Reminiscence Chapter 5

Wanita paruh baya itu tersenyum lembut menatap sosok muda disampingnya. Pria yang tahunan lebih muda darinya itu masih tersenyum lembut padanya.

“Ahjuma…kenapa memandangku seperti itu?” Tanya pria itu. Merasa sedikit bingung dengan tatapan wanita itu.

Wanita yang kerap dipanggil Ryu ahjuma itu hanya menggelengkan kepalanya. “Aniyo deoreyeonim. Keunyang,…kau masih sama seperti dulu.”

Siwon menautkan alisnya bingung. “Maksudnya?”

“Deoryeonim masih sama. Masih selalu lembut pada orang lain. Tak pernah peduli status orang lain karena pada dasarnya deoryeonim menganggap kalau manusia itu semua sama” ucapnya. Siwon tersenyum menanggapinya.

“Berbeda status bukan berarti bisa merendahkan derajat orang lain,kan? Ah dan berhenti memanggilku deoryeonim, ahjuma! Itu terdengar aneh di telingaku. Aku bukan siapa-siapa kan?” ujar Siwon. Ryu ahjuma tersenyum mendengarnya.

“Keunyang…aku terbiasa memanggilmu begitu di masa lampau kan deoryeonim? Sejak deryeonim berteman dengan Hyukjaedeoryeonim, keudaechi?” ingat wanita paruh baya itu. Seketika senyum Siwon menghilang untuk beberapa saat. Mengingat teman masa kecilnya itu.

“Bagaimana kabarnya, ahjuma? Aku tak pernah bertemu dengannya lagi”

Ryu ahjuma menggelengkan kepalanya. “Nado molla, deryeonim. Aku sudah lama tak bekerja disana. Jadi aku tak tahu kabar Hyukjae deoryeonim.” Jawab Ryu ahjuma. Siwon hanya mengangguk singkat.

“Kau tahu, deoryeonim? Pertemanan kalian selalu membuatku terharu. Bagaimana kalian bisa berteman akrab dengan kesenjangan status diantara kalian. Dan baik kau ataupun Hyukjae deoryeonim tak pernah terusik dengan status ekonomi kalian yang jauh berbeda.” Timpal Ryu ahjuma. Siwon hanya tersenyum tipis.

“Hyukjae…teman yang sangat baik ahjuma. Terkadang aku sering  berpikir, kalau saja aku bisa kembali pada masa lampau…maka aku tak akan ikut memutus hubungan pertemanan kami. Terkadang…aku merasa sepi ketika mengingatnya.” Ucap Siwon. Ryu ahjuma menatap Siwon.

“Berapa tahun, deoryeonim?”

Siwon memandang Ryu ahjuma. “7 tahun kurasa. Sejak waktu itu…sekalipun aku tak pernah menghubunginya. Aku terlalu malu untuk menemuinya. Meski aku tahu…dia pasti akan dengan senang hati membukakan tangannya untuk membantuku.” Ucap Siwon miris.

Ia tak ingin mengingat masa sulit itu. Selama ini ia selalu berusaha menutup memori itu. Berusaha menjalani hidupnya kini tanpa bayang-bayang masa lalunya.

“Sayang sekali. Kalian benar-benar sahabat yang baik, deoryeonim”

Siwon tersenyum lagi. “Kurasa aku terlalu pengecut di masa itu ahjuma. Ah sudahlah…bisakah kita berhenti membahas masa lalu?” Tanya Siwon. Ryu ahjuma menganggukkan kepalanya setuju.

“Ehm…sekarang ceritakan dirimu ahjuma. Kau sudah lama bekerja untuk keluarga Jung?” Tanya Siwon. Berusaha mengganti topik pembicaraan. Ryu ahjuma menganggukkan kepalanya.

“Kurasa sudah hampir 3 tahun, deoryeonim”

“Ayyyy…berhenti memanggilku deoryeonim ahjuma. Panggilan deoryeonim itu untuk mereka yang memiliki harta dan kekuasaan. Tapi aku? Dari dulu sampai sekarang bukankah aku tak memiliki itu? jadi…jangan memanggilku seperti itu, ne?” pinta Siwon. Ryu ahjuma terkekeh kecil melihat wajah memohon Siwon yang tampak lucu itu.

“Ne araseo.”

“Nah begitu kan lebih baik. Panggil namaku langsung saja, ahjuma. Itu akan terkesan lebih akrab kurasa” ucap Siwon. Ryu ahjuma menganggukkan kepalanya paham.

“Keunde…kenapa kau pindah bekerja ahjuma? Kurasa kalau masalah gaji…keluarga yang dulu juga tak kalah dalam menggajimu” Siwon mengungkapkan rasa penasarannya.

“Karena anak dan cucuku tinggal di dekat sini, Siwon-ah” jawabnya. Siwon tersenyum ketika mendengar Ryu ahjuma sudah mulai memanggilnya akrab.

“Aku saat itu pindah bekerja karena kebetulan anakku baru saja melahirkan. Dan kurasa kau sendiri tahu kalau kondisi keuangan keluarga kami tak memungkinkan untuk mempekerjakan perawat bayi. Jadi aku memutuskan untuk membantu anakku mengasuh bayi itu. Dan kini ketika ia sudah mulai bisa merawat bayinya sendiri aku memutuskan untuk bekerja lagi….dan kebetulan keluarga Jung saat itu membutuhkan pelayan” jelas Ryu ahjuma selanjutnya. Siwon hanya mendengarkannya.

“Ah begitu. kalau begitu kau sudah sangat akrab dengan keluarga mereka kurasa” komentar Siwon. Ryu ahjuma menganggukkan kepalanya pasti.

“Keluarga Jung sangat baik. Mereka memperlakukan pelayan mereka dengan sangat baik, Siwon-ah”

“geurae?”

“Ne.”

“Keureom….bagaimana dengan menantu keluarga Jung? Apa…dia juga baik?” Tanya Siwon. Sedikit menelisik tentang Shilla.

Ryu ahjuma menganggukkan kepalanya. “Shilla Agassi sangat baik bahkan. Keunde…kenapa kau menanyakan Shilla Agassi? Kau mengenalnya?” Ryu ahjuma balik bertanya. Sontak Siwon sedikit gelagapan.

“Ah..keunyang…ehm…dia temanku, ahjuma” ucap Siwon sembari tersenyum kikuk.

“Geurae? Woah,,,aku baru tahu”

“Ne. ehm…apa suaminya juga memperlakukan Shilla dengan baik?” Tanya Siwon. Seperti tengah menginterogasi Ryu ahjuma.

“Ne. Deryeonim..dia…sangat mencintai Shilla Agassi. Bahkan terkadang mereka berdua membuat kami iri”

“Ah wae?”

“Karena mereka terlihat sangat mesra. Mereka saling mencintai satu sama lain. Saling memperhatikan satu sama lain. Benar-benar tak terpisahkan”

Entah bagaimana, tapi Siwon merasa tak suka dengan apa yang diucapkan Ryu ahjuma. Ada sesak tersendiri yang timbul dalam dadanya ketika mendengar kenyataan bahwa Shilla bahagia bersama suaminya. Bahwa suaminya juga sangat mencintai Shilla.

Jujur Siwon berharap jawaban Ryu ahjuma adalah bahwa Shilla tak dicintai suaminya. Karena selama ini Siwon berpikir bahwa senyum Shilla pergi karena ia tak dicintai atau diperlakukan buruk oleh suaminya. Tapi ternyata tidak, kan?

“Ah Siwon-ah kurasa aku harus segera pulang. Nyonya pasti akan bertanya-tanya kalau aku keluar terlalu lama” ucap Ryu ahjuma. Sejujurnya masih banyak yang ingin Siwon tanyakan. Tapi ia tahu bagaimanapun, Ryu ahjuma punya pekerjaannya dan tanggung jawabnya sendiri.

“Araseo. Biar kuantar, ahjuma!” ujar Siwon. Wanita itu menggelengkan kepalanya.

“Gwenchana. Aku bisa pulang sendiri, lagipula sudah dekat ini kan. Kau tadi sudah mengantarku berbelanja itu saja sudah cukup. Kau pulanglah!” tolak wanita halus. Siwon menganggukkan kepalanya.

“Keunde…aku masih bisa bertemu Ryu ahjuma lagi kan lain kali?” Tanya Siwon. Sontak wanita itu menganggukkan kepalanya.

“Keureom. Aku akan sangat suka kalau kita bisa bertemu lagi”

“Geurae? Gomawo ahjuma”

“Cheonmaneyo. Aku pamit dulu, ne?”

=Reminiscence Chapter 5=

Donghae hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Siwon kini. Pria yang duduk di depannya itu hanya sibuk mengaduk-aduk sendok kopinya. Sementara kopi yang ia pesan belum sedikitpun ia seruput.

“Kau kenapa lagi? Hm?” Tanya Donghae penasaran. Siwon tak hanya melamun tanpa menyentuh kopinya tapi ia juga sama sekali belum menyentuh makan siangnya.

“Hya! Siwon-ah!” panggil Donghae keras. Membuat Siwon tersentak dan mendongakkan kepalanya untuk menatap Donghae.

“Huh?” Tanya Siwon. Donghae berdecak singkat.

“Aku bertanya Siwon-ah, kenapa denganmu? Kenapa wajahmu kusut seperti itu?” Donghae mengutarakan kepeduliannya. Siwon hanya menghela napasnya.

“Hya! Bicaralah! Kau membuatku khawatir, kau tahu?” desak Donghae ketika Siwon sama sekali tak mengeluarkan suaranya. Ia memandang Donghae lesu dan menghela napasnya lagi.

“Sudah seminggu, Hae”

“Huh?” Donghae tak mengerti dengan apa yang Siwon ucapkan. Nyatanya memang, sahabatnya itu mengucapkan kalimat yang menggantung.

“Sudah seminggu aku tak bertemu dengannya” tambah Siwon. Donghae hanya mengerjab-ngerjabkan matanya bingung. Mencoba mencari tahu dalam otaknya tentang maksud dari ucapan Siwon. Hingga akhirnya ia perlahan mengerti.

“Shilla maksudmu?” Tanya Donghae. Siwon hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

“Apa menurutmu Jung Yunho itu tipikal suami yang otoriter dan mengurung istrinya selamanya karena istrinya membuat kesalahan? Apa dia termasuk suami yang akan menghukum istrinya berat hanya karena kesalahan kecil?” Tanya Siwon. Sontak Donghae tertawa mendengarnya.

“Hya! Imajinasimu itu terlalu tinggi Siwon-ah. Jaman sekarang mana ada suami seperti itu?”

“Keunde…kenapa Shilla tak pernah ke taman? Pasti Jung Yunho melarangnya untuk keluar kan?”

Donghae hanya bisa menggelengkan kepalanya. “Kau ini terlalu berpikiran macam-macam. Bisa saja kan Shilla tak keluar rumah Karena ia masih sakit? bukankah katamu dia pingsan saat itu?” Donghae berusaha bersikap realistis. Karena menurutnya dugaan Siwon sedikit tak masuk akal.

Siwon seketika menepuk jidatnya kesal. Bagaimana mungkin ia tak memikirkan hal itu? Ia terlalu sibuk dengan rasa bersalahnya dan pada akhirnya berakhir pada memikirkan hal yang tidak-tidak. Hingga membuatnya tak bisa memikirkan kemungkinan lain yang lebih rasional.

“Majayo. Keunde…apa dia baik-baik saja?” Siwon bertanya pada Donghae. Sahabatnya itu hanya mendesis pelan.

“kau pikir aku ini baby sitternya? Mana aku tahu dia baik-baik saja atau tidak.” Kesal Donghae. Siwon menghela napasnya lagi.

Donghae melihat perubahan ekspresi Siwon. Baru kali ini ia melihat Siwon tampak kebingungan menghadapi seorang wanita. Biasanya ia bahkan tak pernah mau ambil pusing tentang wanita.

“kau…benar menyukainya?” Tanya Donghae hati-hati. Siwon menatap Donghae sekilas kemudian menganggukkan kepalanya.

“Kurasa begitu”

“Wae? Dari semua wanita kenapa kau memilih wanita itu?”

Siwon menggeleng lagi. “Molla. Aku bahkan tak pernah memilihnya. Tiba-tiba saja aku merasakan perasaan seperti ini.” Ucap Siwon frustasi. Ia sendiri juga tak tahu apa alasannya menyukai Shilla. Yang ia tahu ia hanya merasakan perasaan aneh tiap kali ia bertemu Shilla.

“Kau akan mengejarnya?”

“kurasa”

“kau gila! Dia sudah menikah. Kau tak bermaksud untuk menghancurkan pernikahannya, kan?”

“I wanna see her smile, Hae. And I know I can make it. Dan kurasa ia tak sepenuhnya bahagia dengan Jung Yunho”

Donghae menatap Siwon tak percaya. Ia menggelengkan kepalanya pelan. Sahabatnya itu menurutnya sangat aneh, selama ini tak pernah menunjukkan ketertarikan dengan wanita dan ketika ia tertarik justru pada seorang wanita yang sudah bersuami.

“Dia seoarang chaebol. Paling tidak ia istri seorang chaebol, kau pikir bagaimana akan memenangkannya? Sementara kau? Baru saja lulus dan baru merintis karir. Jangan gila!” pekik Donghae. Siwon hanya menghela napasnya.

“Kalaupun kau ingin mengejarnya setidaknya kau harus punya harta dan kekuasaan seperti Jung Yunho” tambah Donghae.

“harta bukan segalanya, Hae”

“tetap saja Won-ah. Untuk melawan seorang chaebol sepertinya paling tidak kita juga harus menjadi seorang chaebol. Karena kurasa kau tahu sendiri bagaimana seorang chaebol dengan mudahnya membalikkan nasib seorang miskin” ucap Donghae realistis. Siwon menganggukkan kepalanya paham.

Bagaimanapun ucapan Donghae masuk akal. Siwon hanya bisa menghela napasnya berat.

=Reminiscence Chapter 5=

Dari balkon rumah besar itu Shilla memandang lurus ke depan. Sebuah temaram senja terlihat indah di matanya. Meski sejujurnya tak jauh lebih indah jika ia melihatnya di taman itu.

Shilla melipat tangannya, memeluk dirinya sendiri. Udara sedikit dingin atau mungkin itu karena dirinya yang memakai dress yang sedikit tipis. Membuatnya lebih bisa merasakan belaian angin di pori-pori kulitnya.

Tak ada kegiatan berarti yang Shilla lakukan seminggu ini. Hanya diam di dalam kamarnya. Berusaha sendiri untuk mengobati ketakutannya, meski terkadang ia nyaris menyerah.

Kka! Palli kka!

Bisikan-bisikan itu terus saja berputar di otaknya. Tak peduli siang atau malam bisikan itu serasa menghantuinya. Membuatnya tak bisa bernapas lega.

Shilla memejamkan matanya. Berusaha menghalau bisikan-bisikan menyakitkan itu. Tapi alih-alih menghalaunya bisikan itu justru semakin jelas terdengar. Bahkan kini dalam otaknya tengah berputar reka potongan adegan masa lampau yang menyakitkan untuknya.

“Jebal kka!”

“Shireo!”

“Shilla-ya kka!”

“shireo! Shireo! Oppa…”

“Kka! Jebal kka!”

“Andwe! oppa hajima!”

“KKA!!”

Buru-buru Shilla membuka matanya. Napasnya kembali tak beraturan. Ia memalingkan wajahnya lantas menghela napasnya. Berusaha meredam perih yang tiba-tiba merasuk dalam dadanya.

GRAP

Shilla tersentak ketika ia merasakan sebuah sentuhan di pundaknya. Ia mendongakkan kepalanya dan mendapati Yunho tersenyum padanya. Pria itu lantas mengalungkan selimut kecil di pundak wanita itu. berusaha memberi Shilla kehangatan.

Yunho kemudian berdiri di samping  Shilla. “Bosan?” tanyanya langsung. Shilla hanya menganggukkan kepalanya sekali. Tanpa memandang Yunho sama sekali.

“Kau ingin ke taman itu?” Tanya Yunho. Sontak Shilla menolehkan kepalanya menatap pria jangkung di sebelahnya.

“Bolehkah?” pertanyaan lirih itu terdengar setengah memohon. Shilla tahu tabiat Yunho, pria itu berpendirian tegas dan ketika ia memutuskan sesuatu maka ia tak akan goyah begitu saja. Dan dalam hal ini keputusannya untuk melarang Shilla keluar rumah nyatanya terkesan tak bisa terbantahkan.

Yunho melihat tatapan penuh harap Shilla. Ia tahu keputusannya untuk mengurung Shilla tidaklah tepat. Hanya saja ia tak bisa mempertaruhkan resiko kalau Shilla tiba-tiba pingsan seperti tempo hari.

“Kau benar ingin kesana?” Tanya Yunho lagi. Shilla hanya menganggukkan kepalanya.

“Apa..ke taman itu akan membuatmu lebih baik?”

Shilla mengangguk lagi. Perlahan Yunho menghela napasnya.

“Araseo. Besok kau boleh ke taman itu lagi. Keunyang…kau harus berhati-hati Shilla-ya. Kalau sekali lagi kau mengalami kejadian seperti tempo hari maka…”

“Araseo” potong Shilla. Ia hanya tak begitu suka ketika Yunho mengungkit kejadian tempo hari.

“Keureom…masuk sekarang! Sudah hampir gelap Shilla-ya”

“Aku masih ingin disini” ucap Shilla lirih. Ia memandang kearah langit senja yang perlahan berubah gelap itu. Yunho untuk kesekian kalinya menghela napasnya.

“Ara. Jangan terlalu lama, eo? Kau bisa masuk angin nanti”

Shilla hanya menjawab dengan anggukan singkat.

=Reminiscence Chapter 5=

Siwon berjalan gontai turun dari motornya. Menuju sebuah tempat yang beberapa hari ini membuatnya resah. Padahal hari-hari sebelumnya tempat inilah tempat yang sanggup membuat Siwon tersenyum bahagia.

Ia sudah menghela napasnya berat. Berjaga-jaga kalau ternyata ia tak menemukan Shilla lagi di hari ke-delapan semenjak kejadian itu. Nyatanya rasa kecewa yang tujuh hari lalu ia alami tak terulang lagi hari ini.

Senyuman lega jelas terukir jelas dari bibir Siwon. Merasa sangat bahagia hanya dengan Shilla bisa kembali ia temui. Siwon tak mengharap banyak selain bisa menemui Shilla setiap hari,

“Kau datang?” ucapnya. Shilla tak perlu menolehkan kepalanya untuk mengetahui siapa yang menyapanya.

Siwon mengambil duduk di sebelah Shilla. “Kurasa suami dan keluargamu melarangmu keluar, keudaechi?” lanjut Siwon. Shilla tak memberikan komentar apapun.

“Shilla-ssi…mianhae, eo? Aku tak akan mengantarmu pulang kalau akhirnya akan seperti itu. Kalau kau mengalami hari berat beberapa hari ini karenaku…maka maafkan aku, ne?” Ujar Siwon. Shilla tak mengatakan apapun ia hanya mengatur napasnya pelan.

“Kau tak marah padaku, kan? Eo?” Siwon bertanya cemas. Debaran jantungnya semakin tak menentu ketika Shilla sama sekali tak menjawabnya. Membuatnya berpikir kalau Shilla benar-benar marah pada Siwon.

“Mianhae. jeongmal mianhae. Jangan marah padaku, eo? Jebal!” pinta Siwon. Shilla menghela napasnya lembut.

“Gomawo” ucapan lirih itu nyatanya sanggup membuat Siwon membisu. Shilla bicara padanya dan yang membuatnya serasa terpaku adalah karena Shilla mengucapkan terimakasih.

“M-mwo?”

“Gomawo…karena tak mengatakan apapun kepada eomeoni dan Yunho Oppa” lanjut Shilla. Masih dengan suara lembut nan lirihnya. Siwon mengerjabkan matanya berkali-kali. Masih berusaha mencerna dengan situasi yang ia hadapi sekarang.

“W-wae?”

Shilla tak menjawab pertanyaan Siwon. Ia memalingkan wajahnya.

Karena kalau Yunho Oppa tahu yang sebenarnya maka ia akan selamanya melarangku keluar rumah. Ke taman ini.

Nyatanya Shilla tak mengatakan apapun alasannya terhadap Siwon. Ia meninggalkan Siwon dengan rasa penasarannya yang semakin lama semakin menggerogoti kewarasannya.

Hari ini saja beruntung ia bisa meyakinkan Yunho untuk mengijinkannya keluar. Karena bagaimanapun disinilah satu-satunya tempat yang bisa membuatnya tenang. Tak memikirkan mimpi buruk yang selalu menggerogoti perasaannya.

Siwon masih bingung, sangat bingung bahkan, dengan ucapan Shilla. Tapi toh ia tak bisa menanyakan lebih,kan? Karena nyatanya Shilla jelas-jelas tak akan mengatakan alasannnya pada Siwon. Dan mendengar Shilla bicara sedikit panjang terhadapnya saja sudah membuat Siwon cukup senang.

Siwon hanya memandang Shilla yang masih memalingkan wajahnya. Ia mengamati tiap lekuk wajah Shilla. Merasakan ada perbedaan disana.

She was having a bad time I guess.

Siwon tersenyum singkat sebelum akhirnya ia meraih tangan Shilla. Membuat Shilla terhenyak dan pada akhirnya menatap tangannya yang di genggam oleh Siwon.

Shilla menatap Siwon bingung.

“Kkaja!” hanya itu yang Siwon ucapkan. Shilla masih bingung ketika Siwon berusaha menarik tangannya. Ia tak tinggal diam, ia menahan tangan Siwon untuk meraihnya lebih jauh.

“Tenanglah! Aku tak akan membawamu dengan motorku lagi. Hanya ingin menunjukkanmu sesuatu” ucap Siwon. Shilla masih tak bergeming. Ia menolak untuk melangkahkan kakinya.

“Ah ayolah! Sangat membosankan jika hanya duduk disini tanpa melakukan apapun. Aku janji yang akan aku tunjukkan ini akan membuatmu suka” ucap Siwon lebih meyakinkan lagi.

Shilla masih ragu tentu saja. Ia hanya memandang Siwon gamang.

“Aish! Kau lama!” kesal Siwon dan kali ini menarik paksa tangan Shilla. Wanita itu berusaha melepaskan cengkraman tangan Siwon tapi pria itu tampaknya tak peduli dengan tenaga Shilla yang tak ada tandingannya dengan dirinya.

Shilla pada akhirnya pasrah. Ia hanya menurut ketika Siwon membawanya. Entah kenapa. Sejauh yang ia tahu Siwon masih membawanya berputar taman itu.

Dia mau menunjukkan apa sebenarnya?

Tak lama Siwon menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badannya untuk menatap Shilla lalu tersenyum hangat. Ia perlahan melepaskan genggaman tangannya.

Shilla melihat sekelilingnya. Masih di taman yang sama, hanya salah satu bagian lain taman itu yang jarang Shilla kunjungi. Sama seperti spot yang biasa ia datangi, disana juga terdapat sebuah pohon besar.

“Duduklah!” titah Siwon. Shilla memandangnya sekilas kemudian mengikuti ucapan Siwon.

Shilla perlahan memposisikan dirinya untuk duduk di bangku yang berada tepat di bawah pohon rindang itu. Siwon tersenyum kearahnya sebelum akhirnya ia berjongkok dan mengambil sebuah kerikil di bawah kakinya.

Shilla hanya menatap Siwon penuh tanya. Masih tak mengerti dengan apa yang pria itu pikirkan. Tak mengerti dengan apa yang akan pria itu lakukan. Hingga akhirnya Shilla hanya bisa membulatkan matanya terhadap yang Siwon lakukan berikutnya.

“Hush!” teriak Siwon kencang dan melemparkan kerikil yang tadi ia pungut tepat keatas pohon rindang itu. Detik berikutnya puluhan burung kecil terbang dari balik pohon rindang itu.

“Lihatlah kesana!” perintah Siwon sambil menyuruh Shilla untuk menatap kedalam langit senja di atas sana. Sejurus kemudian Shilla terpana dengan pemandangan yang ia lihat.

Di atas sana, langit senja terlihat begitu indah. Warna jingga khas senja hari dengan matahari yang memiliki warna senada terasa begitu indah. Belum lagi dengan puluhan burung yang baru saja Siwon usir yang terbang diantara langit itu.

Burung-burung itu terbang tepat di depan langit senja. Seolah mereka tengah berbondong-bondong ingin menuju ke matahari yang begitu indah. Seolah burung-burung kecil itu ingin pergi ke rumah mereka.

Shilla hanya terpaku memandang pemandangan indah di depannya. Ia terus memperhatikan burung-burung itu terbang hingga mereka tak bisa lagi Shilla jangkau melalui jarak pandanganya. Semakin lama hanya sebuah titik-titik kecil yang semakin lama memudar.

“Yeppo, keudaechi?” Tanya Siwon setelahnya. Ia menolehkan kepalanya untuk menatap wajah Shilla yang terlihat lebih cantik dengan sinar mentari yang memantulkan cahaya jingganya.

Shilla menolehkan kepalanya singkat. Ia menganggukkan kepalanya menyetujui. Detik berikutnya yang Shilla lakukan nyatanya sanggup seolah menarik napas Siwon dari tenggorokannya.

Shilla tersenyum tipis kearah Siwon. Pantulan cahaya senja itu ditambah sunggingan tipis di bibir Shilla serasa menyihir Siwon. Serasa membuat Siwon kehilangan akalnya hingga tak melakukan apapun selain menatap senyuman tipis itu. Ia bahkan tak mengedipkan matanya seolah ia takut ketika ia mengedipkan matanya maka senyuman itu akan hilang begitu saja.

“Yeppo” ucapan lirih itu semakin membuat Siwon serasa kehilangan akal. Ia menarik napasnya dan mengeluarkannya perlahan.

Apa yang kau lakukan padaku Shilla-ya? Perasaan apa ini?

Shilla sadar sedari tadi Siwon menatapnya aneh. Setidaknya itu menurutnya. Ia lantas memalingkan wajahnya lagi. Memandang langit senja yang tadi sempat membuatnya terpana.

Siwon tersadar dari keterpakuannya. Ia berusaha bersikap biasa lagi. Ia menggaruk tengkuknya singkat.

“Sudah kubilang kan? Kau akan suka berada disini” ucap Siwon. Shilla hanya menganggukkan kepalanya tanpa menatap Siwon sama sekali.

“Dulu..aku sering kesini. Sekedar menghilangkan stress dengan kenakalanku mengusir burung-burung kecil itu dari sarangnya. Dan ketika aku menyadari betapa indah efek kenakalan yang aku lakukan, aku menjadi ketagihan karenanya” lanjut Siwon.

Shilla hanya diam memandang langit senja itu. siwon benar, tempat ini memang indah. Melihat senja dengan bonus burung-burung terbang disana juga sangatlah indah. Hanya saja seberapa indahnyapun tempat itu kini tetap tak bisa menandingi indahnya tempat yang biasa ia datangi. Karena disana menyimpan ribuan memori indah untuknya.

=Reminiscence Chapter 5=

“Berhentilah bekerja Jung Depyeonim!” ucapan itu sontak membuat Yunho mendongakkan kepalanya. Mengalihkan pandangannya sejenak dari tumpukan file yang sedari tadi ia geluti. Ia berdecak singkat melihat tamunya itu.

“Dan berhenti menggangguku saat bekerja Kim Depyeonim” balas Yunho. Pria yang dipanggil itu berdecak sebal kemudian duduk di sofa dalam ruangan Yunho.

“Ini sudah jam makan siang,Yun. Istirahatlah!” ucap pria itu yang tak lain adalah Kim Jaejoong. Yunho menggelengkan kepalanya.

“Sebentar lagi Jae. Keunde…kau kesini ada urusan apa?”

Jaejoong berdecak lagi. “Hya! Kau ini tak sopan sekali. Masih mending aku mau menemuimu dan mengajakmu makan siang. Setidaknya kau tak akan kelaparan setelah ini. Tck!”

Yunho terkekeh mendengarnya. “Bukan begitu. biasanya kan kau datang ke kantorku kalau ada urusan penting. Wae?” Tanya Yunho lagi.

Jaejoong memang jarang menemuinya di kantor. Kedua sahabat itu lebih sering bertemu di rumah atau saat mereka tengah berkumpul bersama rekan bisnis mereka.

“otak bisnismu memang tak bisa dikelabui. Ara, aku memang kesini karena ada urusan denganmu. Keunde…aku lapar jadi kurasa kita bicarakan setelah makan siang saja” jawab Jaejoong. Yunho menganggukkan kepalanya.

“Hya! Aku bilang aku lapar, Yun!” pekik Jaejoong ketika Yunho kembali melihat file-file miliknya. Seperti tak peduli dengan ucapannya baru saja.

Yunho berdesis pelan. “Dan aku sedang bekerja, Jae”

“kalau begitu cepat selesaikan pekerjaanmu! Aish!”

“kalau kau ingin makan kau bisa mengajak Junsu kan? Atau Myungsoo? Kenapa repot-repot kemari, toh aku tak menyuruhmu” ucap Yunho. Jaejoong menatapnya tak percaya.

“Aish! Sombong sekali kau, Jung Depyeonim. Kalau aku tak ada urusan bisnis denganmu setelah ini maka aku sudah memukul wajah angkuhmu itu” ucap Jaejoong  kesal. Tapi toh ia sudah biasa menghadapi sahabatnya yang angkuh itu.

Jaejoong melipat tangannya di dada. “Araseo. Kutunggu setengah jam lagi. Kalau kau masih menyibukkan dirimu dengan file itu maka jangan salahkan aku kalau aku menyeretmu makan siang di depan karyawanmu!” ancam jaejoong. Yunho mendongakkan kepalanya sekilas, menatap Jaejoong, kemudian menggelengkan kepalanya singkat.

Yunho setelahnya kembali dengan file-filenya sementara Jaejoong melirik beberapa berkas yang sedikit berserakan di meja tempat ia duduk kini. Ia menggelengkan kepalanya kemudian merapikan berkas itu singkat. Hingga akhirnya matanya tanpa sengaja melihat sebuah file yang menarik perhatiannya.

Mata Jaejoong membulat seketika. “Yun, apa ini?” tanyanya langsung.

“Hm?” Yunho hanya balik bertanya dengan gumaman kecil. Tanpa memandang Jaejoong sedikitpun.

Jaejoong bangkit dari duduknya kemudian mendekat kearah meja Yunho. Ia meletakkan sebuah file yang tadi tanpa sengaja ia lihat, tepat di depan Yunho. Membuat pria itu mendongakkan kepalanya.

Yunho merutuk pelan dalam hatinya. Merutukinya sendiri kenapa ceroboh dan tak memasukkan file yang masih rahasia itu. Setidaknya ia belum ingin membicarakan tentang file itu pada siapapun.

Yunho menghela napasnya. Dengan Jaejoong sudah menemukan file itu, ia tak mungkin bisa mengelak. Dan mengingat tabiat Jaejoong. Maka ia tak mungkin bisa berbohong pada sahabatnya itu.

“Seperti yang kau lihat dan baca sendiri” jawab Yunho tenang. Jaejoong hanya menatapnya menyelidik.

“Kau tak akan serius melakukan ini, kan?”

“Kalau aku sudah membuat surat itu apakah itu artinya aku tak serius, Jae?” Tanya Yunho balik. Jaejoong cukup mengerti apa maksud dari ucapan Yunho itu

“Tapi..apa kau sudah memikirkan semuanya dengan matang?”

Yunho meletakkan penanya kemudian mendongak menatap Jaejoong. “Sudah lama aku ingin melakukan hal ini Jae.”

“Keunde….ini tak benar,Yun”

Yunho bangkit dari duduknya. Ia berjalan menuju dekat jendela ruangannya. Membelakangi Jaejoong.

“Sejujurnya itu masih rencana, Jae. Aku juga belum yakin kapan akan melaksanakannya. Aku harus meminta ijin pada Appa dan Eoma dulu. Tapi yang jelas..kurasa suatu hari aku akan melakukannya” ucapnya sambil melihat panorama dari balik jendela itu.

Jaejoong membalikkan badannya, menatap punggung Yunho yang kini membelakanginya.

“Dan kau tak berniat untuk meminta ijin pada Shilla?” Tanya Jaejoong langsung. Yunho terdiam sejenak.

“Kurasa…dia tak akan menolaknya”

Jaejoong berdecak singkat. “Tentu saja dia tak akan menolak. The truth is, she’s not in her stabil mind right now. Tentu saja ia tak akan menolak karena nyatanya ia tak peduli.”

Yunho hanya terdiam. Ia masih tak mau membalikkan badannya dan menatap jaejoong.

“Jangan membuat keputusan yang terkesan kau memanfaatkannya, Yun. Setidaknya kau boleh melakukan itu kalau ia benar-benar sudah stabil secara psikis.” Nasehat Jaejoong.

Yunho memejamkan matanya sejenak. Bagaimanapun Jaejoong benar. Ia tak boleh gegabah mengambil keputusan itu.

Kurasa aku harus menunggu….lagi.

=Reminiscence Chapter 5=

TOKTOKTOK

Ketukan pintu itu terang saja membuat Siwon sedikit terlonjak. Yang ia lakukan sedari tadi adalah merapikan file-file miliknya. Terlalu berkonsentrasi hingga terkejut ketika mendengar seseorang mengetuk pintu flat kecilnya.

“Siapa yang bertamu? Kurasa kalau Donghae ia sudah berteriak-teriak memanggilku dari luar?” gumam Siwon penasaran. Selama ia pulang dari Sydney memang hanya Donghae yang mengunjunginya.

Siwon berjalan menuju pintu dan sedikit terkejut melihat seseorang disana. “Hoya?”

Hoya tersenyum memandang Siwon. “Ternyata kau memang masih tinggal disini, Hyung. Boleh aku masuk?”

“Ah geurae. Masuklah!” ucap Siwon menyilakan Hoya masuk.

“Tumben kau kesini, Hoya”

Hoya tersenyum lagi. “Hanya ingin mengantarkan ini, Hyung” ucap Hoya sembari menyerahkan sebuah kotak makanan terhadap Siwon.

“Ige…mwo?”

“Kimchi. Eoma sedang membuat banyak kimchi dan ia bilang untuk memberikannya pada temanku. Dan aku ingat padamu, Hyung” terang Hoya. Siwon menerima bingkisan itu dan tersenyum kearah Hoya.

“Gomawoyo. Tak kusangka kau ingat padaku”

“Dangyunhaji! Kau dulu selalu baik padaku dan sekarang saat kau sudah kembali memangnya ada alasan untuk melupakanmu, Hyung?”

Siwon terkekeh kecil. “Majayo. Keunde…kalian sedang ada perayaan memangnya?” Tanya Siwon. Pasalnya, biasanya orang Korea akan memasak kimchi dalam jumlah banyak kalau tengah ada perayaan penting.

Hoya mengangguk singkat. “Eo. Hari ini…tepat 3 tahun Appa tiada, Hyung. Dan Appa sangat suka kimchi, itulah kenapa Eoma membuat kimchi hari ini” jelas Hoya. Siwon menganggukkan kepalanya paham.

“Sampaikan salamku untuk ibumu. Kurasa aku harus mengunjunginya lain kali. Akhir-akhir ini aku sibuk jadi belum sempat berkunjung” ucap Siwon.

“Gwenchana! Ah hyung apa yang kau lakukan?” Tanya Hoya penasaran. Meja Siwon penuh dengan foto-foto dan terlihat sedikit berantakan.

“Sedang menyortir foto.”

Hoya menganggukkan kepalanya. “Mau aku bantu Hyung?” tawarnya. Siwon memandangnya ragu.

“Kau tak sibuk memangnya?”

“Aniya. Shift ku sudah selesai dari sore tadi. Lagipula kalau aku sibuk aku tak akan main kesini Hyung” ucapnya. Siwon terkekeh kecil.

“Araseo. Kalau begitu foto-foto ini bantu aku memasukkannya dalam kardus itu, ne?” ucap Siwon sembari menunjukkan Hoya foto-foto yang harus ia kepak. Hoya mengangguk paham.

Sambil memasukkan foto-foto sambil ia melihat satu per satu hasil karya Siwon. Ia tersenyum beberapa kali melihat hasil jepretan Siwon.

“Ah Hyung, ini bukankah keluarga Jung?” Tanya Hoya sembari memegang foto keluarga Jung. Siwon menganggukkan kepalanya.

“Ne. itu saat aku bertugas untuk mengambil foto keluarga mereka saat mereka mengadakan pesta beberapa waktu lalu.”

“Orang kaya memang selalu berpesta ya” komentar Hoya. Siwon menganggukkan kepalanya.

“Chaebol biasa melakukan pesta meski itu hanya perayaan kecil. Mereka lebih memilih menghabiskan uang mereka untuk pesta ketimbang berbagi”

“Tapi mereka memang punya banyak uang untuk itu kan? Setidaknya mereka masih bisa hidup dengan mewah setelahnya meski mereka sering pesta|” ucap Hoya.  Siwon menganggukkan kepalanya.

Itulah hidup. Terkadang kesenjangan tak terelakkan.

Hoya mengamati foto itu lagi. ia memiringkan kepalanya bingung.

“Keunde…wae?” ucapnya tiba-tiba.

Siwon menatap Hoya bingung. Tak mengerti dengan maksud pertanyaan Hoya.

“wae? Apanya?” tanyanya. Hoya menunjukkan foto itu pada Siwon.

“Dimana Woo Hyung?”

“Woo Hyung?” Siwon tak mengerti. Ia bahkan tak tahu siapa yang tengah Hoya maksud.

“Ne. Ilwoo Hyung. Kenapa ia tak ikut dalam foto keluarga ini?” tanyanya lagi. Siwon masih tak mengerti,.

“Ilwoo? Nuguya?”

“Ilwoo Hyung. Jung Ilwoo”

“Aku tak pernah mendengar namanya. Memangnya siapa dia?” Tanya Siwon lagi. Hoya menatapnya kaget.

“Kau tak tahu? Ilwoo Hyung, Shilla-neun nampyeon”

“M-MWO?”

 

To be continued….

 

*garuk-garuk kepala dulu*..how’s this???  Aneh?? Haha

Like I said before, hoya has special part to revealing something important…..lol…some of you make a guess right, congratzzzz!!! Lol

But there are more clue again in this part, make a guess…lol

Sorry for typos.. 😀