We Deal Scenario

WARNING!!!!!

This is really boring chater, i warn you! Konflik gajelas, cerita gajelas semuanya ga jelas…lol *and may be there is twist, idk…lol*

Setumpukan berkas itu sudah menjadi pemandangan yang biasa dalam sebuah kantor. Karena pada dasarnya kantor tanpa tumpukan berkas itu rasanya hanya omong kosong. Entah itu jabatan tertinggi dalam sebuah perusahaan atau hanya sekedar officer biasa rasanya sudah sangat familiar dengan yang namanya berkas, file, dan semacamnya.

Dan itu pulalah yang kini tengah seorang wanita dengan blus warna birunya geluti. Bertumpuk dengan beberapa file yang harus ia periksa. Dengan ratusan data yang terkadang membuatnya jenuh. Tapi toh itu pekerjaannya.

“Eomona! Dia datang!”

Wanita itu memiringkan kepalanya singkat ketika ia mendengar sebuah percakapan yang terdengar cukup keras di indra pendengarannya. Ia melongok keluar ruangannya yang memang tak ia tutup, dan ia bisa melihat beberapa rekan kerjanya tengah berkumpul. Seperti membentuk sebuah barikade kecil. Ya, berlebihan memang kalau diibaratkan seperti itu.

Tapi ia tak tahu sebenarnya bagaimana mengibaratkan apa yang teman-temannya lakukan sebenarnya. Karena memang secara garis besar seperti itu. Rekan-rekan kerjanya, khususnya para wanita, tengah sibuk merapikan kemeja kerja mereka dan memasang senyum manis mereka.

Wanita itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Decakan singkat keluar dari bibirnya. Melihat seorang pria tinggi yang menyita perhatian rekan sekantornya itu. Dengan langkah percaya dirinya, pria jangkung itu berjalan menuju ruangannya. Yang naasnya berada tepat di sebelah ruangan Shilla.

Bagaimana wanita itu bisa mengetahuinya? Karena memang meja kerjanya menghadap ke pintu dan pintu ruangannya terbuat dari kaca. Dengan area bawah pintu itu tak transparan karena di cat warna hijau seolah menggambarkan symbol perusahaannya.

“Hobi sekali cari muka” gumamnya. Masih dengan decakan sebalnya.

“Pagi Shilla-ssi!” sapaan itu hanya dijawab dengan putaran bola mata oleh wanita bernama Shilla itu.  Tak mau menanggapi sapaan dari pria itu.

“Sok baik” lirihnya sambil kembali meneruskan pekerjaanya.

Pria itu, awalnya sudah berlalu dari depan ruangan Shilla. Tapi tiba-tiba ia memundurkan langkahnya dan kini berdiri di depan ruangan Shilla yang terbuka.

“Aren’t you gonna answer me back?” ucapnya. Shilla mendongakkan kepalanya malas

“Hm” jawabnya singkat.

“Aigo tidak sopan sekali. Hanya menjawab ‘selamat pagi Siwon-ssi’, begitu saja tidak bisa? Tck tck!” ucap pria itu. Dengan nada meledek tentu saja.

Shilla menghembuskan napasnya kesal. Ia melempar senyum pada pria itu. Senyum terpaksa tentu saja.

“Araseo mianhae” ucapnya dengan nada lembut.

“Selamat pagi Siwon-ssi?” lanjutnya. Dengan nada dibuat-buat tentu saja. Membuat Siwon terkekeh kecil.

Shilla yang awalnya memandang Siwon dengan manis. Ah salah, maksudnya adalah pura-pura manis kini tatapannya berubah. Berubah dingin.

“Kau puas kan? Keureom kka! Kau mengganggu pagiku, Siwon-ssi” ucapnya tajam. Setajam tatapan yang ia lontarkan untuk Siwon. Pria itu hanya menggelengkan kepalanya.

“Kurasa kau harus diajari tata krama yang baik” komentar Siwon. Shilla hanya mengabaikannya.

Pria itu, hanya memandang Shilla singkat kemudian berjalan menuju ruangannya. Setelah ia menghela napasnya singkat.

Bukan rahasia lagi dikantor itu memang. Kalau kedua insan itu layaknya kucing dan anjing. Tak pernah bisa akur. Saling berkompetisi satu sama lain.

Rekan-rekan sekantornya sudah menanggap hal itu biasa. Karena rasanya kantor itu sehari saja tanpa pertengkaran kedua insan itu maka akan terasa hambar.

***

“Keureonde…orang itu sudah diwawancara, Shilla-ssi”

“Huh?”

“Siwon-ssi sudah mewawancara calon pegawai itu” terang salah satu supervisor Shilla. Mata Shilla tentu saja membelalak mendengar hal itu terlontar dari bibir supervisornya.

“O-onje?”

“Baru selesai sekitar 15 menit lalu kurasa. Dan kabarnya…Siwon-ssi menerima karyawan itu di divisinya. Mereka sudah tanda tangan kontrak katanya”

“Kenapa kau baru bilang ini padaku?” marah Shilla. Anak buahnya itu menundukkan kepalanya singkat.

“Ah jwesonghamnida. Keureonde….saya juga baru tahu tadi saat saya melihat dia keluar dari ruangan Siwon-ssi” terang supervisornya itu. Shilla menghela napasnya. Menghembuskan napasnya hingga menerbangkan sedikit rambut poninya.

“Pria itu! Jeongmal!” decaknya kesal. Menyeret kursinya dan berjalan menuju ruangan Siwon.

Tatapan tajam yang Shilla berikan untuknya tak kuasa membuat Siwon menyeringai singkat. Begitu tipis hingga ia yakin bahwa hanya dirinyalah yang akan mengetahui seringaiannya. Bahkan Shilla yang kini menatapnya tajam rasanya tak akan melihat seringaian kecil Siwon itu.

“Tidak bisakah kau ini sehari saja tidak mengusikku?” pertanyaan itu terdengar frustasi namun tak menutupi kekesalan Shilla. Siwon hanya tersenyum singkat.

“Apa yang aku lakukan lagi, memangnya? Kurasa aku tak melakukan kesalahan apapun” jawab Siwon. Shilla berdecak kesal.

“Hya! Jangan bermain silat lidah denganku. Kurasa kau sangat tahu dengan apa yang kau lakukan Siwon-ssi?”

“Eo? Geurae? Mwonde?” Tanya Siwon polos. Kalau saja ini bukan di kantor rasanya Shilla ingin sekali menghajar wajah Siwon. Melemparkan sepatu heelsnya tepat di muka pria arogan itu.

“Kenapa kau memperkerjakan karyawan baru itu di divisimu, huh? Kurasa dari awal yang tengah mencari karyawan baru adalah divisiku. Kenapa jadi kau ikut campur?” Tanya Shilla to the point. Siwon terkekeh kecil.

“Well, aku hanya melihat dia sangat kompeten untuk bekerja untukku. Aku melihat hasil spikotest dia dan memang dia lebih cocok di divisiku. Bukan divisimu”

“Tapi aku lebih butuh karyawan daripada dirimu. Aish jinjja!”

“Tapi dia bilang dia juga lebih senang bekerja di divisiku. Menurutnya itu lebih sesuai dengan dirinya. Jadi kurasa aku tak bisa membiarkan karyawan berpotensi sepertinya nantinya akan tidak betah bekerja di perusahaan kita hanya karena dia bekerja dalam naunganmu. Aku baik bukan?”

“Neo! Aish! Did you know I spent a month to find him? Lalu kau pikir sekarang aku harus bagaimana, huh? Pekerjaanku mulai terbengkalai sejak Myunghee resign. Aish neo jinjja!”

“Well, kalau begitu itu masalahmu…agassi” ucap Siwon dengan nada meremehkannya. Shilla menatap garang Siwon. Tak percaya dengan kalimat enteng yang Siwon keluarkan.

Mulut Shilla hanya bisa menganga kecil dengan sikap acuh Siwon. Karena nyatanya kini pria itu kembali berkutat pada file miliknya.

“Argh!” kesalnya. Ia menghentakkan kakinya dan keluar dari ruangan Siwon. Marah tentu saja. Sekali lagi, Siwon merusak harinya.

Sementara setelah Shilla pergi, Siwon mendongakkan kepalanya. Menatap punggung kesal Shilla. Sebuah senyuman tipis terukir di bibirnya.

“Interesting” gumamnya kecil kemudian kembali berkutat dengan pekerjaannya. Menurutnya, membuat Shilla kesal dan marah adalah kesenangan tersendiri. Membuatnya lebih merasa senang entah kenapa.

***

Kedua orang yang bagaikan minyak dan api itu nyatanya kini tengah duduk berdua di sebuah ruangan. Tidak bisa dikatakan sebagai duduk hanya berdua memang, karena dalam ruangan cukup besar itu terdapat juga seorang pria paruh baya yang kini menatap keduanya dengan tatapan puasnya.

“Kalian memang karyawanku yang paling baik” puji pria paruh baya itu. Raut muka yang ia tunjukkan jelas sekali adalah raut muka kepuasan.

“Kurasa tak salah keputusanku untuk mempromosikan kalian di posisi asisten direktur. Kinerja kalian sangatlah mengesankan” puji sang direktur. Siwon dan Shilla hanya bisa menganggukkan kepalanya salut.

“Kurasa aku pernah mengatakan hal ini pada kalian kan? Sejak Go Byunghee mengundurkan diri dari posisi asisten direktur aku cukup kewalahan mengurus pekerjaan ini sendiri. Dan itu sebabnya aku memilih kalian untuk menjadi kandidat pengganti Go Byunghee.” Jelas pria dengan rambut yang sedikit jarang di bagian depan itu. Sepertinya menjabat sebagai direktur membuatnya sedikit lebih keras dalam berpikir. Tanggung jawabnya memang berat bukan?

Pria paruh baya itu kemudian duduk di depan Shilla dan Siwon, yang memang duduk berdampingan. Keduanya memang cenderung bisa menjaga emosi mereka ketika mereka pikir bukan waktu yang tepat untuk bertengkar.

Yang Minwoo, begitulah nama direktur itu, tersenyum tipis pada kedua anak buahnya itu. “Dan aku sudah membicarakan dengan dewan direksi tentang promosi salah satu dari kalian. Dan….kami sudah sepakat akan satu hal…” Minwoo menggantungkan ucapannya. Ia menatap serius kearah Siwon dan Shilla.

Sejujurnya kedua insan itu tengah dirundung rasa gugup. Tentu saja keduanya sangat berharap berita baik itu ada di tangan mereka. Mereka berdua sudah berkompetisi secara fair,  begitulah menurut mereka. Jadi mereka sudah akan sangat siap dengan segala keputusan direksi itu.

“…bahwa posisi Regulatory affair assistant directur akan diserahkan pada….Choi Siwon”

DEG

Jantung Shilla nyaris berhenti ketika mendengar keputusan itu. Ia melirik kearah Siwon yang menundukkan kepalanya sopan sembari mengulas senyum pada MInwoo. Ia lantas bisa melihat Siwon yang sesekali meliriknya dengan ekspresi yang tak ia pahami, sembari terus menjabat tangan Minwoo mengucapkan terimakasih.

Tentu saja Shilla berharap itu adalah dirinya yang terpilih. Dia bekerja jauh lebih lama dibanding Siwon di perusahaan itu. Ketika Siwon hanya dalam setahun sanggup berpindah posisi dari jabatan manager menjadi asisten direktur tentu saja membuat Shilla sedikit…iri?

Minwoo mengalihkan pandanganya kearah Shilla. Menatap wanita muda itu dengan senyuman mohon maaf. Bagaimanapun tidak mungkin untuk memilih dua orang dalam posisi yang sama.

“Sa-sajangnim..ehm boleh saya tahu apa pertimbangan dewan direksi?” Tanya Shilla berani. Minwoo tersenyum simpul. Ia tak marah, justru ia senang dengan keterusterangan Shilla. Ia memang mengenal wanita itu sebagai pribadi yang berani mengutarakan pendapatnya.

“Well, sejujurnya kalau itu hanya aku pribadi maka aku akan bingung memilih diantara kalian. Kalian punya kelebihan masing-masing dan aku sangat suka dengan kinerja kalian. Jadi buatku sebenarnya tak masalah siapa yang akan menjadi asitent direktur diantara kalian berdua. Tapi…direksi punya alasannya masing-masing” jelas Minwoo. Shilla hanya memandang Minwoo, tanpa berkomentar. Menunggu pria itu melanjutkan ucapannya.

“dewan direksi menilai Siwon akan lebih cocok dengan posisi itu. Mengingat dia lelaki.”

“Hajiman…” belum sempat Shilla protes Minwoo sudah memotongnya.

“Aku tahu. Tidak seharusnya men-judge berdasarkan hal itu. Dan tenang saja itu bukan sepenuhnya alasan direksi. Direksi mengatakan ini karena memang Siwon yang lebih cocok karena memang dirinya yang memang manager regulatory.”

“Tapi aku juga bisa belajar sajangnim”

“Aku tahu. Hanya saja direksi punya pemikirannya sendiri. Yang jelas keputusan mereka sudah bulat. Dan aku mohon maaf untuk itu. Tapi kau tenang saja Shilla-ya. I can promote you again, next time” janji Minwoo. Shilla menghela napasnya halus.

Bagaimanapun ia harus menerima keputusan itu dengan lapang dada. Toh, ini bukan akhir karirnya kan?

Itu artinya secara tidak langsung aku akan bekerja di bawahnya? Maldo andwe!

“Keureom..terimakasih untuk waktu kalian. Selamat sekali lagi Manager Choi” ucap Minwoo. Siwon membungkukkan kepalanya singkat.

“Kamsahamnida Sajangnim. Aku…masih butuh bantuanmu” ucapnya. Minwoo tersenyum, menepuk pundak Shilla dan Siwon bergantian. Kemudian menyilakan keduanya keluar dari ruangannya.

Shilla menghentikan langkahnya ketika tepat di depan pintu ruangan direktur Yang itu. Siwon sontak terhenti dan menatap Shilla. Dengan ragu wanita itu menatapnya.

“Chu-chukae” gumamnya lirih kemudian berlalu meninggalkan Siwon. Sunggingan senyum terukir jelas di bibir Siwon.

***

“Jadi maksudmu…kau kalah dari Siwon? Jinjja?” Tanya Jiae, rekan Shilla. Wanita itu menganggukkan kepalanya. Keduanya tengah makan siang di kafetaria kantornya.

“bagaimana perasaanmu?” Tanya Jiae khawatir. Shilla hanya mengangkat bahunya.

“Molla”

“Apa maksudmu dengan molla? Setidaknya katakan padaku apakah kau kecewa? Marah? Sedih?” tanyanya lagu. Shilla menghela napasnya.

“Semuanya kurasa”

“Keureom…kenapa mukamu datar-datar saja, huh?” Tanya Jiae penasaran. Shilla hanya menghela napasnya.

“Karena aku sedang malas meladeni pria itu. Lagipula kurasa aku harus menerima keputusan direksi dengan sportif. Well, I don’t know” gumam Shilla. Jiae hanya menatapnya ragu. Setahunya yang namanya Park Shilla sangatlah semangat dalam hal beradu mulut dengan Siwon.

“This is so not you” ucapnya. Shilla hanya mengangkat bahunya acuh.

Shilla mendongakkan matanya, hanya untuk matanya tertuju pada sosok Siwon yang juga tengah makan siang dengan rekannya. Dan anehnya adalah di meja Siwon itu tidak hanya ada dirinya dengan teman prianya tapi juga tiga rekan wanitanya bergabung dan bersendau gurau dengan Siwon.

Shilla memandang pemandangan itu datar. Sudah biasa sebenarnya ia melihat pemandangan seperti itu. Teman-teman perempuan di kantornya sepertinya tak bisa lepas dari pesona seorang Choi Siwon. Mungkin di kantor itu hanya dirinya satu-satunya wanita single yang tak tertarik dengan pria tinggi nan tampan itu. Justru memilih untuk memusuhi pria itu.

“jangan memandangnya terus seperti itu. Bisa-bisa kau disangka menyukainya” celetuk Jiae. Shilla sontak memandang Jiae tajam. Ah iya, Jiae juga bukan termasuk wanita yang menyukai Siwon karena memang Jiae sudah memiliki tunangan. Ya meskipun Jiae tak menampik kalau ia kerap kali tertarik dengan ketampanan Siwon.

“Ah iya kau tahu? Kabar burung yang beredar kalau Manager Choi yang tampan itu sudah menikah?” tiba-tiba Jiae bergosip.

“Huh?”

“Ne. meski sejujurnya aku tak bisa seratus persen yakin akan hal itu. Karena biasanya bukankah pria yang sudah menikah akan memaki cincin di jari manisnya? Dan kurasa pria setampan dia bukan termasuk pria yang menikah muda. Bukankah biasanya pria-pria tampan itu akan menikah ketika usia mereka menginjak 30 atau lebih? Dan Choi Siwon itu bukankah masih 28 tahun?” Jiae mencoba beranalis.

Shilla hanya mengangkat bahunya acuh. Sebenarnya ia tak ada waktu buat meladeni gossip Jiae yang menurutnya tak penting.

“kau tahu? Banyak rekan kita yang patah hati karena hal itu. Fangils dia kan menjadi sedikit berkurang setelah gossip itu merebak” tambah Jiae. Shilla memandanganya sekilas.

“Tck! Memakai rumor murahan seperti itu untuk menyingkirkan fangilrs-nya? Murahan!” ucapan Shilla terdengar pedas.

“Hya! Kau ini sepertinya benci sekali terhadapnya”

“Memang. Wae? Kau ada masalah dengan hal itu?”

“Aigo! Bukan begitu. Tapi hati-hati saja kau bisa menyukainya nanti”

“Maldo andwe! Tidak akan pernah terjadi”

“Heyyy, bisa saja kan? Perbedaan antara benci dan cinta sangatlah tipis, Shilla-ya”

“Aish terserah padamu saja!” ucap Shilla acuh kemudian beranjak dari meja makannya. Meninggalkan Jiae yang tengah menggelengkan kepalanya.

***

Siwon berjalan beriringan dengan seorang pria yang sama tingginya dengan dirinya. Ah tidak, bahkan lebih tinggi darinya. Keduanya memang dijuluki dengan ‘the tall handsome guys’ oleh rekan-rekan mereka. Terkadang membuat Siwon terkekeh geli ketika mengingatnya. Dan memang kenyataan bahwa, Shim Changmin, rekannya itu adalah asisten dirinya.

Shim Changmin memasuki sebuah ruangan duluan. Menyalakan lampu ruangan itu dan disusul oleh Siwon yang masuk setelahnya. Mereka kini berada di ruang rapat, sebentar lagi memang akan diadakan rapat dan kebetulan Siwon adalah yang akan memimpin rapat hari itu. Jadi tentu saja mereka harus datang ke ruang rapat terlebih dahulu dan menyiapkan semuanya, bukan?

Changmin langsung melakukan tugasnya. Menyalakan laptop dan kemudian menyambungkannya pada proyektor di ruangan itu. Sementara Siwon mengecek beberapa berkas rapat yang akan dibahas.

“Hyung..” begitulah Changmin memanggil Siwon ketika tak ada orang lain. Siwon yang menyarankan seperti itu.

“ehm?”

“Kau…ehm,,,terkadang aku heran dengan sikapmu” ucap Changmin. Siwon memandangnya bingung.

“Sikapku? Yang mana?”

“Kau bisa bersikap sopan dan ramah dengan rekan-rekan wanita kita. Tapi ketika berhadapan dengan Park Shilla kau berubah drastis. Menjadi…sedikit mengesalkan?” ujar Changmin. Siwon terkekeh kecil.

“Karena orang sepertinya memang pantas diperlakukan seperti itu”

“Mwo?”

“Kau tidak lihat setiap hari wanita itu terus cari-cari gara-gara denganku? Aku hanya meladeninya saja, Changmin-ah” terang Siwon.

“Tapi kalau itu aku, kurasa aku tak akan repot-repot meladeni, Hyung”

“Well, kurasa kalau aku tak meladeninya tak akan seru, kan?”

“Huh?”

Siwon tersenyum simpul kearah Changmin. “Meladeni Park Shilla, bertengkar dengannya adalah…apa ya? Ehm…kurasa….sesuatu yang menarik. Aku tak menemukan hal itu dari wanita lain yang tertarik pada kita” kelakar Siwon.

Changmin memandangnya heran. Memang benar keduanya bisa dibilang ‘favorit’ pada wanita di kantor itu. Hanya saja Changmin tak bisa mengerti jalan pikiran Siwon yang mengatakan kalau bertengkar itu menarik?

“Aish! Kau seperti yang tengah menyukainya Hyung”

“Mwo?” Siwon membelalak kaget. Changmin menatapnya jahil.

“Aaaa, kau menyukainya, keudaechi? Begitu kan? Makanya kau selalu saja meladeninya?” goda Changmin. Siwon melotot padanya kemudian meraih sebuah map di depannya dan memukul kepala Changmin.

“Hya! Hyung!” pekik Changmin tak terima.

“Makanya jangan bicara sembarangan! Aish!” ucap Siwon galak. Changmin hanya memberengut singkat.

***

“Jadi…kurasa mulai minggu depan internal audit sudah bisa melakukan tugasnya. Kurasa kita harus lebih mempersiapkan diri sebelum WHO melakukan audit”

Siwon menutup rapat itu dengan baik. Rekan-rekannya yang memang hadir menganggukkan kepalanya puas. Kecuali Shilla tentu saja. Terkadang ia tak suka dengan kenyataan bahwa Siwon bekerja dengan sangat baik.

“Ehm…Shilla-ssi” panggilan itu sontak membuat Shilla menghentikan langkahnya. Belum sempat ia melangkah keluar dari ruangan itu Siwon sudah memanggilnya. Ia membalikkan badannya.

Dalam ruangan itu hanya ada dirinya, Siwon, dan Changmin. Shilla menghela napasnya kemudian mendekati Siwon.

“Wae?” tanyanya singkat. Siwon tersenyum tipis. Entah Shilla tak mengerti dengan apa maksud senyuman Siwon.

“Ini ada beberapa hal yang harus diaudit. Kau bisa mempelajarinya sebelum melakukan audit itu” ucap Siwon kemudian menyerahkan sebuah berkas kearah Shilla. Wanita itu menerimanya kemudian menghela napasnya singkat.

“Araseo” jawab Shilla acuh. Ia mengambil map itu kemudian menyatukannya dengan map yang tadi ia bawa.

“Ah iya…sekali lagi aku minta maaf dengan keputusan direksi tentang pemilihanku itu” ucapan Siwon itu sontak membuat Shilla terdiam. Ia memandang Siwon yang juga tengah menatapnya.

Tatapan Siwon seolah seperti tatapan mengejek terhadap Shilla. Membuat wanita itu menatapnya tajam.

Pandangan Shilla kemudian beralih pada sebuah gelas air putih yang memang selalu disediakan ketika ada rapat. Sebuah seringaian kecil Shilla bubuhkan di bibirnya.

“Ah gwenchana. Lagipula…aku orang yang cukup sportif. Kau tenang saja untuk itu Siwon-ssi” ucap Shilla. Nada suaranya lembut. Membuat Siwon sedikit bergidik. Biasanya ketika wanita itu berucap lembut maka akan ada sesuatu yang tak Siwon harapkan.

“Keureom…aku ke ruangan dulu, Siwon-ssi?” ucapnya lagi. Masih dengan nada lembutnya. Ia membubuhkan sebuah senyuman tipis. Yang sekali lagi membuat Siwon bergidik karena senyuman itu terasa aneh. Hingga akhirnya…

SPLASSHHH

“Eomona!”

“Hya!”

Shilla tersenyum puas ketika Siwon memekik kesal padanya. ia hanya menunjukkan ekspresi sok-merasa-bersalah pada Siwon. Sementara Siwon tengah menatap kesal Shilla.

Ya, Shilla dengan ‘tak sengaja’ menyenggol gelas air putih itu hingga isinya yang tinggal setengah itu jatuh tepat di pangkuan Siwon. Membuat celana pria tampan itu basah.

“Omo! Omo! Mianhae!” ucapan itu tentu saja tak tulus. Karena dengan wajah yang ‘merasa bersalah’ itu Shilla terang-terangan tersenyum pada Siwon.

“Neo!”

“Mianhae Siwon-ssi. Aku tak sengaja” ucap Shilla lagi. Ia tersenyum puas lagi kearah Siwon. Sementara Changmin yang sedari tadi menjadi saksi dari tindakan itu hanya bisa mematung.

Dalam kantor itu memang seolah berlaku sebuah rumus bahwa ‘don’t go near them when they were fight’.

“Kau sengaja, kan?” ucap Siwon sembari menggertakkan dirinya. Shilla menggelengkan kepalanya.

“Aniyo. Mianhae. Aku..akan me-londry pakaianmu kalau kau mau. Keunde…sekarang aku harus kembali ke ruangan. Mianhae Siwon-ssi” ucapnya kemudian langsung berlalu dari ruang rapat itu. Meninggalkan Siwon dengan ekspresi geramnya.

“Aish! Geu yeoja! Argh!” pekiknya kesal. Ia meraih tisu kemudian mencoba mengeringkan celananya yang basah. Wajahnya jelas sekali tengah marah.

Changmin menggaruk tengkuknya kikuk. Ia mendekati Siwon. Membantu Siwon membereskan berkas-berkas yang untungnya tak ikut ditumpahi air oleh Shilla. Sepertinya wanita itu cukup pintar hingga hanya membasahi celana Siwon.

“Gwenchana, Hyung?” Tanya Changmin. Dan hanya dibalas tatapan tajam oleh Siwon.

“kau pikir aku baik-baik saja? Lihatlah celanaku Changmin-ah! Basah! Kau pikir bagaimana aku harus keluar ruangan ini? Aish wanita itu!” geram Siwon. Ia menumpahkan kekesalannya pada Changmin.

“Well, itu resikomu Hyung karena meladeninya” ucapan Changmin itu semakin membuat Siwon menatapnya tajam.

“Kau..aish!” Siwon hanya bisa terus mengumpat kesal. Sembari memikirkan cara bagaimana membuat celananya cepat kering.

“Kenapa dia harus mengacaukan hari ini? My special day no longer a happy one. Aish jinjja!”

***

“Kau tampak senang sekali?” pertanyaan Jiae itu hanya dijawab dengan anggukan kecil oleh Shilla.

“Wae? Ah aku tahu. Kau pasti berhasil membuat Siwon-ssi kesal? Keudaechi?” tebak Jiae.

Tepat sasaran. Karena memang selama ini Jiae tahu kalau Shilla hanya akan tersenyum senang di kantor kalau tidak karena dapat berita bagus dari boss ya berarti berhasil membuat Siwon kesal.

Shilla menganggukkan kepalanya. “Majayo! 1:0 untuk hari ini” jawab Shilla. Sementara Jiae hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tak mengerti dengan jalan pikiran temannya itu.

“Ah iya kau ada dokumen yang harus aku tanda tangani?” Tanya Shilla. Jiae menatapnya ragu.

“Ehm..belum tahu. Wae?”

“Aku ijin pulang cepat hari ini. Jadi kalau kau ada dokumen yang harus ku tanda tangani serahkan padaku sebelum jam 3, ne?” ujar Shilla. Jiae hanya mengangguk.

“Keunde wae? Kau ada urusan?”

“Eo. Ada janji penting” ucapnya sembari tersenyum manis. Membuat Jiae menatapnya bingung.

“Namja? Nuguya? Kau ada date dengan namja?” tanyanya penasaran. Shilla hanya tertawa terhadapnya.

“Rahasia” jawab Shilla acuh. Jiae memandangnya kesal.

“Hyaaaa…katakan padaku. Curiosity could kill the cat you know?”

Shilla terkekeh lagi. “Kalau kucingnya itu dirimu kurasa aku tak masalah”

“Aaaaaa” Jiae merajuk pada Shilla. Tapi sepertinya temannya itu sama sekali tak mau memberitahu rahasianya.

***

Mobil berwarna hitam itu memasuki sebuah rumah yang cukup mewah di daerah Gangnam. Seorang pria turun dari mobil itu dengan sebuah tas kerjanya. Sementara di tangan kanannya yang tak menenteng tas, ia memegang sebuket bunga.

Pria itu, yang tak lain adalah Siwon mengulas senyumnya kemudian memasuki rumahnya. Menutupnya lagi dan ia berjalan kearah ruang makan.

Siwon mengulum senyumnya. Pemandangan ‘indah’ di depannya membuatnya tak kuasa menahan rasa haru hingga senyuman hangat itu terkembang di bibirnya.

“Eo, waseo?” sapaan hangat itu dibalas Siwon dengan anggukan kecil. Tentu saja bibirnya tak henti mengulas senyum.

“Come here!” ucap seseorang yang menyapanya itu. Dengan tenang Siwon berjalan menuju orang itu.

Ia lantas mengulurkan lengannya dan meraih pinggang orang itu. Menarik wanita itu dalam dekapan singkatnya. Mendaratkan sebuah kecupan kecil di pipi wanita itu.

Kekehen kecil keluar dari bibir wanita itu. “Happy anniversary, honey!” ucap sang wanita.

Wanita itu tampak cantik dengan gaun berwarna putih selututnya. Bak bidadari dalam pandangan Siwon. Temaram lilin-lilin yang terlihat remang itu nyatanya tak menutupi kecantikan wanita itu di matanya.

“Our third anniversary to be exact, baby!” balas Siwon. Melepas dekapannya. Ia meletakkan tas kerjanya yang sedari tadi ia tenteng di tangan kirinya.

“For you my beautiful lady” ucap Siwon kemudian menyerahkan sebuket bunga itu untuk wanita itu. Sang wanita menyium bunga itu dan tersenyum hangat.

“Gomawo. Its beautiful” ucap sang wanita. Siwon menganggukkan kepalanya.

“Kau menyiapkan semua ini?” tanyanya. Melihat meja makannya yang terhias indah dengan beberapa lilin-lilin kecil menghiasi. Candle light dinner? Ya, begitulah kira-kira.

Wanita itu mengangguk singkat. “Keureom. Siapa lagi memang?”

Siwon terkekeh kecil. “Gomawo. It’s lovely….Shilla-ya”

Lagi. Senyuman manis itu terlontar dari wanita itu. Wanita yang tepat tiga tahun ini menemani Siwon. Menyandang status sebagai Nyonya Choi Siwon.

Ya, Park Shilla. Wanita itu Park Shilla.

“Kau tak mau duduk? Mau membiarkan makanan yang susah payah aku masak ini sia-sia? Huh?” Shilla memberengut singkat. Bercanda tentu saja. Siwon terkekeh singkat

Ia lantas mengambil duduk. Membuat mereka akhirnya masuk pada acara makan malam mereka. Untuk beberapa menit keduanya hanya berkonsentrasi dengan makanan mereka,

***

“How long we gonna keep this, baby?” pertanyaan lirih nan lembut itu terdengar jelas di telinga Shilla. Siwon tengah memeluknya dari belakang. Membuatnya bisa mendengar jelas detail tiap kalimat yang Siwon lontarkan. Karena memang posisi mereka yang begitu dekat.

“Hm?” Shilla bergumam lirih. Masih berusaha menikmati alunan musik yang terdengar indah itu. Yang menghiasi malam mereka.

“Sampai kapan kita akan menutupi hubungan kita? Hm?” Tanya Siwon. Shilla tersenyum singkat kemudian membalikkan badannya. Hingga wajah keduanya kini saling berhadapan.

“Aku punya kabar baik untukmu” ucap Shilla. Tanpa menjawab sama sekali pertanyaan Siwon. Membuat pria tampan itu menautkan alisnya bingung.

“Lets stop this”

“Huh?”

Shilla tersenyum singkat kemudian menjauh dari jangkaun Siwon. Mendekati jendela kamar mereka. Berdiri disana dan memandang pemandangan malam yang terlihat jelas dari balik kaca jendela besar itu.

“Aku akan resign dari kantor” ucap Shilla. Siwon membulatkan matanya kemudian berdiri mendekati Shilla.

“Baby…”

“Gwenchana. Lagipula sudah lama kita berpura-pura layaknya musuh saat dikantor. Dan kau tahu? Tiap hari berkompetisi denganmu sangatlah tidak menyenangkan” ungkap Shilla. Bibirnya mengerucut singkat.

“Kenapa tiba-tiba? Bukankah dulu kau bilang…berakting layaknya kita seorang musuh itu sangat menyenangkan? Ada tantangan tersendiri?” Tanya Siwon. Shilla mengangguk singkat.

Ini memang sepenuhnya keputusannya. Kisah cintanya dengan Siwon terbilang sangat baik-baik saja dari awal. Mereka menjalani kisah mereka sejak masih duduk di bangku kuliah. Di tingkat akhir masa perkuliahan mereka, keduanya memilih untuk mengikat diri menjadi pasangan kekasih.

Hingga setahun berikutnya ketika keduanya telah merintis karir, keduanya memutuskan untuk mengikat diri mereka dalam sebuah ikatan pernikahan. Dan beruntung pihak keluarga mereka setuju dengan keputusan mereka.

Hingga akhirnya Shilla merasa hubungan mereka terasa hambar. Tak ada tantangan sama sekali. Membuatnya berpikir untuk melakukan sesuatu yang membuat mereka bisa menjalin hubungan mereka menjadi lebih kuat lagi. Karena ia takut hubungan mereka yang sangat baik-baik saja bahkan terkesan datar itu akan membuat mereka merasa bosan satu sama lain.

Shilla tak mau itu. Ia tak pernah mau untuk berpisah dari sosok suaminya itu. Hingga ia memiliki pemikiran aneh itu.

Dan semua itu terwujud ketika Siwon pindah kerja di tempat kerja yang sama dengan dirinya. Tak ada yang tahu kalau keduanya telah menikah. Dan itu membuat Shilla merasa bertingkah layaknya musuh dengan Siwon adalah pilihan yang tepat.

Karena memang nyatanya pekerjaan mereka mendukung mereka untuk saling berkompetisi satu sama lain. Jadilah mereka seperti ini. Bertingkah layaknya musuh di kantor tapi ketika sampai rumah mereka, keduanya akan bersikap manis satu sama lain. Seolah melupakan kejadian di kantor.

“Keureonde…kita tak mungkin selamanya seperti ini, kan? Hm?” Tanya Shilla. Manic matanya tak menunjukkan candaan sedikitpun. Membuat Siwon tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

“Keureomyeon…” ucapnya kemudian meraih Shilla dalam dekapannya lagi. Menempelkan kepalanya diantara leher Shilla.

“Kalau itu maumu” lanjut Siwon. Shilla terkekeh kecil sembari mengeratkan pelukan Siwon di tangannya.

“Kenapa tertawa?” Tanya Siwon bingung. Shilla hanya menggeleng singkat.

“kalau dipikir kita ini aneh ya?”

“Hm?”

“Memilih cara yang aneh untuk saling mencinta. Tapi aku tak bisa bohong kalau saat kita bertengkar di kantor, memakimu, kesal padamu adalah saat dimana aku berpikir kalau ‘ah, aku semakin mencintai pria ini’.” Terang Shilla. Ia membubuhkan tawa kecilnya.

“Dan anehnya ketika sudah sampai rumah aku lupa akan marahku padamu. Yang aku ingat hanyalah, aku mempunyai suami yang sangat menjagaku. Membuatku berpikir, nyataya aku tetap mencintaimu meski kita sering beradu mulut di kantor. Bukankah itu bagus?”

Siwon mengangguk mengamini. “Ne. nyatanya aku masih mencintaimu meski kau sangat galak di kantor. Nyatanya aku tetap menerimamu meski sikapmu saat dikantor sanggup membuatku naik darah. Nyatanya, aku menjadi sangat merindukan Shilla yang lembut saat dirumah. Membuatku, ketika melihatmu dirumah, menjadi sangat merindukanmu” ungkap Siwon. Shilla tersenyum hangat.

“That what make us love each other even more” timpal Shilla. Siwon mengangguk mengiyakan.

“Ah kurasa teman-teman dikantor akan sangat histeris ketika mereka tahu kalau rumor kau ini sudah menikah bukanlah isapan jempol semata” kata Shilla. Siwon membalasnya dengan kekehan singkat.

“Mereka akan lebih histeris kalau tahu istriku adalah kau. Orang yang mati-matian memusuhiku saat dikantor” timpal Siwon. Keduanya lantas tertawa bersama.

“Ah iya, mianhae ya untuk tadi siang? Kurasa kau sangat malu saat keluar dari ruang rapat tadi” ucap Shilla sembari tertawa. Sementara Siwon menatapnya merengut.

“Kau ini keterlaluan, honey.” Ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya. Persis seperti anak kecil yang merengek minta dibelikan permen oleh orang tuanya.

“Mianhae” kata Shilla kemudian mengecup pipi Siwon singkat. “Itu karena kupikir…aku akan membuatmu kesal di kantor dan dirumah aku menyiapkan makan malam romantis ini. Bukankah itu akan terasa sangat romantis jika awalnya kau kesal padaku?” Tanya Shilla polos.

Siwon menggelengkan kepalanya sembari terkekeh kecil. “Jadi kau sengaja?”

“U-uh” jawab Shilla. Siwon memencet hidung Shilla.

“You deserve to be punished, babe” ucap Siwon. Shilla memandang Siwon seolah takut.

“Ah I’m scared?” tawa Shilla. Siwon tertawa juga setelahnya.

“Keunde…kau benar dengan keputusanmu akan resign?” Tanya Siwon lagi. Shilla mengangguk pasti. Ia lantas membalikkan badannya. Menatap dalam kedua mata Siwon.

Shilla tersenyum lembut kemudian mengalungkan tangannya di leher Siwon. “Kurasa tiga tahun ini aku cukup menyiksamu dengan tetap menjadi wanita karir, bukan?”

“Huh?” Siwon menatap Shilla tak mengerti. Shilla tersenyum lagi.

“tiga tahun aku membiarkan pernikahan kita berjalan sangat datar. Bukankah sudah saatnya kita mengubahnya?”

“Mwo?” Siwon masih mengerjab tak mengerti. shilla menggunakan tangan kanannya untuk menyingkirkan rambut pendek di sekitar kening Siwon. Mengusapnya lembut.

“Kau…keberatan kalau aku tak bekerja lagi?” Shilla bertanya. Meski Siwon bingung kemana arah pembicaaan Shilla tapi toh ia menggelengkan kepalanya.

“tidak sama sekali, wae?”

“Kurasa aku ingin alih profesi”

“huh?”

“Aku…ingin jadi ibu rumah tangga saja. Mengantarmu berangkat kerja kemudian menyambutmu pulang. Kemudian….” Shilla menggantungkan kalimatnya. Membuat Siwon menatapnya penasaran.

“….and…taking care of…. our little angels?”

Siwon membelalakkan matanya ketika mendengar ucapan itu keluar dari bibir Shilla. Ia tidak bodoh, ia mengerti apa maksud ucapan Shilla. Dan ketika ia sudah menyadari semuanya ia tak bisa melakukan hal lain selain tersenyum lebar.

“Jeongmal?” tanyanya memastikan. Shilla menganggukkan kepalanya.

Tangan kanannya kembali mengalung pada leher Siwon. “Aku merasa..tiga tahun ini aku sangat egois. Membuatmu menerima keputusanku untuk terus bekerja. Membuatmu bersabar dengan keinginanmu untuk meramaikan rumah kita dengan malaikat kecil”

“Shilla-ya..”

Shilla menaruh telunjuknya di bibir Siwon. Menghentikan ucapan Siwon. Ia tersenyum hangat pada Siwon.

“Kurasa…sudah saatnya kita membuat rumah kita menjadi lebih berwarna bukan? I don’t mind having our kids in our house” ujarnya. Siwon memandang Shilla haru.

Sejujurnya sudah lama ia bersabar untuk hal ini. Sejujurnya sejak awal pernikahan mereka Siwon sudah menyarankan Shilla untuk tak bekerja. Tapi sepertinya istrinya itu masih terlalu muda saat itu untuk hanya dikungkung di dalam rumah dan menjadi ibu rumah tangga.

Dan Siwon mengerti. menurutnya, salah satu hal dari mencintai seseorang adalah ketika kita mengerti dan menghargai keinginan pasangan kita. Dan Siwon melakukannya. Ia terlalu mencintai istrinya itu hingga ia mengerti semua keinginan Shilla

Karena menurut Siwon, cinta itu tak memaksa. Cinta itu saling menghargai satu sama lain. Apa gunanya kita mencintai seseorang jika hanya ingin memaksakan keinginan kita padanya? Karena cinta dengan sebuah paksaan di dalamnya tak akan membuat cinta itu menjadi kuat. Itu menurutnya.

Dan sepertinya prinsip Siwon itu benar adanya. Toh kenyataanya sikap tak memaksanya membuat Shilla sadar dengan sendirinya tentang kodratnya.

Siwon tersenyum lembut kearah istrinya. “Kau yakin?” tanyanya lagi. Memastikan.

Anggukan pasti Shilla tunjukkan untuk Siwon. Membuat suaminya itu tak kuasa menyunggingkan senyum bahagianya.

Siwon mengulurkan tangannya, mengelus pipi Shilla kemudian mendekatkan wajahnya pada sang istri. Mendaratkan sebuah kecupan hangat di bibir istrinya itu. Sebuah tanda ketulusan dan terimakasihnya. With she gladly return the kiss.

“This is the best news I ever heard at our anniversary, dear” ucap Siwon di akhir kecupannya.

Siwon menatap Shilla hangat kemudian kembali mendaratkan sebuah kecupan mesra. Kali ini di kening Shilla. Cukup lama. Shilla tersenyum haru kemudian menenggelamkan kepalanya pada dada Siwon. Memeluk suaminya erat.

“Thanks for your love, hubby”

Siwon tersenyum lagi. “I love you more, baby”

 

~FIN~

 

Oke I know this is a fail one. I just feel like writing since today is our anniversary….lol

Haha actually this is just the same day this blog was created, it’s been 3 years since I started writing… *sobs*. Time sure fly fast…lol

Its okay if you don’t like it coz it just something that I cant proud of..lol

For you who always read my stories, left comments or like my story I sincerely thank you guys…*deepbow*

Hope I can continue this hobby of mine longer…lol…thank you all!!!!!!!!!!