napasnya. Ia tak peduli. Ia mengambil duduk disebelah wanita itu. entah wanita  itu mengijinkan atau tidak.

Siwon mencuri pandang kearah wanita itu. Ah tidak, bahkan sedari tadi ia memandangi wanita itu.

Kenapa…ia terlihat murung?

Siwon terus menatap sosok wanita itu. Kalau biasanya orang akan merasa risih ketika orang lain menatap kita lama maka Siwon tak menemukan hal itu pada wanita yang duduk di sampingnya itu. Wanita itu nampak tak peduli.

“Agassi!” suara itu jelas membuat Siwon tersentak. Ia melihat dari kejauhan seorang wanita,mungkin berumur 40-an berlari kecil kearahnya.

“Shilla Agassi!” panggil wanita itu lagi yang kini tepat berdiri di samping wanita yang sedari tadi Siwon amati.

Jadi…namanya Shilla?

Siwon tersenyum tipis karenanya. Ia tak perlu menanyakan siapa nama wanita yang sedari tadi diam itu. Toh dia sudah menemukan jawabannya.

“Agassi…sudah saatnya pulang” ujar wanita yang mengenakan pakaian layaknya asisten rumah tangga. Wanita yang dipanggil Shilla itu masih tak bergeming.

“Tuan muda sebentar lagi pulang. Jadi kita juga harus pulang Agassi” ucap wanita paruh baya itu lagi. Shilla masih diam dan menatap lurus ke depan.

“Jebal Agassi! Sudah hampir gelap” bujuk wanita itu lagi.

Helaan napas lirih bisa Siwon dengar dari bibir Shilla. Seolah enggan untuk pulang. Sedari tadi yang Siwon lakukan hanya menatap kedua wanita itu dengan bingung. Hingga akhirnya wanita yang Siwon duga sebagai asisten rumah tangga itu menatap Siwon,tak kalah bingung.

“Nuguseyo? Apa kau kenal Shilla Agassi?” Tanya wanita itu sopan. Siwon menggelengkan kepalanya.

“Aniyo. Hanya kebetulan ikut duduk disini saja”jawab Siwon jujur. Wanita itu menganggukkan kepalanya. Pandangannya kemudian beralih lagi pada sosok Shilla yang masih enggan beranjak.

“Agassi, jebal! Tuan muda akan sangat khawatir kalau saat ia pulang Agassi belum pulang. Jebal, eo?” pinta wanita itu. Shilla tak mengatakan apapun dan hanya bangkit dari duduknya kemudian berjalan mendahului wanita yang menjemputnya.

Wanita itu menghela napas singkat. Ia kemudian menatap Siwon dan menganggukkan kepalanya sopan.

“Kami permisi” ucapnya kemudian berjalan menyusul Shilla yang sudah sedikit jauh di depan.

Siwon terus menatap punggung kedua wanita itu. Sebuah rasa penasaran membuncah dalam dadanya. Sosok misterius yang sedari tadi menarik perhatiannya nyatanya membuahkan sebuah rasa penasaran baginya.

Kuharap kita bisa bertemu lagi.

Siwon sedikit terkesiap ketika ia merasakan ponsel di saku celananya berdering. Tanpa melihat siapa si penelepon ia langsung mengangkat telepon itu.

“Yoboseyo”

“Siwon-ah eodiga?” ucap suara di seberang sana. ia tahu betul siapa si pemilik suara itu.

“Eo Hae…aku di taman. Wae?”

“Ke kantor sekarang!”

“Wae? Ini bukan jam kerja lagi kurasa?” tanya Siwon sembari mengecek jam tangan yang melingkar tepat di pergelangan tangannya. Pukul 18:05 dan ia tahu betul kalau sekarang bukan jam kerja.

“Ara…keunde Dongwan Hyung ingin bertemu”

“Jinjja? Ara aku kesana sekarang.” jawab Siwon. Ia tahu betul kalau Dongwan ingin bertemu dengannya itu artinya ada hal yang penting.

=Reminiscence Chapter 1=

Shilla berjalan pelan memasuki rumah besar di depannya. Mungkin untuk kebanyakan orang mereka akan iri dengan Shilla karena bisa menjadi bagian dari keluarga kaya itu. Tapi Shilla tak mengerti kenapa rasanya ia merasa hambar,hampa.

“Kenapa kau baru pulang huh?” ucapan itu membuat Shilla dan wanita yang tadi menjemputnya menghentikan langkahnya.

“Jwesonghamnida” hanya itu ucapan yang bisa Shilla katakan. Ia menatap wanita paruh baya di depannya itu.

“Nyonya, maaf tadi karena saya telat menjemput Shilla Agassi” ucap sang asisten rumah tangga.

Sang Nyonya tahu kalau ucapan dari Myung ahjuma itu hanyalah sebagai pembelaan belaka. Ia tahu bagaimana Myung ahjuma menyayangi Shilla. Jadi wajar kalau wanita itu membela Shilla.

Wanita paruh baya itu menghela napasnya pelan. “Araseo. Kau mandilah lalu kita makan malam bersama.”

“Ne eomeoni”jawab Shilla datar. Tak ada senyuman sama sekali di bibirnya.

“Kapan kau bisa tersenyum lagi Shilla-ya?” gumam sang Nyonya yang memang mertua dari Shilla. Ia menatap punggung Shilla yang berjalan menjauh menuju kamarnya.

Pandangannya kemudian beralih pada Myung ahjuma yang masih mematung di sebelahnya. “Kau kembalilah bekerja! Bantu Ryu ahjuma menyiapkan makan malam”

“Nde” ucap Myung ahjuma patuh.

=Reminiscence Chapter 1=

“Eo Hyung!” sapa Siwon sopan. Pria bernama Dongwan itu tersenyum kearahnya.

Kim Dongwan, Siwon menghormati dia layaknya kakak sendiri. Karena Dongwan-lah kehidupan Siwon menjadi jauh lebih baik. Dongwan lah yang memilki jasa besar dalam kehidupan Siwon, terutama karir dan cita-citanya. Mungkin kalau ia tak pernah bertemu Dongwan mungkin sekarang Siwon masih hidup tak jelas.Masih harus berjuang keras agar hidupnya layak.

“Ada yang penting Hyung?” tanya Siwon to the point. Dongwan mengangguk sembari tersenyum pada Siwon dan Donghae yang sedari tadi memang berada di ruangan yang sama dengannya.

“Ne. Maaf ya aku menyuruhmu kembali ke kantor sementara kau sudah pulang tadi.” ucap Dongwan meminta maaf. Siwon hanya mengukas senyum tanda bahwa ia tak keberatan.

“Gwenchana Hyung. Keunde..waegurae? Masalah pekerjaan?” tanya Siwon. Dongwan menganggukkan kepalanya.

“Ne. Sebetulnya ini pekerjaanku keunde kebetulan aku juga harus mengurus photoshoot di Jeju. Dan sayangnya untuk proyek Jeju itu aku sudah taken contract lebih dulu” jelas Dongwan. Siwon dan Donghae bertukar pandang tak mengerti.

“Kalau begitu…Hyung tinggal membatalkan pekerjaan untuk lusa bukan?” ujar Donghae. Dongwan mengeleng spontan.

“Masalahnya adalah lusa itu yang meminta jasaku adalah orang penting. Dan pihak mereka bilang tetap ingin memakai jasa dari agency kita untuk meliput acara penting mereka itu”

“Lalu masalahnya apa Hyung? Kurasa kalau mereka begitu percaya agency kita berarti mereka percaya dengan kinerja agency ini bukan?”

“Ne kau benar Siwon-ah” jawab Dongwan.

“Kalau begitu kurasa Junjin Hyung bisa mengantikanmu kan Hyung?” usul Donghae. Dongwan tersenyum mendengarnya.

“Junjin juga ikut denganku di Jeju”

“Lalu?”

“Itulah kenapa aku meminta bertemu kalian”

“Maksud Hyung..”

“Ne. Aku ingin kau dan Donghae yang menggantikanku” ucap Dongwan. Siwon dan Donghae menatap Dongwan tak percaya. Pasalnya mereka bisa dibilang masih baru bekerja di agency milik Dongwan. Belum genap sebulan bahkan mereka bekerja disana.

Selama ini mereka berdua hanya menjadi asisten Dongwan ataupun rekan senior mereka yang lain. Mengingat memang pengalaman mereka bekerja di bidang fotografi itu bisa dibilang masih baru. Mereka baru saja lulus dari sekolah fotografi dan langsung bekerja di agency milik Dongwan. Jadi pengalaman mereka bisa dibilang masih nol kan?

“Keunde Hyung…kita…” Siwon berusaha beralasan tapi Dongwan menghentikan ucapannya.

“Aku percaya dengan kemampuan kalian. Terlebih kau Siwon-ah. Aku tak akan memberikan beasiswa kau jauh-jauh ke Sydney kalau aku tak tahu kau berpotensi.”

Ya, Dongwan-lah manusia baik hati yang memberikan Siwon beasiswa penuh untuk melanjutkan kuliahnya. Dongwan lah, layaknya malaikat, memberikan beasiswa penuh untuk dunia yang memang Siwon cintai. Fotografi.

“Keunde kami masih baru Hyung”

“Kau memang masih baru bekerja disini tapi aku kagumi bakat fotografimu. Lagipula anggap saja ini sebagai awal mula karir cemerlang kalian” ujar Dongwan. Siwon dan Donghae hanya bertukar pandang.

“Lagipula yang memperkerjakanku lusa adalah chaebol ternama. Bayaran yang ia tawarkan juga tak sedikit. Dan lagi selama ini mereka selalu percaya pada agency kita tiap mereka ada acara penting. Jadi kumohon kalian mau ya menggantikanku” bujuk Dongwan.

Siwon dan Donghae kembali bertukar pandang lagi sebelum mereka menganggukkan kepalanya. Dongwan tersenyum kearah mereka.

“Gomawo. ”

“Ani Hyung. Harusnya kami yang berterimakasih padamu Hyung” ucap Donghae. Dongwan tersenyum kearah mereka.

=Reminiscence Chapter 1=

Shilla menatap langit-langit kamarnya dengan posisi terlentangnya. Lampu kamarnya sudah redup tapi ia sama sekali belum memejamkan matanya. Pandangan matanya kosong sementara entah apa yang ia pikirkan.

CEKLEK

Shilla sama sekali tak menolehkan kepalanya ketika mendengar bunyi pintu kamarnya terbuka. Ia bahkan tak mau peduli siapa orang yang memasuki kamarnya. Ia terlalu enggan untuk peduli. Karena pada dasarnya sudah tak ada lagi yang ia pedulikan.

Shilla bisa merasakan kehadiran seseorang yang semakin mendekat kearahnya. Tapi Shilla tetap sama, tetap terus memandang langit-langit kamarnya. Diam.

“Hey..kau sudah tidur?”Tanya orang itu lembut. Shilla mengenali suara itu.

Shilla menggelengkan kepalanya. Tanpa memandang sama sekali orang yang mengajaknya bicara.

Orang itu, pria itu,Jung Yunho. Ia tersenyum lembut kearah Shilla kemudian mengelus puncak kepala Shilla. Tapi tetap saja Shilla tak menolehkan kepalanya.

“Aku membawakan ini untukmu” ucap Yunho. Shilla hanya menatap sebuah bingkisan di tangan Yunho dalam diam.

“Ini gaun. Besok Abeoji mengadakan pesta, kau ingat? Dan kurasa dress ini cocok untuk sepatu yang kubelikan minggu lalu,kan?”Tanya Yunho lembut. Shilla hanya mengangguk singkat.

Yunho tersenyum singkat pada sosok di depannya. Meski sejujurnya senyuman yang terkembang di bibirnya lebih kepada senyuman miris. Melihat sosok wanita di depannya Yunho hanya bisa merasa prihatin.

“Maaf ya aku terlambat pulang. Ada meeting sampai malam. Kau sudah makan malam kan?” ujar Yunho lagi. Mencoba berbincang cukup lama dengan Shilla. Sekali lagi yang Shilla lakukan hanya menganggukkan kepalanya.

“Geurae. Eoma tak mempersulitmu, kan?” Tanya Yunho lagi. Shilla menggeleng pelan.

Yunho menghela napasnya singkat. Shilla yang kini di depannya bukanlah Shilla yang ia kenal dulu. Terlalu susah sekarang untuk mengajak Shilla bicara. Wanita itu hanya akan menggeleng atau menganggukkan kepalanya. Kalaupun ia bicara itu juga jika sangat penting.

Yunho mengelus rambut Shilla lagi. “Kau tidurlah! Ini sudah malam” ujar Yunho. Shilla tak menjawab apapun tapi ia hanya memejamkan matanya. Tanpa ucapan sedikitpun.

“Nice dream Shilla-ya” tambah Yunho. Shilla tak bergeming. Seolah tak menghargai kehadiran Yunho sedari tadi.

Yunho masih menatap Shilla yang terpejam itu. Bahkan dalam tidurnya pun Yunho tak melihat rasa damai disana. Sepertinya kata damai itu memang telah lama hilang dalam kehidupan Shilla.

I miss your old self Shilla-ya. I miss your smile.

Ya, Shilla tak pernah tersenyum sekarang. Wanita itu seperti menutup dirinya. Seperti menjauh dari kehidupan. Seperti ingin menenggelamkan dirinya dalam kelamnya dunianya kini.

Yunho menghela napasnya berat. Sungguh bukan hal yang mudah untuk keluarga Jung melihat menantu mereka satu-satunya seperti ini. Tapi apa yang bisa mereka lakukan? Kalau pada kenyataanya Shilla tak lagi ingin membuka dirinya.

DRTDRT

Yunho buru-buru meraih ponselnya dan menjauh dari Shilla ketika ia merasakan ponselnya bergetar. Ia hanya tak ingin membangunkan Shilla. Meski sejujurnya ia tahu Shilla tak akan peduli dengan dering ponsel Yunho.

“Ne Sekretaris Han? Ah ne gwenchana? Onje?”

Yunho berjalan pelan menuju pintu kemudian menutupnya. Merasa lebih baik menerima telepon dari sekretarisnya itu di ruang kerjanya saja. Ia tak ingin mengganggu tidur Shilla.

=Reminiscence Chapter 1=

Siwon dan Donghae menatap takjub dekorasi ball room hotel ternama itu. Ruangan luas itu nyatanya dihias sedemikian rupa hingga menambah sisi megah ruangan itu. Dan dengan sekali lihat mereka berdua tahu kalau yang menghadiri pesta itu tak lain adalah para chaebol. Mungkin dalam ruangan megah itu hanya mereka berdualah yang bukan dari kalangan chaebol. Minus para waitress tentu saja.

“Kurasa keluarga Jung benar-benar kaya” komentar Donghae. Siwon mengangguk setuju.

“Ehm. Dilihat dari dekorasi dan semua yang ada dalam ruangan ini yang terlihat sempurna kurasa mereka sangatlah kaya. Terlebih hotel ini juga sangat megah pasti biaya sewa ballroom ini sangatlah mahal” timpal Siwon.

“Buat apa bayar sewa kalau nyatanya hotel ini asset keluarga mereka” ucap Donghae. Siwon menatap sahabatnya itu.

“Jinjja?”

“Eo. Yang kudengar bahkan keluarga Jung ini selalu menduduki lima besar orang terkaya di Korea. Dan yang terakhir,di tahun ini mereka berhasil menduduki posisi runner up” terang Donghae. Siwon hanya menganggukkan kepalanya.

“Kau tampaknya tahu betul tentang keluarga ini”

“Hey I’m Lee Donghae by the way. Aku membaca berita kau tahu? Dan akhir-akhir ini keluarga Jung tengah menjadi perbincangan.terlebih mengenai acara hari ini”ucap Donghae. Siwon menautkan alisnya.

“Memang ada acara apa? Kurasa hanya sekedar pesta biasa karena menang tender?”

“memangnya Dongwan Hyung belum menjelaskan padamu? Hari ini sekaligus penetapan ahli waris keluarga Jung. Yang kudengar Direktur Jung Ilho akan secara resmi mengumumkan ahli warisnya” jelasDonghae. Sekali lagi Siwon hanya bisa mengangguk.

“ah itu mereka” ucap Donghae sambil menunjuk pada empat orang yang memasuki ballroom itu layaknya pejabat kerajaan.

Dari empat orang itu dua laki-laki dan sisanya perempuan. Mata Siwon membulat ketika melihat keempat orang itu. ah tidak, pada sesosok yang menarik perhatiannya.

Dia…

Keempat orang yang ditunjuk Donghae membaur dengan tamu lainnya. Donghae menatap sahabatnya yang berdiri mematung. Membuat Donghae menuatkan alisnya bingung.

“Mereka..siapa?”Tanya Siwon tanpa melepaskan tatapannya.

Donghae tersenyum singkat. “Pria paruh baya itu Jung Ilho dan disebelahnya itu istrinya, Jung Yeonhee. Lalu pria yang lebih muda itu anaknya, Jung Yunho, dan di sebelahnya Yunho, dia menantu keluarga Jung. Kalau tidak salah namanya Jung Shilla”

DEG

Siwon terhenyak dengan penjelasan Donghae. Tak menyangka wanita di taman yang menurutnya masih lajang itu nyatanya sudah menjadi istri orang.

“God,she’s taken” gumam Siwon. Tapi sepertinya Donghae mendengarnya.

“Huh?” Tanya Donghae bingung. Siwon buru-buru menggelengkan kepalanya.

“Aniya. Ehm…jadi Shilla itu istri dari siapa tadi..Yunho?”Tanya Siwon.

“Yunho adalah pewaris tunggal keluarga ini. Kurasa kau tahu itu artinya apa”jawab Donghae. Siwon mengangguk singkat. Sedikit kecewa pada kenyataan kalau Shilla sudah menjadi istri orang.

“Siwon-ah liat itu!” ucapDonghae sembari menunjuk pada seorang pria berjas hitam yang menghampiri Yunho.

“Ah dan kau lihat pria disamping Yunho itu? itu sahabat karibnya yang juga seorang Chaebol. Mereka bahkan saling bekerjasama dalam bisnis mereka. Dia Kim…”

“Jaejoong” ucap Siwon menyela.

“Ah kau tahu dia?” Tanya Donghae antusias. Siwon tersenyum tipis.

“Ne”

“Bagaimana bisa?”

“Ceritanya panjang Hae. Yang jelas Jaejoong dan aku pernah satu sekolah” ucap Siwon. Donghae menganggukkan kepalanya sembari tersenyum.

“Tak kusangka kau punya kenalan seorang Chaebol juga”

“Tck! Lalu kau pikir teman-temanku hanyalah orang-orang biasa sepertimu? Kau merendahkanku Hae” ucap Siwon bercanda. Donghae terkekeh kecil.

“Ah kukira kau tak akan mengenal pria berjas warna navy disamping Kim Jaejoong itu. dia..”

“Kim Junsu, adik sepupu Kim Jaejoong sekaligus anak pemilik music industry terbesar di Korea. Itu yang ingin kau terangkan padaku?” ucap Siwon memotong Donghae. Sekali lagi Donghae hanya menatap Siwon takjub.

“Bagaimana kau….”

“Aku memang tidak hobi bergosip sepertimu Hae,tapi sudah kubilang kan? Aku pernah satu sekolah dengan Jaejoong. Dan saat sekolah dulu dia selalu populer di kalangan murid. Jadi kalau Cuma berita semacam ini tentu aku tahu” ujar Siwon. Donghae hanya menganggukkan kepalanya.

“He’s one of the kinkas in our school back then” tambah Siwon. Donghae menganggukkan kepalanya mengerti kenapa Siwon bisa mengenal Jaejoong dengan baik. Seorang kinka memang pasti populer kan? Dan kehidupan mereka juga seperti bukan rahasia umum. Siapa mereka, siapa orang tua mereka.

“Apa kau juga salah satu dari mereka?” Tanya Donghae polos. Siwon menolehkan kepalanya kemudian tertawa renyah.

“Seorang kinka haruslah memiliki tampang, uang, dan kekuatan. Sementara aku? I have none Hae”

“Well, kau punya tampang Siwon-ah”

“Itu tetap tak cukup untuk menjadi seorang kinka kan? Lagipula aku tak peduli dengan hal itu” ujar Siwon. Donghae hanya menganggukkan kepalanya setuju.

“Ah Siwon-ah kurasa sudah saatnya kita melaksanakan tugas” ucap Donghae ketika melihat Jung Ilho mulai memegang microphone di auditorium. Donghae tahu sepertinya acara inti sudah akan dimulai.

Siwon menganggukkan kepalanya. Ia tahu kalau mereka berdua disini diundang untuk meliput acara penobatan itu. Donghae dengan tugas merekam sementara Siwon siap dengan kamera kesayangannya.

“Ehm…perhatian semuanya!” Jung Ilho memulai acaranya.

“Terimakasih untuk para undangan yang datang. Dan untuk acara malam hari ini maka ijinkan saya untuk memberikan pengumuman penting ini” ucapnya. Ia lantas menatap Yunho kemudian menyuruhnya untuk mendekat.

“Aku sudah mulai berumur, kurasa kalian semua sudah tahu. Dan untuk itu pada kesempatan kali ini…aku ingin sekali mengumumkan bahwa putraku, Yunho, akan menggantikan posisiku. Dan kuharap kalian bersedia membantu untuk kemajuannya” tambahnya.

Detik selanjutnya yang terdengar adalah bunyi riuh tepuk tangan dari undangan. Di tengah keramaian sana, Siwon bisa melihat para tamu mulai menyalami Yunho. Sekedar memberikan selamat pada sang pewaris tunggal itu.

Sayangnya mata Siwon tidak tertuju pada Yunho yang bisa dibilang menjadi tokoh utama pada malam itu. tatapan Siwon sedari tadi tertuju pada sosok Shilla yang berdiri tak jauh dari Yunho.

Siwon bisa melihat senyuman yang terulas di bibir Shilla. Mungkin orang lain akan melihat senyuman itu sebagai hal biasa. Tapi tidak untuk Siwon. Entah kenapa Siwon merasa senyum yang Shilla berikan itu adalah senyuman palsu.

Shilla berjalan sedikit menjauh dari Yunho. Mata Siwon terus mengikutinya. Ia memandangi Shilla yang membungkukkan badannya sopan kemudian tersenyum pada tamu, entah siap, kemudian tersenyum pada tamu yang lain.

Senyum palsu. Lagi.

“yah! Berhenti melihatnya seperti itu!” tegur Donghae. Pasalnya sedari tadi Donghae tahu Siwon tak henti-hentinya memperhatikan sosok Shilla dengan gaun merah maroon nya. Donghae menggelengkan kepalanya.

“She’s beautiful” gumam Siwon.

“Tapi dia istri orang” ucap Donghae realistic. Siwon hanya mengulas senyumnya.

“Kalau dia istri orang memangnya kenapa? Tidak salah kan kalau aku memujinya cantik?” ucap Siwon. Donghae menggelengkan kepalanya lagi.

“Aku benar-benar tak mengerti denganmu Siwon-ah”

“Mwo?” Tanya Siwon tak mengerti.

“Ice prince sepertimu nyatanya bisa mencintai seorang gadis? Ah salah dia bukan gadis lagi kurasa”

Siwon hanya tersenyum tipis. Donghae selalu menyebutnya Ice Prince. Sebenarnya Donghae tak sepenuhnya salah. Siwon memang cenderung dingin dengan wanita saat kuliah dulu. Tapi rasanya sebutan Prince itu tak pantas untuk Siwon sandang. Pasalnya ia tak punya harta atau tahta layaknya seorang pangeran,bukan?

“Siapa yang mencintainya? Aku hanya mengatakan dia cantik. Aku tak bilang aku mencintainya kan?” sanggah Siwon. Donghae hanya menatap mengolok kearah Siwon.

“ya tapi sedari tadi kau terus memandangnya layaknya dia seorang benda langka yang sayang untuk dilewatkan” ucap Donghae. Siwon terkekeh kecil mendengarnya.

=Reminiscence Chapter 1=

Siwon berjalan pasti kearah Shilla yang tampak tengah mengambil minuman itu. Siwon tanpa ragu berdiri disamping wanita bergaun merah itu. Ia lantas ikut mengambil minum seperti yang Shilla ambil.

“Pestanya meriah, keudaechi?” ucap Siwon mencoba membuka pembicaraan. Shilla menatapnya datar. Lalu ia hanya menganggukkan kepalanya.

“Pasti suatu kebahagiaan tersendiri ya untuk Shilla-ssi. Bisa menjadi bagian dari keluarga Jung” tambah Siwon. Shila hanya menatapnya kemudian tersenyum tipis. Sangat tipis.

God, susah sekali membuatnya bicara.

“Ah iya.naneun..aku Siwon fotografer yang Jung Yunho-gun khusus pekerjakan.” ucap Siwon memperkenalkan dirinya. Shilla hanya mengangukkan kepalanya sopan. Sekali lagi tak ada kata yang terucap dari bibirnya.

“Kau..”

“Shilla-ya!” belum sempat Siwon melanjutkan ucapannya sebuah suara menginterupsinya. Siwon menolehkan kepalanya dan mendapati Yunho berjalan kearahnya.

Shit!

“Oppa..”

Siwon terhenyak mendengar suara lembut itu. Ia kembali menolehkan kepalanya untuk menatap Shila yang baru saja mengeluarkan suara kecilnya. Siwon tersenyum kecil mendengarnya.

Yunho menatap Siwon yang berdiri disamping Shilla. Mengamati sosok jangkung yang berdiri di dekat Shilla. Menatap Siwon menyelidik.

“Kau siapa? Shilla-ya ini siapa?” tanya Yunho protektif. Shilla hanya menggeleng singkat.

“Ah kenalkan..aku Choi Siwon. Aku..fotografer yang Yunho-gun sewa.” ucap Siwon sopan. Yunho masih menatapnya menyelidik.

“Aku hanya kebetulan bertemu Shilla-ssi disini.” tambah Siwon. Ia bisa melihat Yunho raut mukanya menjadi lebih tenang sekarang.

“Begitukah? Ah iya photo session-nya kurasa akan dilakukan setengah jam lagi. Kau berdua dengan temanmu kan? Katakan juga padanya untuk bersiap” ujar Yunho.

Siwon menganggukkan kepalanya patuh. Ia menatap tangan Yunho yang kini melingkar di pundak Shilla. Ia bisa melihat Yunho menatap Shilla lembut. Tapi sama seperti tadi Shilla hanya bisa menatapnya datar.

“Eoma mencarimu” kata Yunho dan hanya dijawab anggukan singkat dari Shilla.

“Yun…” ucapan itu berhenti seketika. Seorang lelaki dengan rambut hitam lurusnya berdiri di belakang Yunho. Pandangan matanya yang tadinya menatap Yunho beralih pada sosok Siwon yang berdiri tak jauh dari Yunho.

“Siwon-ah…” ucap sang suara. Siwon menatap pria itu datar kemudian menganggukkan kepalanya singkat. Sopan.

“Jae…kau mengenalnya?” Yunho menatap Jaejoong, sahabatnya itu bingung. Jaejoong menganggukkan kepalanya.

“Kami..pernah satu sekolah Yunho-gun” jawab Siwon. Yunho menatap Jaejoong mencoba mencari jawaban. Pasalnya memang Yunho tidak satu sekolah dengan Jaejoong saat senior high. Yunho sempat tinggal di Gwangju waktu itu.

“Ah kalau begitu saya permisi. Yunho-ssi, Jaejong-ssi, dan…Shilla-ssi. Akh harus menyiapkan untuk photosession kurasa” pamit Siwon. Ia membungkukkan kepalanya sopan kemudian berjalan menjauh darinketiga orang itu

Jaejoong masih menatap pungung Siwon yang menjauh. Membuat Yunho menautkan alisnya bingung.

“Benar dia hanya teman sekolahmu?”Tanya Yunho masih penasaran. Melihat cara Jaejoong memperhatikan Siwon seolah Siwon bukan sekedar teman sekolah. Yunho bersahabat dengan Jaejoong bukan setahun dua tahun. Tapi lebih dari sepuluh tahun meski keduanya sempat berpisah karena kepindahan Yunho yang sementara.

Jaejoong menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

“Jae..kau kenapa tadi mencariku?” tanya Yunho.

“Ah..itu..Nam sajangnim ingin bertemu denganmu. Kau ingat siapa dia kan? Kurasa ia mulai memikirkan tentang kerjasama kita” ucap Jaejoong. Yunho menganggukkan kepalanya.

“Ara. Shilla-ya kau bisa ke tempat Eoma sendiri kan? Aku masih ada urusan lain” ucap Yunho. Shilla menganggukkan kepalanya singkat.

=Reminiscence Chapter 1=

“Ini tempatnya Siwon-ah?” tanya Dongwan ketika Siwon hendak masuk ke sebuah coffee shop.

Siwon menganggukkan kepalanya. “Ne Hyung. kkaja!” ucap Siwon kemudian masuk dalam coffe shop itu. Dongwan mengekor di belakangnya.

Sayangnya langkah Siwon terhenti sebelum ia sempat memesan kopinya. Baru beberapa langkah memasuki kafe itu dan ia terpaku.

Seorang wanita berpapasan dengannya. Di tangan kanannya ia memegang sebuah cup dengan sedotan di atasnya. Wanifa itu berjalan lurus tanpa mengindahkan kehadiran Siwon.

Shilla. Wanita itu Shilla, Siwon tahu betul itu.

Siwon hanya bisa terdiam ketika ia berpapasan dengan Shilla. Seperti tempo hari saat Siwon melihat Shilla, wanita itu tak menunjukkan ekspresi apapun. Sangat datar tanpa ekspresi.

“Siwon-ah…wae? Kau kenal dengannya?” tanya Dongwan. Siwon tersentak kemudian menggelengkan kepalanya.

“Ah aniyo Hyung. keunyang….”

Siwon terdiam. Pasalnya ia sendiri tak tahu siapa Shilla. Ia hanya tahu namanya tapi toh mereka masih layaknya orang asing kan?

Dongwan masih menatap Siwon bingung. Masih menunggu jawaban Siwon yang terkesan menggantung itu.

“Hanya seperti mirip temanku Hyung. Tapi kurasa bukan” jawab Siwon akhirnya. Dongwan menganggukkan kepalanya.

Kita bertemu lagi Shilla-ya. Kuharap kita akan lebih sering bertemu.

“Kalau begitu kkaja! Aku sudah ingin mencicipi Espresso yang katamu enak” ajak Dongwan. Siwon menganggukkan kepalanya kemudian mengajak Dongwan untuk memesan kopi di kafe yang bisa dibilang bersejarah dalam hidup Siwon.

Siwon dan Dongwan berdiri beriringan di depan meja barista. Disana ada 3 orang barista yang tengah sibuk melayani pelanggan. Siwon dan Dongwan tak ayal harus patuh mengantri.

“Ada yang bisa saya bantu?” tanya barista itu sopan kemudian mendongakkan kepalanya. Menatap Siwon yang kini berdiri di hadapannya.

Mata barista itu membulat. “Siwon Hyung?” pekiknya tak percaya. Siwon mengulas senyumnya pada barista itu, yang ia kenal betul siapa.

“Oremanieyo Hoya” ucap Siwon. Barista yang dipangil Hoya itu menatap Siwon senang.

“Aegomeonina! Kau sudah pulang Hyung? Kapan?” tanyanya. Siwon mengangguk singkat.

“Ne. Keunde..kurasa kita bisa berbincang nanti, eo? Kau masih harus bekerja kan? Kurasa orang di belakangku juga tak akan suka kalau kita berbincang sekarang” ucap Siwon. Hoya menganggukkan kepalanya singkat.

“Ah matda! Keureom..kau pesan apa Hyung?”

“Dua espresso, ne?”

“Ada lagi Hyung?” Siwon menggelengkan kepalanya. Tak lama Hoya menyerahkan pesanan Siwon dan setelah itu Siwon mengajak Dongwan untuk duduk.

“Kau..kenal betul dengan barista tadi Siwon-ah?” tanya Dongwan. Siwon mengangguk pasti.

“Kau pasti sering kesini kalau begitu?” tanya Dongwan lagi sambil meminum espressonya.

Siwon tersenyum singkat. “Ne. Hampir setiap hari aku kesini Hyung. Enam hari dalam seminggu”

“Huh?”

“Sebelum kau memberiku beasiswa kuliah itu..aku bekerja disini Hyung” terang Siwon. Dongwan menatap Siwon singkat kemudian menganggukkan kepalanya.

=Reminiscence Chapter 1=

Senja di sore hari sepertinya menjadi santapan rutin untuk Shilla nikmati. Ia masih duduk dibangku taman yang sama seperti hari sebelumnya. Sendiri.

Pandangan matanya menerawang. Ia sama sekali tak menunjukkan ekspresi khusus. Hanya ekspresi datar dan tanpa rasa.

Semilir angin sore hari itu nampaknya juga tak mengurungkan niat Shilla untuk beranjak dari bangku itu. angin berhembus cukup kencang, hawa dingin jelas sekali bisa dirasakan oleh kulitnya. Sayangnya wanita itu tak mau peduli.

Ia hanya diam, dan terpaku. Entah apa yang ia pikirkan. Entah apa yang ia rasakan. Hanya saja, sebisa mungkin ia ingin menikmati waktunya kini sebelum akhirnya nanti Myung ahjuma akan menjemputnya pulang.

Perhatian Shilla sedikit teralihkan ketika ia mendengar isak tangis kecil seorang anak perempuan. Tapi tangisan itu nyatanya tak membuat Shilla lantas menolehkan kepalanya. Ia masih pada posisi yang sama, arah pandangan yang sama.

“Rae, gwenchana?” Shilla bisa mendengar seoarang anak lelaki berbicara.

“Oppa, apheo! Apheo!”isak anak kecil tadi.

“Gwenchana! Gwenchana! Hanya luka kecil Rae-ya. Oppa disini, eo? Ini nanti juga sembuh. Semuanya akan baik-baik saja” ucap anak lelaki itu.

Shilla tersentak mendengar ucapan terakhir anak kecil itu. perlahan ia menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Ia bisa melihat seorang anak perempuan menangis sementara disebelahnya seorang anak laki-laki menenangkannya, sepertinya kakaknya.

“Apheo! Apheo!”

“Gwenchana! Hanya lecet, Rae. Pasti akan baik-baik saja!”

Gwenchana! Semuanya akan baik-baik saja Shilla-ya.

Shilla tak mengalihkan pandangannya dari kedua bocah kecil itu. kalau tebakan Shilla tak meleset maka sang anak laki-laki berumur 6 tahun dan anak perempuan itu 4 tahun.

“Rae-ya..kkaja! kita ke Eoma dan Appa. Oppa bantu mengobati lukamu” ucap sang anak lelaki. Dengan hati-hati ia meraih tangan kecil sang adik kemudian memapahnya lembut. Lutut anak kecil itu berdarah.

Shilla terus mengamati kedua kakak beradik itu yang berjalan semakin menjauh. Melihat bagaimana sang kakak terlihat begitu melindungi adiknya. Bagaimana sang kakak terlihat begitu menyayangi adiknya.

Pikiran Shilla tanpa ragu berkelana. Membuatnya seolah kembali pada masa lampau.

“Hey jangan menangis, eo?”

“Oppa…”

“Shilla-ya gwenchana. Ada Oppa disini”

“Keunde…Appa dan Eoma tidak ada lagi Oppa”

“Gwenchana! Masih ada Oppa kan? Appa dan Eoma memang sudah pergi Shilla-ya. Keunde kau masih punya Oppa. Oppa janji akan melindungimu, hm?”

“Keunde…Appa, Eoma..”

“Gwenchana! Semuanya akan baik-baik saja Shilla-ya. Kau masih punya Oppa. Oppa tak akan meninggalkanmu, eo?”

Memori itu layaknya sebuah garam yang menyentuh luka di hatinya. Tanpa Shilla sadari setetes air mata jatuh di pelupuk matanya.

Buru-buru Shilla menyeka air mata itu. dirinya sudah cukup nelangsa jadi rasanya bukan saat yang tepat membuatnya semakin nelangsa dengan menitikkan air mata.

Kau harus kuat. Semuanya akan baik-baik saja kan?

To be continued….

Gyahahaha…gmana?chapter pertama yang aneh bukan???..lgan kapan si saya ga aneh kalau bikin crita..lol

Dan ada yg bilang saya kalau bikin awal cerita suka lebay bin garing,,,jd maaf aja ya kalau gt…hehe

Dan di akhir grey ane nanya tentang siapa selingkuhan saya yg bisa hadir..dan yah I choose Yunho. Salah satunya karena banyak yg rekomen Yunho but I have another reason lol…what is it? Masih rahasia kalau itumah…lol

Yang minta Hoya…ane udah jadiin cameo tuh…lol

Dan sengaja ane lum bikin poster buat ni ff…dan jg maafbuat typo..lol