Mistaken Part 7

Siwon memijit keningnya pelan. Tumpukan dokumen di depannya serasa begitu membebani. Belum lagi ditambah masalah pribadinya yang tak mengenakkan.

“Hwajangnim gwenchana?” sapa sebuah suara yang Siwon kenal betul. Tanpa memandang si sumber suara Siwon hanya mengangguk singkat.

Il Woo, si sumber suara itu mendekati meja kerja Siwon. Ia memandang Siwon sekilas kemudian menghela napas pelan. Sudah 3 hari Siwon tak pulang ke rumah. Kemarin setelah dari jeju Siwon langsung ke kantor. Menyibukkan dirinya.

“Ada yang ingin kau laporkan Sekretaris Jung?” Siwon kini menatap Il Woo. Il Woo hanya mengangguk. Ia kemudian menyerahkan beberapa berkas untuk ditandatangani.

“Ehm, Hwajangnim mengenai keberangkatan ke Paris…” Siwon menghentikan aktivitas menandatangani dokumennya. Ia menatap Il Woo lagi kemudian menarik napas panjang.

Memang sudah seharusnya kulakukan ini 

“Kau urus saja semuanya” ujar Siwon singkat.

“Baiklah. Jadi berangkat besok?” Tanya Il Woo memastikan. Siwon hanya mengangguk singkat.

“Keundae, masalah tiket dan akomodasi…”

“Lakukan seperti apa yang aku perintahkan dulu.” Il Woo mengangguk patuh.

“Ehm Hwajangnim,satu lagi… mengenai voucher hon-”

“Batalkan” ucap Siwon singkat, sebelum Il Woo sempat menyelesaikan ucapannya.

“Anda Yakin Hwajangnim?” Siwon hanya mengangguk.

“Keundae Anda bukankah sudah merencanakan ini dari jauh hari? Lagipula kurasa dengan ini Anda bisa memperbaiki..”

“Sudah tidak ada gunanya lagi sekarang”potong Siwon lagi. “Batalkan saja! Kau bisa kan?” lanjut Siwon. Il Woo hanya mengangguk.

“Kalau begitu Anda akan berangkat sendiri? Maksudku, tiket satu lagi apakah harus dibatalkan juga?”

“Ehm.”

“Keundae Hwajangnim, apakah tidak sia-sia? Maksudku daripada tiket pesawat juga dibatalkan bagaimana kalau saya yang menggantikan?”

“Maksudmu?”

“Bagaimana kalau saya menemani Hwajangnim ke Paris? Lagipula kurasa kehadiran saya akan sangat berguna. Saya bisa menghandle semua jadwal Hwajangnim. Dan lagi saya takut kalau nanti Hwajangnim akan kewalahan mengurus cabang baru di Paris itu. bagaimana?” tawar Il Woo. Siwon menatap Il Woo lama. Menimbang-nimbang ucapannya.

“Geurae kau benar. Terserah kau saja kalau begitu” ucap Siwon akhirnya. Il woo mendesah lega. Sebetulnya ia hanya ingin memantau kondisi sahabat sekaligus atasannya itu. berada di Paris dalam waktu lama, mengurus cabang baru perusahaan, ditambah urusan pribadi Siwon yang sedang tidak baik, Il Woo hanya khawatir jika Siwon tidak bisa melaluinya sendiri. Bagaimanapun Il Woo tetap sahabatnya, ia peduli pada Siwon.

“Hwajangnim, Anda tidak ingin pulang? Sudah 3 hari kurasa”

“Ehm. Nanti aku akan pulang.” Ucap Siwon singkat.

“Selesaikan masalah Anda baik-baik Hwajangnim”

“Ehm”

Il Woo menatap atasannya yang tengah sibuk melihat-lihat tumpukan dokumen di depannya. Il Woo menatapnya prihatin. Ia tahu banyak masalah yang kini atasannya hadapi. Tapi Il Woo bisa berbuat apa? Kalau urusan pekerjaan bisa saja Il Woo membantu. Tapi untuk urusan pribadi Il Woo angkat tangan. Dia tak ingin mencampuri lebih dalam. Bagaimanapun ia menghargai privasi atasannya itu.

TOK TOK TOK

Il Woo memalingkan wajahnya ke arah pintu. Ia kemudian berjalan mendekati pintu dan membukanya. Sontak Il Woo hanya bisa membulatkan matanya saat melihat seseorang yang memasuki ruangan Siwon. Orang itu menatap Siwon yang masih berkutat dengan dokumennya, tajam.

Siwon mengalihkan pandangannya pada orang yang memasuki ruangannya. Siwon hanya bisa menatap namja di depannya bingung. Tatapan namja itu tampak tak bisa diartikan.

Il Woo juga menatap dua namja di dekatnya itu. menatap kemiripan diantara keduanya. Il Woo perlahan keluar dari ruangan Siwon. Memberi kelonggaran untuk kedua kakak beradik itu untuk bicara.

Ya mereka memang butuh untuk bicara.

“Ada masalah dengan pekerjaanmu?” Tanya Siwon membuka pembicaraan. Minho masih tak bergeming. Ia masih menatap saudaranya itu tak percaya.

“Bukan masalah pekerjaan” ujar Minho dingin. Siwon menghela napasnya. Ia memang harus menghadapi Minho cepat atau lambat. Ia berjalan mendekati Minho. Kemudian mengunci pintu ruangannya. Berharap tak ada yang tiba-tiba masuk dan mengganggu pembicaraan mereka berdua.

“Bisa kau jelaskan tentang keberangkatanmu ke Paris?” ucap Minho langsung. Siwon hanya menatapnya.

“Apa ini caramu untuk menghindar? Begitukah Hyung?” Tanya Minho lagi.

“Aku tidak menghindar”

“Lalu apa namanya?” Siwon terdiam. Membuat Minho melanjutkan ucapannya.

“Dengar Hyung! Aku tahu aku salah. Maafkan aku karena telah melakukan kesalahan besar. Maafkan aku karena telah lancang bertindak bodoh dan memalukan yang aku tahu pasti menyakitimu. Jeongmal Mianhae.”

“Kau ini bicara apa? Kesalahan apa maksudmu?”

“Hyung aku tahu kau tahu segalanya. Kau melihatku melakukan tindakan ceroboh dan tak seharusnya itu kan?”

Siwon diam lagi. Ia tak mau menjawab. Minho memang tak menyebutkan dengan jelas tindakan apa yang ia maksud. Tapi Siwon cukup tahu. Kejadian yang berhasil menghancurkan hatinya beberapa hari ini.

“Mianhae Hyung jeongmal mianhae. aku benar-benar tak tahu kenapa aku bisa seceroboh dan sebodoh itu. mianhae. ini sepenuhnya salahku, bukan Shilla. Jadi kau tak seharusnya pergi ke Paris.”

“Dengar Minho-ya. Urusan ke Paris memang sudah sejak lama aku rencanakan. Cabang kita yang di Paris baru saja berdiri, jadi sudah sepantasnya aku menghandle cabang perusahaan kita itu.”

“Tapi haruskah kau yang pergi?”

“Ehm. Siapa lagi memangnya?”

“Biar aku saja yang pergi kalau begitu”

Siwon tersenyum singkat. “Kau sudah pergi 3 tahun ke Jersey. Sekarang kau juga ingin ke Paris? Apa kau pikir kau ini tidak egois? Berilah aku kesempatan juga untuk keluar negeri Minho-ya” canda Siwon.

“Hyung aku serius”

“Aku juga serius Minho-ya. Kau baru saja pulang dari perjalanan panjangmu. Kau pikir aku akan mengijinkanmu pergi lagi? Lagipula aku hanya akan pergi 3 bulan, tidak seperti kau yang 3 tahun.”

“Tapi..”

“Lagipula aku sudah lama merencanakan ini sebelum kau pulang dulu Minho-ya. Aku memang harus mengurus cabang kita di Paris. Dan aku tidak bisa menyerahkan ini padamu. Kau memang Vice President, kau juga menuntut ilmu sampai ke Jersey. Kemampuanmu memang tak diragukan. Tapi ini bukan masalah kemampuan Minho-ya. Ini masalah pengalaman. Kau baru datang, dan tentu saja kau masih sedikit awam tentang perusahaan ini. Berbeda denganku yang sudah cukup lama disini. Jadi aku sudah tahu betul seluk beluk perusahaan ini. Dan ini berguna untuk pengembangan cabang di Prancis itu” jelas Siwon panjang lebar.

Minho hanya mendengar tiap kata yang saudaranya itu ucapkan. Semuanya benar. Tak ada yang bisa Minho sanggah dari penjelasan Siwon.

Hening sejenak. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Mianhae Hyung” ujar Minho memecah keheningan. Siwon memandang Minho sekilas.

“Untuk?”

“Karena aku sudah membuat hubunganmu dan Shilla jadi..”

“Sstt. Tak perlu minta maaf. Kau tak salah. Aku juga tahu kau cukup tersiksa selama ini. Kalaupun ada orang yang berhak minta maaf kurasa itu aku. Aku yang membuatmu tak bisa memiliki Shilla”

“Hyung..”

“Araseo Minho. Sudah ya kita bicarakan ini nanti di rumah. Aku masih banyak pekerjaan. Kurasa kau juga” potong Siwon. Ia kemudian kembali menuju mejanya dan kembali berkutat pada dokumen-dokumennya.

Minho hanya menatap saudaranya itu penuh penyesalan. Ia mendesah pelan kemudian meninggalkan Siwon di ruangannya itu.

***

Shilla menata meja makan itu dengan rapi. Entah kenapa hari ini ia memasak masakan kesukaan suaminya. Ia hanya merasa suaminya akan pulang sekarang setelah 3 hari ini suaminya itu tiada kabar.

CEKLEK

Shilla menolehkan pandangannya ketika ia mendengar pintu terbuka. Bergegas ia menghampiri pintu dan ia mendapati dua namja masuk bersamaan. Minho dan Siwon. Senyum terkembang di bibir Shilla saat ia melihat suaminya.

“Oppa!” ucapnya dan langsung berhambur ke pelukan Siwon. Kali ini ia tidak salah, memang Siwon yang ia peluk. Ia benamkan wajahnya di dada suaminya.

“Siwon Oppa kau kemana saja? Bogoshipo!” ucap Shilla lagi. Siwon ikut tersenyum saat ini. Ketika istrinya bisa mengenalinya. Ketika istrinya memeluknya. Ketika istrinya mengatakan kerinduannya. Ya Siwon bahagia.

Di sisi lain, Minho sedikit merasa cemburu. Ia hanya memperhatikan Shilla yang masih memeluk Siwon, dan siwon yang mengusap lembut rambut Shilla. Sisi lain hatinya merasa sangat bersalah.

Apakah aku sudah benar-benar merusak hubungan mereka? Neo jeongmal baboya Minho-ya.

Siwon melepas pelukan Shilla. “Sampai kapan kau akan memelukku? Aku lapar.” Ucapnya kemudian. Shilla hanya membalas dengan senyumannya. Senyuman yang berhasil membuat Siwon dan juga Minho merasakan desiran di dadanya.

“Kkaja kita makan kalau begitu.”

***

“Shilla-ya” ucap Siwon ketika mereka telah selesai makan. Shilla mendongakkan kepalanya menatap Siwon.

“Ehm.. aku…akan ke Paris besok” ucap Siwon pelan. Shilla membelalakkan matanya.

“Mwo?”

“Aku akan ke Paris besok. Perusahaan membuka cabang baru di Prancis dan aku akan kesana untuk menghandle sementara.” Lanjut Siwon. Shilla masih terkejut dengan berita ini.

“3 bulan” lanjut Siwon. Shilla semakin terkejut. Baru beberapa menit yang lalu ia melihat suaminya ini pulang. Dan sekarang ia mendapat kabar kalau suaminya akan pergi lagi. Sungguh sangat mendadak.

Shilla menarik kursinya. Ia bangkit berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Siwon hanya menatap Shilla dalam diam.

“Kau..yakin Hyung?”

“Ehm”

“Tapi ini terlalu buru-buru. Dan kesannya seperti kau menghindari Shilla”

“Sudah kukatakan kan? Aku tidak menghindar. Aku hanya ingin memberinya waktu untuk berpikir”

“Mwo?”

Siwon hanya mengulas senyum untuk Minho. “Dia berhak menentukan siapa yang ia pilih Minho-ya. Aku hanya ingin memberinya waktu untuk memantapkan hatinya. Memantapkan hatiku juga”

“Hyung..”

“Aku ke kamar dulu” ucap Siwon kemudian menyusul Shilla ke kamar.

Shilla hanya duduk di tepian ranjang dengan pikirannya yang kalut. Entah perasaan apa yang kini menggerogotinya, yang jelas ia tak suka dengan yang ia rasakan sekarang.

Ia memandang Siwon yang berjalan mendekatinya. Ia lihat Siwon yang memberinya sebuah senyuman. Tapi sedikitpun Shilla tak membalas senyuman itu. entah kenapa rasanya sungguh berat menyungingkan bibirnya untuk tersenyum.

“Kenapa dengan ekspresi mukamu itu? lebih baik kau bantu aku mengepak baju-bajuku, ne?” ucap Siwon seolah tak menyadari ekspresi sedih di wajah istrinya. Siwon berjalan menuju lemari bajunya dan memasukkan beberapa bajunya ke dalam koper. Shilla masih memperhatikannya tanpa sedikitpun kalimat yang terucap.

Shilla mendekati suaminya. Kemudian memeluk suaminya dari belakang.

“Oppa jangan pergi, Ne?” Siwon terdiam di tempatnya. Ia kemudian mengelus tangan Shilla yang melingkar di perutnya.

“Hey, kenapa kau jadi manja begini? Aku tidak akan pergi lama, Cuma 3 bulan”

“Itu lama Oppa. Aku tahu aku banyak salah. Aku tahu aku telah membuatmu terluka. Mianhae Oppa mianhae. keundae, jangan pergi. Jwebal”

“Kau tak perlu minta maaf Shilla-ya”

Shilla menggelengkan kepalanya di punggung Siwon. “Aku tahu aku salah. Mianhae”

“Hey” Siwon melepas pelukan Shilla. Ia kemudian memegang pipi Shilla dengan kedua tangannya. Menghadapkan wajah istrinya kepadanya.

“Sudah kubilang jangan minta maaf. Tak perlu minta maaf. Tak ada yang perlu dipersalahkan. Lagipula aku hanya pergi 3 bulan. Kenapa kau sesedih ini, hm?”

“Aku hanya merasa kau menghindariku Oppa. Kumohon jangan pergi. Atau kalau kau ingin tetap pergi maka ijinkan aku ikut, ne?”

“Sejak kapan kau manja seperti ini, hm?” ucap Siwon kemudian mengacak rambut Shilla gemas. Siwon melepas tangannya dari wajah Shilla. Ia kemudian duduk di tepian ranjang.

“Aku hanya ingin memberimu waktu Shilla-ya”

“Mwo?”

“Aku ingin memberimu waktu untuk memikirkan semuanya. Memantapkan hatimu. Aku tahu kita semua cukup tersiksa belakangan ini. Tak perlu ada yang saling menyalahkan. Karena kenyataanya kita semua salah”

Shilla masih menatap suaminya itu intens. Dia menunggu kelanjutan ucapan suaminya.

“Aku ingin kau memilih. Mantapkan hatimu untuk seseorang yang memang benar-benar kau cintai”

“Oppa..”

“Aku tahu jika sekarang kutanya perasaanmu kau tak akan bisa menjawab kan? Kau mencintaiku? Kau mencintai Minho? Bisakah kau jawab sekarang?” ucap Siwon lembut. Sedikitpun tak ada kemarahan yang terpancar dari matanya.

Shilla hanya terdiam.

“Karena itu aku ingin kau memantapkan hatimu. Tiga bulan Shilla-a selama aku di Prancis. Entah itu waktu yang cepat atau tidak. Tapi pikirkan baik-baik tentang perasaanmu. ”

“Oppa..”

“Kau berhak bahagia, Minho juga. Tentu aku akan sangat bahagia kalau kenyataanya kau memang mencintaiku. Aku akan menunggu. Jika benar kau mencintaiku maka akan kupastikan setelah tiga bulan itu aku akan kembali padamu. Tapi kalau kenyataanya…”

Siwon terdiam sejenak. Ia tercekat. Kalimat yang ingin ia ucapkan entah kenapa tak bisa terlontar begitu saja. Ia menarik napasnya.

“Kalau ternyata… kau..mencintai Minho.. maka aku.. melepasmu” dengan sedikit terbata akhirnya Siwon mengatakannya juga. sebuah kalimat paling menyakitkan yang pernah ia ucapkan.

“Andwe Oppa…” Shilla mulai merasakan sebulir air mata yang hendak berontak.

“Tapi.. memang sudah seharusnya begitu kan?”

“Andwe..” Shilla menggelengkan kepalanya. Tanda bahwa sedikitpun ia tak setuju.

“Minho juga berhak bahagia Shilla-ya.”

“Keundae..”

“Aku mencintaimu dan aku juga menyayangi Minho. Akan lebih menyakitkan kalau ternyata aku justru menyakiti kalian berdua.”

“Oppa.. jwebal..”

“Kumohon Shilla-ya pikirkan baik-baik. Ini keputusan yang terbaik. Karena pada dasarnya yang berhak memutuskan adalah dirimu. Kau yang harus memilih. Bukan aku, bukan Minho. Kau Shilla-ya”

Shilla sontak memeluk suaminya itu lagi. Ia membenamkan wajahnya dalam dada Siwon.

“Mianhae..” ucapnya pelan. Siwon mengelus puncak kepala Shilla.

“Sudah kubilang tidak perlu minta maaf kan?”

“Oppa aku..”

“Sstt. Gwenchana. Sekarang tidur, hm? Besok aku harus berangkat pagi”

Shilla melepas pelukannya. Ia mengangguk singkat. Air matanya masih mengalir dan dengan hati-hati Siwon mengusapnya.

“Uljimara..”

Hening sejenak.

“Shilla-ya boleh aku minta sesuatu?”

“Mwo?”

“Aku..ingin tidur sambil memelukmu. Ne?” Shilla hanya menatap kosong kearah Siwon sebelum akhirnya mengangguk singkat. Mereka kemudian merebahkan tubuh mereka. Dan sejurus kemudian Siwon melingkarkan tangannya ke perut Shilla. Mendekatkan tubuhnya ke tubuh istrinya. Merasakan kehangatan yang kini menjalar ke tubuhnya. Perlahan ia memejamkan matanya.

Tuhan, kalau memang ini malam terakhirku bersamanya, kumohon ijinkan aku mengingat setiap momen ini.

***

Shilla masih menatap kosong kearah Siwon yang kini tengah berbincang dengan Il Woo. Kini dirinya tengah mengantar Siwon di bandara. Ada orang tua Siwon dan Minho tentu saja. Shilla masih tak percaya dengan keputusan suaminya.

Siwon terlihat kini sudah tak berbincang dengan Il Woo. Ia kini tengah berbincang dengan orang tuanya. Sepertinya mertua Shilla itu tengah memberi beberapa kata perpisahan untuk anaknya.

Ilwoo berjalan mendekati Shilla. Ia mendesis pelan. Membuat Shilla bingung.

“Waeyo Oppa?” Tanya Shilla. Il Woo mendesis lagi.

“Aku ingin ke toilet. Aku titip ini sebentar ya?” ucapnya dengan tampang menahannya. Shilla terkekeh pelan kemudian mengambil map yang sedari tadi dipegang Il Woo. Sejurus kemudian Il Woo langsung berjalan cepat ke toilet. Shilla hanya menggelengkan kepalanya.

Ia menatap map itu heran. Sangat tebal. Sepertinya di dalamnya itu berisi dokumen-dokumen penting. Tapi kenapa tidak dimasukkan koper? Ah jangan bilang Siwon berniat untuk mengerjakan dokumen-dokumen ini di pesawat. Terkadang suaminya itu memang terlewat workaholic.

Shilla merapikan beberapa lembar kertas yang terlihat berantakan sehingga membuat map itu tidak rapi. Tapi saat ia hendak merapikannya sebuah amplop terjatuh. Shilla memungutnya.

Ia membalikkan amplop itu. kemudian membuka isinya. Sontak ia tercengang dengan isi amplop itu. ia hanya bisa membelalakkan matanya.

“Ah lega sekali.” Ujar Il Woo begitu ia kembali dari toilet. Shilla mengalihkan pandangannya menatap Il Woo.

“I..ige.. mwoya?” Tanya Shilla. Il Woo menatap amplop yang dipegang Shilla. Ia merutuk dirinya sendiri kenapa ia ceroboh hingga membuat Shilla melihat amplop itu.

Shilla masih menatap Il Woo penuh tanda Tanya. Amplop itu berisi voucher bulan madu. Dan tanggalnya seminggu dari hari ini. Setahunya Il Woo belum menikah jadi tak mungkin voucher itu milik Il Woo. Satu-satunya kemungkinan yang mungkin adalah voucher itu milik Siwon. Tapi satu hal yang membuat Shilla bingung adalah tanda silang cukup besar dari voucher itu, seolah voucher itu dibatalkan.

Il Woo menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. “I ..itu..milikku” ucapnya tergagap. Tentu saja Shilla tak percaya.

“Jangan bohong Oppa. Kau bahkan belum menikah.” Tuntut Shilla. Il Woo meghela napasnya.

“Ara, aku memang tak bisa bohong. Itu.. milik Siwon” ucapnya kemudian.

“Mwo?” Shilla seolah tak percaya dengan yang ia dengar.

“Hah. Siwon memintaku untuk tak memberitahumu. Karena pada dasarnya tiket itu sudah dibatalkan”

“Dibatalkan?”

“Ehm. Kemarin ia membatalkannya. Padahal voucher itu sudah ia pesan sejak beberapa bulan lalu.”

“Mwo?”

“Dia sudah sejak lama merencanakan bulan madu itu bersamamu Shila-ya. Saat ia tahu ada kemungkinan untuknya ke Paris untuk mengurus cabang baru perusahaan, ia juga ikut memesan voucher itu. ia bilang kalau kalian belum pernah bulan madu, jadi ia pikir Paris adalah tempat yang cocok. Jadi setidaknya ia kerja dan juga sekalian liburan bersamamu. Bahkan awalnya keberangkatan ke Paris harusnya kalian berdua, bukan aku yang menemani Siwon, tapi kau. Hanya saja ada beberapa masalah yang membuat Siwon mengurungkan niatnya” jelas Il Woo panjang lebar.

Shilla cukup tahu alasan apa yang membuat Siwon mengurungkan niat indahnya itu. seketika Shilla merasa sangat bersalah. Ya, ini semua karena dirinya dan kebodohannya sehingga membuat Siwon terluka.

Shilla merasa kini bagaikan istri paling jahat sedunia. Suaminya begitu perhatian dengannya. Selalu mengerti dirinya. Bahkan suaminya ingat kalau Shilla sangat ingin ke Paris hingga ia merencanakan bulan madu disana. Tapi lihat apa yang sudah ia lakukan? Ia justru menjadi alasan rusaknya rencana indah Siwon.

Mata Shilla memanas. Ia benar-benar merasa bersalah kini. Ia melukai suaminya. Sangat dalam. Tapi sedikitpun Siwon tak memarahinya. Tak sedikitpun membencinya.

Il Woo menepuk pundak Shilla. “Aku tahu ini juga sulit untukmu. Mungkin juga aku tak pantas mencampuri urusan kalian. Hanya saja Siwon itu sudah kuanggap sebagai sahabat sekaligus saudara. Aku tak ingin ia semakin menderita. Ia hanya ingin kepastian darimu Shilla-ya. Ia hanya ingin kau bahagia. Jadi kumohon kau mantapkan hatimu.”

Shilla hanya menundukkan kepalanya. Ia tahu perkataan Il Woo benar.

“Kau tenang saja. Selama Siwon di Paris aku akan menjaganya. Kau hanya perlu memantapkan hatimu” ujar Il Woo lagi. Shilla mengangguk lemah. Il Woo kemudian memberi isyarat untuk Shilla agar mendekati Siwon dan keluarganya. Shilla segera menghapus air mata yang sedari tadi menggenang di pelupuk matanya. Ia kemudian berdiri disamping ibu mertuanya. Ia menundukkan kepalanya lagi.

“Hey, masa kau mengantar suamimu dengan tampang lesumu itu? tersenyumlah!” titah Siwon. Shilla mendongakkan kepalanya kemudian tersenyum lesu.

“Won-ah harusnya kau membawa istrimu juga. sekalian bulan madu, bukankah kalian belum sekalipun bulan madu” ujar Eoma Siwon. Shilla tersentak, seketika perasaan bersalah itu muncul lagi. Ya mereka memang belum pernah bulan madu. Setelah pernikahan mereka Siwon justru disibukkan dengan pekerjaanya jadi kesempatan bulan madu waktu itu terlewat begitu saja. Dan ketika Siwon sudah merencanakan bulan madu yang indah justru sekarang dibatalkan begitu saja.

“Gwenchana Eoma. Aku kan hanya 3 bulan disana.”

“Tapi kan kasian istrimu Won-ah. Dia kau tinggal sendiri”

“Kan ada Minho yang bisa menjaganya Eoma”

DEG

Minho dan Shilla tersentak. Ucapan Siwon barusan berhasil membuat mereka terhenyak. Tidak ada sindiran sedikitpun dari nada bicaranya. Bahkan Siwon membubuhkan senyumannya.

“Minho-ya titip Shilla, Ne?” ujar Siwon. Ia mengulas senyumnya lagi. Minho hanya menatapnya cemas.

Sedikitpun Siwon tak marah. Sedikitpun ia tak memaki Minho karena semua perbuatan yang telah dilakukannya. Bahkan Siwon masih bisa tersenyum. Meski tak Minho pungkiri ia melihat kilatan kepedihan dari sorot mata Siwon.

ya, Siwon terlalu baik. Hal ini justru semakin membuat Minho seperti orang jahat. Membuatnya semakin merasa bersalah.

Hyung, mianhae. jeongmal Mianhae.

Siwon mengalihkan pandangannya menatap Shilla. Ia tersenyum lembut kearah istrinya. Bisa Siwon lihat kalau kini mata Shilla mulai berkaca-kaca. Dan Siwon benci itu. ia paling tak suka melihat istrinya menangis.

Perlahan Siwon merengkuh Shilla dalam dekapannya. Mengelus rambut panjang istrinya lembut. Seketika pertahanan Shilla runtuh. Ia menangis dalam dekapan suaminya itu. siwon bisa merasakan kemejanya yang basah karena air mata Shilla.

“Uljimara!” ucap Siwon. Shilla hanya terdiam dalam dekapan Siwon itu. tangisnya masih keluar begitu saja.

“Hey aku hanya akan pergi 3 bulan, jangan seperti anak kecil begini. Uljima” ucap Siwon lagi. Ia melepas pelukannya. Ia menangkap wajah istrinya dengan kedua telapak tangannya. Ia hapus air mata istrinya itu.

“Aku akan kembali. Kau hati-hati di rumah ya. Jaga kesehatanmu dan ingatlah kau harus selalu bahagia” hati Shilla semakin teriris mendengar ucapan Siwon. Seolah itu adalah ucapan perpisahan dari Siwon.

“Saranghae Shilla-ya” ujar Siwon kemudian ia mengecup kening istrinya. Lembut dan penuh perasaan. Siwon memejamkan matanya. Menahan air matanya yang hendak keluar. Lama ia mencium istrinya itu.

Kalau memang ini terakhir kali aku bisa menyentuhmu Shilla-ya, maka aku akan mengingat setiap momen ini. Tuhan, kumohon kalau memang ini yang terakhir kalinya. Ijinkan aku terus menyimpan memori ini. Ijinkan aku untuk terus mencintainya.

Siwon melepas sapuan bibirnya di kening istrinya. Shilla semakin terisak dengan perlakuan Siwon. Kecupan di kening yang sudah beberapa hari terakhir ini tak ia rasakan. Kecupan yang biasanya menjadi santapan paginya. Tapi kini rasanya kecupan itu begitu menyakitkan.

Minho menatap nanar pemandangan di depannya. Hatinya ikut teriris sekarang. Bukan karena rasa cemburu. Bukan. Tapi lebih karena ia merasa kepedihan yang teramat dari saudara kembarnya. Ia tahu betul bagaimana perasaan Siwon sekarang. Menyakitkan sungguh menyakitkan. Dan yang lebih menyakitkan adalah ia alasan kenapa saudara kembarnya itu tersakiti.

Siwon menghela napas panjang. Rasanya kini dadanya begitu sesak. Ia menatap Shilla dalam.

“Uljimara. Tersenyumlah. Kumohon aku ingin melihat senyummu” pinta Siwon. Shilla masih terisak. Tapi kemudian ia mengulas senyumnya. Senyum yang kini rasanya hambar itu. siwon ikut tersenyum dengan senyuman Shilla.

“Begitu lebih cantik. Aku berangkat kalau begitu” ucap Siwon lagi. Ia memeluk istrinya lagi. Memeluk Minho dan kedua orang tuanya.

“Aku berangkat” pamitnya dan disusul dengan Il Woo yang juga ikutan pamit.

Siwon menarik kopernya. Ia berjalan beriringan dengan Il Woo. Langkahnya terasa begitu berat. Ia sungguh tak rela pergi tapi ia harus.

Ia balikkan badannya. Ia tatap wajah Shilla untuk terakhir kali. Dilihatnya Shilla yang menatapnya sendu. Tapi sebuah senyuman Shilla paksakan untuk keluar.

Siwon memandang lama wajah Shilla. Ia hanya ingin mengingat wajah istrinya yang akan ia rindukan nantinya itu. ia tak tahu nasib apa yang akan membawanya 3 bulan ke depan. Entah bahagia ataukah sebaliknya. Tapi yang jelas ia ingin mengingat wajah istrinya itu.

Siwon berbalik lagi. Dan kemudian benar-benar melangkahkan kakinya menjauh. Ia hapus dengan kasar air mata yang sudah berani keluar dai pelupuk matanya.

Selamat tinggal Shilla-ya. Kuharap kau bahagia. Saranghae.

 

TAMATTTTTTTTT….

Hehehehhe.. haruskah tamat??…wkwkwkwkw..

Maaf ya yang mengharapkan Siwon bahagia di part ini.. awalnya saya juga mau bikin dia bahagia di part ini tapi berhubung kemaren saya sempat marahan sama Siwon gr2 teaser 5jib itu, jadi ya saya bikin menderita lagi..wkwkwkw..

Saya tamatin ampe sini aja ya???.. hehe..

Jangan ada yg protes ini pendek lagi karena ini sudah sgt panjang menurut saya..wkwkw.. tp saya ga tau ada gregetnya ga ni part.. saya merasa kurang puas dgn part ini.. mianhae..