Reminiscence Chapter 7

Tatapan mata pria itu hanya lurus ke depan. Menelusuri laut lepas dengan hiasan temaram senja di depannya. Ia tak mengucap apapun memang tapi pikirannya melayang kemana-mana.

Ia tersenyum tipis. Tak menyangka sama sekali hari ini akan terjadi. Tak mengira akan mengalami hari ini. Tak menduga akan bertemu dengannya.

Dengan wanita yang kini duduk di sampingnya. Beralaskan lembut pasir pantai Jeju. Wanita itu sedari tadi hanya memandang pria yang tahunan tak ia dengar kabar beritanya. Tak ia lihat sosoknya.

Tak banyak yang berubah dari sosok pria itu. ia masih sama seperti 7 tahun lalu. Masih tampan, dengan tulang rahang yang jelas, dengan perawakan tingginya, dan semuanya. Yang berbeda dari fisik pria itu adalah bahwa kini ia jauh lebih dewasa. Mimik wajahnya bukan lagi mimik wajah Siwon saat remaja tapi Siwon dengan mimik tegas tapi tak menutupi kelembutan hatinya.

“Oppa..” panggilan lirih itu sama sekali tak membuat Siwon lantas menolehkan kepalanya. Ia masih sama seperti tadi, hanya menatap lepas laut Jeju yang indah. Meski kini ia tak merasakan keindahan itu.

“Oppa..” panggil wanita itu lagi. Ia meraih jemari Siwon dan menggenggamnya. Membuat Siwon tersentak dengan sentuhan tiba-tiba itu.

Siwon memandang wanita cantik di sebelahnya itu. Dari sorot mata Siwon wanita itu tahu ada banyak hal yang ingin Siwon katakan. Ada banyak hal yang ingin Siwon utarakan. Tapi pria itu enggan untuk melakukannya.

“Oppa, marhae! Katakan sesuatu, eo?” ucapnya lagi. Siwon masih tak bergeming. Ia hanya diam sembari menatap wanita yang sebentar lagi akan menikah itu.

Kalau boleh jujur maka Siwon ingin sekali mengungkapkan kalau ia merindukan wanita itu. Sangat merindukan wanita itu hingga terkadang ia nyaris gila dengan rasa sesak yang timbul akibat rindu yang membuncah itu.

Ya, Siwon mencintai wanita itu. Terlalu menyayangi wanita di sebelahnya itu hingga rasanya begitu menyakitkan. Keputusan besar yang ia ambil 7 tahun lalu rasanya membuat hidupnya tak semudah yang dibayangkan. Membuatnya harus rela berpisah dengan orang-orang yang ia sayangi.

“Napeun neom! Marhaebwa! Aku bilang katakan sesuatu! Apa kau tuli, huh?” pekik wanita itu. Ia geram dengan sikap diam Siwon.

Sejak tadi ia bertemu dengan pria itu, yang Siwon lakukan hanya diam. Sepatah katapun tak pria itu ucapkan untuknya.

“Marhae! Marhae! Marhae!” pekiknya lagi sembari memukulli dada Siwon. Tak keras memang tapi cukup bisa membuat Siwon meringis.

“7 tahun 4 bulan 10 hari! Aren’t you gonna say something to me? Huh?” pekiknya lagi. Masih dengan memukuli kecil dada Siwon.

Siwon meraih tangan kecil wanita itu. Menghentikan wanita itu dengan aktivitasnya memukuli dada Siwon.

“Geuman, Ji!” ucap Siwon pelan. Wanita itu menggelengkan kepalanya.

“Then say something, you jerk!” umpat wanita itu. Ia memandang Siwon tajam. Lelehan air mata perlahan jatuh dari pelupuk matanya.

Siwon terkekeh setelahnya. Membuat wanita yang dipanggil Ji itu membulatkan matanya tak percaya. Ia ingin memukul Siwon lagi tapi perlakuan Siwon berikutnya membuatnya terhenyak.

GREP

Siwon meraih wanita itu dalam dekapannya. “Araseo. Mianhae, Ji” ucap Siwon akhirnya. Wanita itu menggelengkan kepalanya dalam rengkuhan Siwon.

“I don’t want to hear those words” ucapnya. Sekali lagi Siwon terkekeh kecil. Ia mengerti maksud ucapan itu. Wanita itu tak ingin mendengar kata maaf.

Wanita itu masih sama, pikirnya. Masih suka meletup-letup emosinya. Masih suka marah, kemudian tiba-tiba menangis, mengumpat kesal, bahkan mencaci. Wanita itu memang kerap melakukan hal itu kalau ia tengah emosi.

“Ara. Keureom…bogoshipo?” Tanya Siwon. Wanita itu menganggukkan kepalanya. Siwon tersenyum kemudian mengeratkan pelukannya.

=Reminiscence Chapter 7=

Donghae membelalakkan matanya melihat pemandangan tak jauh dari dirinya berdiri kini. Ia menolehkan kepalanya menatap sosok Woohyun yang terlihat tenang. Ya, keduanya memang tengah mengamati Siwon dan wanita yang tiba-tiba memeluknya itu dari kejauhan.

“Woohyun-ssi…neo gwenchana?” Tanya Donghae hati-hati. Merasa sedikit aneh dengan sikap Woohyun yang seolah membiarkan tunangannya memeluk dan dipeluk pria lain. Pria itu hanya menatap tenang keduanya.

“Gwenchana” ucap Woohyun pelan. Donghae memiringkan kepalanya bingung.

“Keunde…tunanganmu dia…Siwon…”

Woohyun menolehkan kepalanya menatap Donghae. Ia mengulas senyumnya.

“Gwenchana. I guess..I know who he is” ucap Woohyun kemudian menatap Siwon dan tunangannya lagi. Membiarkan Donghae dalam kondisi bingungnya.

=Reminiscence Chapter 7=

“Ara. Keureom…bogoshipo?” Tanya Siwon. Wanita itu menganggukkan kepalanya. Siwon tersenyum kemudian mengeratkan pelukannya.

“Jeongmal bogoshipo….Jiwonnie” bisik Siwon. Wanita itu pecah tangisnya. Ia terisak hebat dalam dekapan Siwon. Membuat Siwon hanya bisa tersenyum karena wanita itu masih sama. Masih sangat manja terhadapnya.

Tangan Siwon terulur kemudian membelai lembut puncak kepala wanita itu. Membuat ia justru semakin terisak dalam dekapan Siwon.

“Nado bogoshipo! Neo babo!” ucap Jiwon. Siwon terkekeh diumpat olehnya.

“Bagaimana kau bisa setega ini padaku, Oppa? How could you makeme this worried, huh?” tambah Jiwon. Ia semakin terisak dalam pelukan Siwon. Pria itu membiarkannya, membiarkan Jiwon menangis dalam dekapannya.

“You ruined my shirt, Jiwonie” canda Siwon. Jiwon melepas pelukannya kemudian cemberut kearah Siwon.

“Ah and you ruined your make up. Like a fool” timpal Siwon. Jiwon menatapnya tajam kemudian memukul lengan Siwon kasar.

“hya! Who’s fault is this?” ucap Jiwon tak terima. Siwon menatap lembut wanita itu.

“Salahku. Kau benar, dari awal itu salahku” ucap Siwon lagi. Jiwon menatap Siwon diam. Ia menghela napasnya.

“Where were you this past few years?” Tanya Jiwon berani. Siwon tersenyum simpul.

“Just,…running along this century?”

Jiwon menatap Siwon tajam. “Aku tak bercanda Oppa. Where were you? How have you been?”

Pertanyaan itu penuh dengan rasa penasaran dan khawatir. Siwon tahu itu. sepertinya ia sudah membuat wanita di sebelahnya ini penuh dengan kecemasan 7 tahun terakhir ini.

“Bohong kalau aku menjalani hidupku dengan baik. Tidak, Ji. Hidupku jauh dari kata baik-baik saja. Tapi..aku bahagia menjalaninya” ungkap Siwon. Mata Jiwon kembali berkaca-kaca. Ia memeluk Siwon lagi.

“You shouldn’t leave in the first place Oppa” gumam Jiwon. Siwon menggelengkan kepalanya sembari melingkarkan tangannya, memeluk Jiwon lagi.

“And lived in the luxury named hell? No, Jiwonie. You knew I couldn’t do that” ucap Siwon. Jiwon menganggukkan kepalanya. Mengerti.

“Keunde…Appa…”

“Geuman! Geumanhae, Ji!” potong Siwon. Panggilan itu serasa seperti sebuah mimpi buruk untukya. Ia tahu kemana arah pembicaraan Jiwon berikutnya.

Siwon bangkit dari posisi duduknya. Berdiri membelakangi Jiwon. Menatap kosong kearah laut lepas.

Jiwon mengikuti Siwon bangkit. Menatap punggung Siwon yang rasanya menyiratkan sebuah luka dan beban berat. Ia menghela napasnya.

“Oppa..” panggilnya kemudian memeluk Siwon dari belakang. Menempelkan kepalanya pada punggung Siwon.

“Just…don’t talk about it, Ji. Jebal!” pinta Siwon lirih. Jiwon menganggukkan kepalanya dalam dekapan Siwon.

“Araseo. Mianhae..” lirih Jiwon, Siwon tersenyum tipis kemudian membalikkan badannya dan membalas pelukan Jiwon.

“But you are really mean, Oppa. You made me worried sick about you. Curious if you live well. Cemas bagaimana hidupmu diluar sana. Apa kau makan teratur, apa bisa tidur dengan baik, apa kau baik-baik saja. Bahkan aku selalu takut dengan pemikiran…apakah kau masih hidup?” ucap Jiwon. Air matanya nyaris keluar lagi.

“You know I love you Oppa. You’ve been the great brother for me and seeing  you leaved just like that made me sad” tambah Jiwon. Siwon menghela napasnya sembari mengeratkan pelukannya.

Saat ia meninggalkan Jiwon memang adiknya itu masih remaja, sangat belia. Ya. Jiwon is his sister.

“Mianhae, Ji”

Jiwon menggelengkan kepalanya. “No, don’t! aku tak ingin mendengar kata maafmu Oppa. Aku mengerti. Aku mengerti dengan keputusanmu”

“Ehm. It was..the hardest decision I ever made” aku Siwon. Jiwon semakin membenamkan kepalanya pada tubuh kakaknya itu. Mencoba mengobati rindu yang membuncah dalam dadanya.

“Just promise me something” ujar Jiwon. Siwon menundukkan kepalanya untuk menatap wajah Jiwon yang lebih pendek darinya itu.

“Keep contact with me. Jangan seperti dulu kau membuatku khawatir tanpa tahu keberadaanmu dan kabarmu, eo? Jebal!” pinta Jiwon setengah memelas. Siwon tak kuasa melihat mata Jiwon yang penuh dengan pengharapan itu. Perlahan Siwon menganggukkan kepalanya.

“Ne, I promise”

Jiwon tersenyum lega dan membenamkan wajahnya lagi dalam dekapan Siwon.

=Reminiscence Chapter 7=

“Mianhae Woohyun-ssi. Prewedding nya jadi harus ditunda” ucap Siwon meminta maaf. Woohyun tersenyum kearahnya.

“Gwenchana, Siwon-ssi. I know you two need brother and sister moments, alone” ucap Woohyun mengerti. Siwon tersenyum lembut.

“You figured it out?”

Woohyun menganggukkan kepalanya. “Jiwon banyak cerita tentangmu, Siwon-ssi. Sering menangis tersedu padaku ketika ia begitu merindukan kakaknya. Dan ketika tadi tiba-tiba Jiwon memelukmu aku tahu, kau adalah kakaknya. Wajah kalian juga tak jauh berbeda, bukan?” ujar Woohyun. Siwon menganggukkan kepalanya. Ucapan Woohyun tepat adanya.

“Kau…mencintai Jiwon?” Tanya Siwon tanpa basa-basi. Woohyun tersenyum lembut.

“Nde.” Ucapnya mantap. Siwon masih memandang Woohyun curiga. Sifat protektifnya terhadap Jiwon muncul. Meski ia sekian tahun sudah memutus komunikasi dengan adiknya itu tapi tetap saja, Jiwon adalah adiknya satu-satunya. Dan selama ini, sebelum ia menghilang, ia sangatlah menjaga Jiwon.

“Bukankah ini hanya perjodohan?” Tanya Siwon menelisik. Woohyun menganggukkan kepalanya.

“Ne. awalnya memang hanya perjodohan semata. Keunde…aku sejujurnya sudah mengenal Jiwon sejak beberapa tahun lalu. Dan yah…berawal dari perjodohan itu kini aku benar-benar mencintainya. I really do” ujar Woohyun yakin. Siwon tak melihat kebohongan di mata Woohyun. Sebaliknya, ia melihat ketulusan disana.

Siwon menganggukkan kepalanya. Sepertinya kali ini, ayahnya benar dalam memilihkan pendamping untuk Jiwon. Setidaknya ‘perjodohan’ bisnis itu akan membawa sebuah kebahagiaan untuk Jiwon. Semoga saja.

“Apa…dia merepotkanmu selama ini? Yang kutahu adikku sangatlah manja”

Woohyun terkekeh mendengarnya. “Yup, her mood swing is scary, sometime” aku Woohyun. Keduanya terkekeh setelahnya.

“Majayo. Dia kalau sudah mood nya tak baik akan sangat menyeramkan” ucap Siwon membenarkan. Tawa keduanya pecah. Sayangnya tawa mereka tak berlangsung lama.

“Well well well, bad mouthing me, huh?” ucap Jiwon tiba-tiba. Sontak Siwon dan Woohyun terdiam. Jiwon datang bersama Donghae dengan beberapa makanan di tangan mereka. Mereka memang tadi membeli makan malam bersama.

“A-aniya” kompak Siwon dan Woohyun, Jiwon berdecak singkat.

“I heard Oppa. Your laughs was too loud” ucap Jiwon. Donghae menganggukkan kepalanya setuju. Di luar kamar tadi memang mereka bisa mendengar tawa Woohyun dan Siwon.

Donghae meletakkan makanan yang ia bawa di meja. Kemudian mengambil duduk di sebelah Siwon. Ia memukul lengan Siwon penuh canda.

“Kenapa kau tak pernah bilang kalau kau ini anak seorang chaebol, Siwon-ah” ucap Donghae. Siwon menatapnya sekilas.

“Mantan. And I don’t want to talk about it, Hae”

“Ah wae?”

Siwon melempar tatapannya. “Just because. That was my past, and I don’t want to reminisce those” ujarnya pelan. Jiwon menatap kakaknya pilu. Tapi ia memilih untuk diam. ia tak ingin membangkitkan luka yang kakaknya berusaha pendam itu.

“keureom…bagaimana kalau kita makan saja? Kurasa makanannya akan menangis kalau dianggurkan” ucap Jiwon ceria. Mencoba menghilangkan situasi canggung itu.

“Ne Jiwon benar Siwon-ssi, Donghae-ssi” timpal Woohyun. Jiwon sontak memandang tunangannya itu.

“Aish, berhenti bersikap formal. Siwon Oppa toh nantinya akan jadi kakak iparmu, Namu. Drop the formalities!” tuntun Jiwon. Woohyun terkekeh kecil. Ia kemudian mengalihkan pandangannya pada sosok Siwon.

“Bolehkah…Hyung?” tanyanya sopan. Siwon tersenyum singkat kemudian menganggukkan kepalanya.

“Nah begitu kan lebih akrab” ucap Jiwon senang. Mereka kemudian mulai

“Oppa, kau sudah menikah?” tanya Jiwon tiba-tiba. Siwon nyaris tersedak air yang ia minum. tak menyangka adiknya itu akan menanyakan hal seperti itu.

“Hya! Kenapa tiba-tiba menanyakan hal seperti itu?”

“Ah wae? wajar kan kalau aku tanya hal itu? Aku saja sebentar lagi menikah jadi wajar kan kalau aku tanya hal itu?” bela Jiwon. Bagaimanapun adiknya itu benar.

“Kau tenang saja Jiwon-ssi. Siwon belum menikah, punya kekasih saja belum” Donghae menjawab. Siwon berdesis singkat.

“Jinjja? Keureom ada wanita yang tengah kau sukai?” tanya Jiwon lagi. Siwon tak menjawab dan justru Donghae yang menjawabnya.

“Ada”

Ucapan singkat dan tepat dari Donghae itu membawa pria itu mendapat tatapan tajam dari Siwon. Sementara Donghae yang seolah tak mengerti dengan arti tatapan Siwon, Jiwon menolehkan kepalanya dan menatap Donghae antusias.

“Jinjja? Nugu?” tanya Jiwon.

“Sayangnya dia sduah menikah”

“LEE DONGHAE!” pekikan Siwon itu nyatanya membuat Donghae terlonjak kaget.

“Ah wae?” tanyanya polos.

“Shikeureo!” ucap Siwon sambil menggertakkan giginya. Donghae menatapnya bingung.

“Kenapa membentakku? Aku kan hanya menjawab pertanyan Jiwon-ssi dengan jujur”

Siwon menutup mukanya dengan telapak tanganya. Resiko mempunyai sahabat yang tukang gosip adalah seperti ini. Terkadang tidak bisa mengerem mulutnya untuk bisa membedakan mana yang harus dirahasiakan atau diutarakan dengan bebas.

Sementara untuk Donghae ia merasa dirinya tak berbuat salah. Karena menurutnya Jiwon berhak tahu akan kisah Siwon. Bagaimanapun Jiwon adiknya, keluarganya.

“Oppa, jeongmal?” Jiwon menatap kakaknya penuh dengan rasa penasaran. Siwon menghela napasnya.

“Oppa!!!” desak Jiwon lagi karena Siwon tak kunjung mengeluarkan suaranya.

“Molla. Tanyakan saja pada pria di sampingmu itu” ucap Siwon menyindir Donghae. Rekan Siwon itu hanya bisa meneguk minumnya gugup.

“Ah Oppa..”

“Shikeuro! Aku ingin istirahat” ucap Siwon kemudian berlalu begitu saja menuju kamarnya. Tak mempedulikan pekikan kesal adiknya.

“Ah mianhae, Jiwon-ssi. Siwon akhir-akhir ini memang sedikit labil. Tapi kau tenang saja, aku siap menceritakan semuanya padamu” ujar Donghae. Seketika wajah Jiwon berubah sumringah.

“Jinjja?”

“Eo”

=Reminiscence Chapter 7=

Shilla duduk terdiam di bangku taman biasanya. Ingatannya berputar dan mencoba mengingat sudah berapa lama spot di sebelahnya itu kosong. Tiga hari, itulah yang benaknya jawab saat ini.

Tiga hari dirinya kembali pada rutinitas awalnya. Duduk sendiri tanpa siapapun yang menemani. Tanpa Siwon yang biasanya tanpa malu duduk di sebelahnya.

Bohong kalau Shilla mengatakan kehadiran Siwon selama ini tak membawa efek atau perubahan terhadapnya. Justru sebaliknya. Shilla merasa..terbiasa?

Entahlah, tapi setiap sore ditemani Siwon di taman. Diganggu dengan semua sikap sok akrab Siwon membuat Shilla perlahan mulai merasa nyaman dengan kehadiran Siwon.

Shilla menarik ujung bibirnya. Menatap spot kosong di sebelahnya. Ia tersenyum tipis.

I’m not missing you, but I wonder…what are you doing right now.

Ya, Shilla tak bisa mengatakan kalau ia merindukan sosok Siwon. Karena kenyataanya memang tak seperti itu. tapi layaknya seorang teman yang tiba-tiba menghilang pasti Shilla akan bertanya-tanya apa yang tengah temannya itu lakukan.

Apa…selama ini ia tak ada pekerjaan lain selain menemaniku disini?

Shilla menggelengkan kepalanya.

Kenapa aku repot-repot memikirkannya? Tck!

Shilla mengeratkan cardigan tipis yang ia kenakan. Tangannya ia silangkan di depan dadanya. Udara sore itu memang sedikit berbeda, menjadi lebih dingin menurutnya.

=Reminiscence Chapter 7=

Jiwon menarik jaket milik Siwon. Membuat sang empunya menghentikan langkahnya dan menatap sang adik.

“Waeyo?” Tanya Siwon bingung. Mereka, bersama Donghae dan Woohyun tentu saja, sudah tiba di Gimpo airport, dari Jeju.

“Oppa…akan datang kan?”

“Huh?”

“Pernikahanku. Kau akan datang, kan?” Tanya Jiwon penasaran. Ia tahu bagaimana peliknya hubungan Siwon dengan orang tuanya. Jadi besar kemungkinan kakaknya itu tak akan datang di hari penting Jiwon itu.

Siwon menggelengkan kepalanya. “Molla” jawabnya singkat. Ia memang tak tahu. Bingung apakah harus datang atau tidak.

Jiwon menatapnya memohon. “Kumohon datang, Oppa”

“Keunde…”

“Jebal, Oppa! Aku sangat berharap kau bisa datang. Bagaimanapun aku ingin di hari terindahku nanti, kakakku yang sangat aku sayangi bisa memberi restunya. Jebal, eo?” mohon Jiwon. Siwon tak bisa melihat wajah penuh harapan dari Jiwon itu.

“Ji…”

“Oppa jebal! Gunakan penyamaran atau semacamnya kalau kau tak ingin bertemu Appa dan Eoma. Keunde…datanglah! Aku sangat berharap kau datang” potong Jiwon. Siwon menatap adiknya lagi. Dadanya sesak melihat ekspresi penuh harap Jiwon.

Siwon menghela napasnya. “araseo. Aku akan datang”

“Jeongmal?”

“Eo?”

Jiwon tersenyum bahagia kemudian memeluk sang kakak. “Gomawo Oppa.”

“Ehm. Sekarang lepaskan, eo? Kita berpisah disini, kurasa?” ucap Siwon. Jiwon menganggukkan kepalanya. Ia lantas meraih tangan Woohyun dan menggenggamnya.

“Keureom..sampai bertemu lagi, Hyung?” ujar Woohyun pada Siwon dan Donghae. Keduanya menganggukkan kepalanya. Mereka kemudian mengambil jalan masing-masing. Pulang.

=Reminiscence Chapter 7=

Siwon mengulum senyumnya begitu ia melepas helm yang bertengger di kepalanya sedari tadi. Setelah ia yakin ia sudah memarkirkan motornya dengan benar, ia segera berlari menuju tempat yang sudah ia rindukan selama ini.

Senyuman bahagia tak lepas dari bibirnya sedari tadi. Ia tak bohong ketika tiga hari lalu ia mengatakan ia akan merindukan Shilla. Karena nyatanya meski hanya tiga hari ia berada di Jeju sanggup membuatnya rindu begitu dalam pada sosok Shilla.

Sunggingan senyum itu semakin lebar tatkala ia melihat sosok Shilla yang terdiam di bangku taman sana. Tanpa berpikir panjang Siwon mendekati Shilla.

“Shilla-ya!” panggilan riang itu sontak membuat Shilla menolehkan kepalanya. Detik berikutnya wanita itu hanya bisa membelalakkan matanya atas perlakuan Siwon.

GREP

Siwon tiba-tiba saja menghadiahi Shilla dengan pelukan erat. Seolah ingin menunjukkan pada Shilla, perasaan rindunya yang membuncah.

“Bogoshipo!” ungkapnya jujur. Mengulum senyumnya lagi. Belum menyadari kalau Shilla terdiam kaku dalam pelukannya.

Shilla tak melepas pelukan itu atau membalasnya. Ia terlalu syok dengan yang terjadi padanya. Pelukan Siwon yang tiba-tiba tak pernah ia duga sebelumnya.

Selama ini tak ada pria yang berani memeluknya selain, Ilwoo, Yunho, dan beberapa sahabatnya. Tapi toh itu hanya pelukan sayang biasa. Tak ada makna lain, dan Shilla memang tak merasakan makna lebih dari sebuah pelukan selain pelukan yang dulu kerap Ilwoo berikan untuknya.

Keunde…wae?

Shilla hanya bisa bertanya kenapa. Pelukan Siwon itu memang tak bisa ia deskripsikan dengan mudah sebagai sebuah pelukan yang penuh arti untuknya. Hanya saja, pelukan Siwon terasa sedikit mirip dengan pelukan yang dulu pernah Ilwoo berikan untuknya.

Oppa, ada apa denganku?

Shilla masih tak mengerti dengan dirinya. Ia menggelengkan kepalanya. Membuat Siwon seketika sadar dengan yang ia lakukan.

Siwon melepas pelukannya. “Ah,,ehm,,,aku,,,mianhae” ucapnya tergagap. Ia merutuk dirinya dalam hati karena bersikap tanpa nalarnya.

“Aku…kurasa…ehm…aku terlalu merindukanmu. That’s why. Jeongmal mianhae” ucapnya lagi. Merasa sangat bersalah kini. Shilla menatapnya sekilas kemudian memalingkan wajahnya.

Siwon mengetuk kepalanya singkat. Merasa sangat gegabah. Merasa ia tak menggunakan akal sehatnya.

Can’t you just at least control yourself? Tck!

Siwon menghela napasnya. Mengamati wajah Shilla. Berusaha mencari tahu apakah wanita itu marah dengan tindakan bodohnya atau tidak.

Perlahan Siwon mengulas senyumnya ketika Shilla tak menunjukkan ekspresi marahnya. Ia menghela napasnya lega.

“Uhm…aku benar-benar merindukanmu” ucapnya lagi. Shilla seperti biasa hanya diam.

“Kau tahu, awalnya kupikir hanya akan dua hari tapi ternyata tiga hari. Well, I met someone important there” ungkap Siwon. Meski Shilla tak menunjukkan perbedaan ekspresi tapi ia sedikit banyak penasaran dengan orang penting itu.

Siapa? Kekasihnya?

“Jadi…terpaksa pekerjaanku harus diundur. Ehm…tidakkah kau merindukanku juga?” Tanya Siwon to the point. Shilla sedikit tersentak dengan pertanyaan Siwon. Ia memilih untuk tak menjawabnya.

“Aniya? Ah I’m sad” ucap Siwon. Setengah bercanda memang, tapi bagian kalau ia sedih bukan sebuah candaan.

“Ah Shilla-ya, aku punya sesuatu untukmu” ucap Siwon antusias. Ia merogoh saku celananya dan mengambil sesuatu disana.

“Igeo” ucapnya kemudian menaruh sebuah kotak kecil keatas tangan Shilla. Membuat wanita menundukkan kepalanya untuk melihat pemberian Siwon itu.

“Bukalah!” titah Siwon halus. Shilla menolehkan kepalanya menatap Siwon, ragu. Anggukan kecil dari Siwon nyatanya sanggup membuatnya melepas semua keraguannya. Dengan hati-hati Shilla membuka bingkisan kecil itu.

Mata Shilla terpaku dengan sebuah gelang kecil di dalam kotak kecil itu. gelang itu terlihat indah. Rangkain kerang-kerang kecil yang disusun rapi membuat pemberian kecil itu begitu indah.

“Ehm..itu memang bukan sebuah hadiah mewah. Well, ehm…I saw it so beautiful when I was sight seeing and…ehm I remembered you” aku Siwon. Shilla mengerjabkan matanya menatap Siwon.

“Jadi kupikir…kenapa aku tak membelikanmu oleh-oleh?” ucap Siwon sembari membubuhkan tawa kecilnya. Menutupi kegugupannya.

Shilla terdiam menatap gelang indah itu. siwon benar, gelang itu memang indah.

You’re shining beautifully in my eyes, Shilla-ya.

Shilla memejamkan matanya ketika sekelebat memori itu kembali hadir. Ia benci tiap kali ia harus merasakan perih tiap kali ia mengingat masa lalunya. Tapi ia terlalu enggan untuk melupakannya begitu saja. Karena sampai sekarang alasannya tetap bertahan adalah karena masa lalunya itu.

“Ah iya, bagaimana kabarmu? Apa…tiga hari ini kau baik-baik saja?” Tanya Siwon lagi. Shilla masih tak menjawab. Masih bingung dengan semua yang terjadi padanya. Masih bingung menata pikirannya.

Siwon cemberut singkat. “Hya! Katakanlah sesuatu!” ucap Siwon sembari menyenggol lengan Shilla singkat. Wanita itu menolehkan kepalanya.

“Sopanlah sedikit padaku! Setidaknya jawablah tiap kali aku bicara padamu” tutur Siwon. Shilla hanya memandangnya diam.

“Kita ini teman, bukan? Jadi kau juga harus memperlakukanku layaknya teman. Tak kusangka menantu keluarga Jung yang terhormat ternyata tidak sopan” ucapan Siwon itu sontak membuat Shilla terhenyak.

Sadar dengan dampak akan kalimat yang ia ucapkan, Siwon menyeringai tipis. Ia tahu sekarang kelemahan Shilla. Nama baik keluarga Jung? Ya, Siwon hanya menebak memang awalnya. Tapi sepertinya tebakannya itu benar.

“Apa kata orang kalau mereka tahu menantu keluarga Jung memperlakukan temannya dengan tidak baik?” timpal Siwon. Ia melihat perubahan ekspresi Shilla. Seolah wanita itu tengah mempertimbangkan ucapan Siwon.

“Tidakkah itu akan membuat citra keluarga Jung sedikit….turun?” lanjut Siwon. Shilla menatapnya gamang.

You’re my wife now, Shilla-ya. Itu artinya sepenuhnya kau milikku. dan apa yang ada dalam diriku itu milikmu. Termasuk keluargaku.

Shilla memejamkan matanya. Berusaha meredam bimbang yang menderanya, berusaha meredam emosinya yang mulai tak stabil.

Aku…sangat mencintai keluargaku Shilla-ya. Dan aku sangat berharap kau juga demikian.

Shilla menghela napasnya. Ia menatap Siwon lagi.

“Apa yang kau inginkan?” pertanyaan lirih yang terlontar dari bibir Shilla itu sontak membuat Siwon tersenyum tipis.

“hanya ingin kau memperlakukanku sebagaimana seorang teman. Bicara padaku, tidak mengacuhkanku. Itu saja” jawab Siwon yakin. Ia menatap Shilla penuh antisipasi.

“Aku sudah bicara padaku, kan?”

Siwon mengangguk singkat. “Eo. Tapi…tidak sesingkat itu juga. setidaknya berilah respon tiap kali aku bicara padamu. Jangan mendiamkanku seolah aku ini sebuah batu” Siwon mengutarakan maksud hatinya. Shilla menghela napasnya. Ia kembali diam.

“Shireo? Araseo, berarti dugaanku memang benar. Kau memang tidak sopan. Aku bingung bagaimana keluarga Jung mendidikmu tata karma?”

Shilla menatap Siwon tajam. Entah bagaimana ucapan Siwon sedikit melukainya. Padahal biasanya ia tak peduli dengan omongan orang.

Siwon tahu ucapannya membawa dampak tersendiri dan tentunya resiko tersendiri. Resiko kalau shilla justru akan membencinya. Tapi rasanya melihat perubahan ekspresi Shilla membuatnya bertekad untuk mencoba. Setidaknya ia bisa melihat ekspresi lain selain ekspresi kosong Shilla.

“Orang bilang..anggota keluarga mencerminkan keluarga itu secara keseluruhan. Apakah itu artinya…keluarga Jung juga tidak sopan? Tidak bertata krama?” tambah Siwon. Semakin membawa amarah dalam dada Shilla. Tercermin dengan ekspresi wajah Shilla yang sedikit mengeras.

Saking cintanya aku dengan keluargaku terkadang aku merasa sakit hati kalau ada selentingan buruk tentang keluargaku.

Shilla memejamkan matanya lagi. Ia tak bisa terus diam sementara Siwon mengambil keputusan sepihak akan keluarganya. Mengingat bagaimana Ilwoo begitu menyayangi keluarga itu membuat Shilla tak bisa mendengar ucapan Siwon itu.

“Berhenti mengambil kesimpulan sepihak!” ucap Shilla. Masih dengan suara lirihnya. Siwon menyeringai lagi.

“keureom..bersikap baiklah padaku. Aku tak pernah menyakitimu, kan? Tapi kenapa kau memperlakukanku layaknya aku ini orang asing?”

Shilla menghela napasnya. “Araseo. Aku mengerti”

Siwon tersenyum lebar. “jeongmal? Keureom..kau tak akan mengacuhkanku lagi kan?”

Shilla hanya mengangguk singkat. Sementara Siwon tengah berteriak senang dalam hatinya.

Step by step I’ll reach your heart. Shilla-ya.

=Reminiscence Chapter 7=

“jadi..itu orangnya?” pertanyaan itu keluar dari bibir seorang wanita. Ia menolehkan kepalanya pada seorang pria di sampingnya. Keduanya tengah mengamati sepasang manusia dari kejauhan.

“Eo”

Sang wanita tersenyum tipis. “Not bad”

“Huh?”

Sang wanita tak menjawab kebingungan dari pria di sampingnya. Ia hanya terus tersenyum sembari menatap kedua sosok itu.

=Reminiscence Chapter 7=

“Kenapa aku bisa lupa dengan hari ini? Tck!” umpatan kesal itu terlontar dari bibir Yunho. Ia meregangkan ikatan dasi di lehernya dan berjalan menuju kamar milik Shilla.

Dan seperti dugaanya, Shilla sudah bersiap untuk ke taman biasanya. Meski ia tahu kali ini ada yang sedikit berbeda dari wanita itu. dan itu pulalah alasan Yunho sengaja pulang kantor meski sejujurnya masih banyak pekerjaan yang harus ia handle.

“Shilla-ya!” panggilan itu sontak membuat langkah Shilla terhenti. Ia menatap Yunho, bingung. Pasalnya ini bukanlah waktu Yunho biasa pulang kerja,

“kau…akan ke taman?” Tanya Yunho basa-basi. Meski sebenarnya ia sudah sangat tahu apa jawaban dari pertanyaanya itu. shilla menganggukkan kepalanya singkat.

Wanita itu lantas melanjutkan langkahnya. Hanya saja Yunho segera menahan lengannya. Mencegah Shilla untuk pergi.

“hari ini…kau jangan kemana-mana, ya?” permintaan Yunho itu membuat Shilla memiringkan kepalanya bingung.

“kau di rumah saja. Hanya hari ini!”

Shilla menggelengkan kepalanya. Merasa tak sanggup mengiyakan ucapan Yunho. Karena baginya, hari ini sangatlah penting. Untuknya, dan Ilwoo.

“Shilla-ya…”

“Aku harus pergi” ucapan singkat namun tegas itu terdengar di telinga Yunho. Ia tak bisa membiarkan Shilla ke taman itu. setidaknya untuk hari ini. Karena Yunho tahu dampak dari Shilla pergi ke taman itu sekarang adalah sesuatu yang Yunho tak suka.

“Shilla-ya jebal!” pinta Yunho lagi. Ia menahan lengan Shilla lagi. Sayangnya wanita itu melepas genggaman tangan Yunho.

“Shilla-ya! Hanya hari ini bisakah kau mendengarkanku? Kubilang jangan pergi kesana!” pekik Yunho. Shilla sedikit tersentak dengan pekikan Yunho itu. tapi ia tak peduli.

“Kurasa kau tahu kalau sekarang anniversary kami, Oppa”

Ya, Yunho tentu saja tahu. Hari ini adalah tepat dua tahun pernikahan Shilla dan Ilwoo dan tepat 7 tahun Shilla menjadi kekasih Ilwoo. Ia sangat tahu, maka dari itu ia melarang Shilla keluar. Ia tahu Shilla akan mengalami depresi lagi ketika mengingatnya.

“Untuk itu aku melarangmu kesana!” jawab Yunho. Shilla menatap kakak iparnya tak percaya.

“Bagaimana mungkin kau sekejam ini padaku, Oppa?”

“Shilla-ya….”

“Woo Oppa…dia akan datang. Aku tahu dia akan datang kesana. Jadi aku harus kesana”

“Shilla-ya.. Ilwoo…”

“Aku pergi!” ucap Shilla tanpa mau mendengar ucapan Yunho berikutnya. Kakak iparnya itu ingin menyusul Shilla tapi dering ponselnya menghalanginya.

“Aish! Mwo?” ucapnya keras. Orang di seberang sana tentu saja meringis ngeri.

“Ehm..jwesonghamnida Depyeonim. Hajiman…depyeonim sudah ditunggu meeting” ucap sekretaris Yunho di seberang sana gugup.

“Batalkan meeting!”

“Hajiman..kalau dibatalkan…Mr.Kobayashi akan susah untuk dimintai waktunya lagi, Depyeonim. Kita sudah me-reschedule ulang meeting kali ini, kan? Kurasa pihak Mr.Kobayashi tak akan mau untuk reschedule lagi” jelas sekretarisnya. Yunho menghela napasnya singkat.

Aish, kenapa aku harus meeting penting, si?

“Araseo. Aku akan segera kesana!” ucap Yunho sambil menutup sambungan teleponnya. Ia menatap Shilla yang sudah mulai menuruni tangga.

“Aish!” umpatnya kesal. Memikirkan jalan bagaimana untuk memastikan Shilla akan baik-baik saja.

“Myung ahjuma!” teriaknya lantang. Tak lama pelayan yang ia panggil sudah berjalan tergopoh kearahnya.

“Ne, deoryeonim?”

“Pastikan kau menjaga Shilla dengan baik. Hari ini adalah hari tepat 2 tahun Shilla menikah. Jadi kurasa ahjuma tahu apa itu artinya.” Myung ahjuma hanya menganggukkan kepalanya.

“Aku takut akan terjadi sesuatu padanya. Jadi…kumohon awasi dia dengan baik. Kalau ada sesuatu langsung hubungi aku” tambah Yunho. Pelayan wanita itu menganggukkan kepalanya.

“Nde, deoreonim”

=Reminiscence Chapter 7=

Shilla terdiam. Menatap kosong kejauhan sana. Di tangannya sudah ada sebuket bunga. Bunga yang tak pernah absen Ilwoo berikan untuknya saat anniversary mereka.

Oppa, eodiya? Aku…menunggumu, Oppa.

Shilla membekap bunga berwarna merah muda itu. tersenyum tipis mengingat betapa Ilwoo biasanya selalu tersenyum hangat ketika memberikan bunga itu untuk Shilla.

“Happy anniversary Shilla-ya”

Shilla memeluk Ilwoo singkat kemudian menatap sebuket bunga di tangan Ilwoo.

Ilwoo tersenyum singkat. “Azalea…for you” ucapnya sambil menyerahkan bunga yang sedari tadi ia bawa.

“Azalea? Yeppoda” puji Shilla kemudian menghirup aroma bunga itu.

Ilwoo menarik Shilla dalam dekapannya. “Kau suka?”

“Eo”

“Kau tahu kenapa aku memberimu Azalea dan bukan mawar?” tanya Ilwoo. Shilla hanya menggelengkan kepalanya.

“Azalea stands for love. It also a symbol of  softness, just like you. i want you to stay beuatiful just like this flower mean” terang Ilwoo. Shilla terpana dengan penjelasan kekasihnya itu.

“Azalea is beautiful, just like you” lanjut Ilwoo. Shilla tersenyum lembut kemudian mengecup singkat pipi Ilwoo.

“Gomawo”

Shilla tersenyum tipis. Antara bahagia dan perih ketika mengingat masa indahnya itu.

Kapan kau akan datang, Oppa?

“Shilla-ya!”

Panggilan lembut itu membuat Shilla tersadar dari bayang masa lalunya. Ia menolehkan kepalanya, merasa sangat familiar dengan sang pemilik suara.

Mata Shilla membelalak begitu ia berhasil melihat sang empu suara. Sebuah senyuman hangat tersungging dari bibir suara itu.

Shilla terpaku di tempatnya. Menatap senyuman hangat yang orang itu berikan untuknya. Senyuman yang rasanya sudah sangat ia rindukan. Dan kini ia bisa melihatnya.

Woo Oppa?

Shilla tak bergeming. Ia hanya menatap diam sosok itu. Matanya mulai berkaca-kaca. Tak kuasa menahan luapan perasaan di dadanya kini.

Sosok itu masih berdiri disana. Menatap Shilla lembut dengan senyuman khas miliknya yang sangat hangat menurut Shilla.

“Shilla-ya?”

Senyuman itu masih bisa Shilla lihat dengan jelas. Pria itu nampaknya tak lelah mengulum senyumnya untuk Shilla.

“Shilla-ya gwenchana?”

Shilla tersentak seketika. Suara itu…bukan suara Ilwoo. Ia tak mengerti. Bagaimana mungkin yang ia lihat adalah wajah Ilwoo tapi suara yang terlontar bukan suaranya.

“Shilla-ya? Neo gwenchana?” Tanya pria itu lagi.

Perlahan wajah Ilwoo memudar. Membuat Shilla menggelengkan kepalanya kuat. Wajah itu semakin lama memudar hingga berganti wajah Siwon. Shilla membekap mulutnya, menahan tangis yang memberontak keluar.

Ia sadar, semuanya hanya halusinasinya. Wajah Ilwoo yang tiba-tiba sirna menjadi buktinya. Terlalu merindukan suaminya itu membuatnya terhanyut dalam imajinasinya sendiri. Seolah mencerminkan betapa ia sangat mengharapkan kehadiran suaminya itu.

Sementara itu Siwon memandang Shilla bingung. Ia tak mengerti kenapa Shilla memandangnya aneh. Kenapa tiba-tiba Shilla menatapnya penuh dengan emosi. Seolah wanita itu sangat mengharapkan kehadirannya. Dan ia dibuat semakin bingung ketika tiba-tiba Shilla membekap mulutnya dengan linangan air mata di pipinya.

Shilla menangis tergugu. Kilatan memori pahitnya kembali berputar di otaknya. Ia memandang Siwon lagi, berharap kalau ia akan melihat sosok suaminya yang tersenyum padanya. Sayangnya tidak. Wajah Siwon tak berubah.

“Shilla-ya?”

Siwon berjalan mendekati Shilla. Merasa sangat cemas dengan keadaan Shilla kini. Tak mengerti dengan apa yang tengah terjadi pada wanita itu.

Shilla mendongakkan kepalanya menatap Siwon. Pria itu dapat melihat jelas mata memerah Shilla karena air mata. Sementara untuk Shilla, ia hanya bisa terus menangis. dengan semua kilatan memori pahitnya di kepalanya.

“Shilla-ya….neo…” ucapan Siwon terhenti ketika tiba-tiba Shilla memejamkan matanya. Tubuh wanita itu lemas seketika. Beruntung Siwon berhasil menangkap tubuh lemah itu.

“Hya! Ireona!” pekik Siwon panik. Shilla memejamkan matanya erat. Pingsan.

“Aish! Tidak lagi. Andwe! hya! Shilla-ya!” pekiknya lagi sambil menepuk-nepuk pipi Shilla.

Untuk kedua kalinya, Shilla pingsan dalam rengkuhannya. Membuat Siwon hanya bisa dibuat bingung karenanya.

“Aish! Ada apa denganku hingga kau pingsan lagi, huh? Hya! Bangunlah! Apa wajahku menyeramkan hingga kau ketakutan dan pingsan? Hya! Jawab aku!” Siwon berceloteh panik. Ia mengacak rambutnya frustrasi.

“Aish! Jebal ireona! Katakan sesuatu Shilla-ya!”

To be continued..

 

Hehe how was it? Aneh yak? Maaf ye…but at least I gave you big revealiation in this…lol

So yeah, siwon was a chaebol…selamat untuk kalian yg pernah nebak dengan benar…lol

Sorry for typos dan sekali lagi maaf kalau makin aneh…hehe