Grey Part 7

“Wohooo!” pekikan senang itu membahana dari dalam kamar Adam. Kamarnya lumayan berantakan dengan beberapa mainannya. Anak kecil itu kini tengah bermain sendiri dengan mobil-mobilan dan robot-robotan yang memang Siwon sediakan dalam kamarnya,

“Brm brm brm. Faster Thomas! Win over Jack!” Adam terus-terusan bergumam. Ia memegang mobil-mobilan warna merah yang ia namakan Thomas dan warna hitam yang ia namakan Jack. Ia tengah bermain balap-balapan. Ia begitu terlarut dengan mainannya hingga ia tak menyadari kalau sepasang mata tengah mengamatinya diambang pintu.

Siwon tersenyum melihat Adam begitu ceria memainkan mainannya. Sikap polos Adam saat bermain rasanya sangat sayang untuk dilewatkan. Ia baru saja pulang kantor. Tidak biasanya memang karena Siwon pulang setengah hari. Dan rasanya rumah juga sepi karena sepertinya Shilla masih berada di kafenya.

“Yes!!!” pekik Adam senang.ia tertawa kecil dalam kamarnya. Sayangnya tiba-tiba tawa kecilnya itu terhenti ketika ia menyadari kalau Siwon tengah mengamatinya.

Suasana berubah menjadi canggung. Adam tak tahu harus bersikap bagaimana dengan ayahnya itu. Pasalnya meski ia sudah beberapa hari hidup bersama dengan ayahnya tapi jarang sekali mereka bercakap. Siwon terlalu sibuk dengan pekerjaannya, belum lagi dengan sikap Siwon yang dingin membuat Adam enggan untuk menyapanya.

“Ehm..kau sudah makan?” Tanya Siwon. Adam hanya menggelengkan kepalanya. Sibuk bermain membuatnya lupa makan. Biasanya Shilla akan mengingatkannya makan tapi sekarang ibunya itu tengah berada di kafe.

“Come here! We need to eat” titah Siwon. Adam menganggukkan kepalanya kemudian mengekor di belakang SIwon menuju ruang makan.

Adam menggigit bibir bawahnya ketika ia sama sekali tak tahu harus mengatakan apa pada Siwon. Ia benci suasan canggung. Tapi ia juga tak tahu harus bagaimana mengatasinya. Kenyataanya ia masih merasa kalau Siwon adalah orang asing, meski kenyataanya ia adalah ayah kandungnya.

“Shilla..ehm…Mommy belum pulang?” Siwon mencoba membuka suara. Adam menatapnya sekilas kemudian menggelengkan kepalanya.

“Ah geuraekuna? Ehm…kau…bagaimana sekolahmu tadi?” Tanya Siwon. Ia tahu anaknya itu masih belum bisa membuka dirinya untuknya. Tapi Siwon hanya ingin mencoba.

“Awesome” jawab Adam singkat. Ia bergerak gelisah dalam duduknya. Pasalnya ia tidak nyaman hanya makan berdua dengan Siwon. Adam lantas berusaha mengambil gelas air putih yang ada di sebelahnya. Sayangnya karena gugup anak itu tak sengaja menjatuhkan gelasnya hingga pecah berkeping-keping.

“Ah jwesonghamnida” lirih Adam. Ia sedikit merasa takut. Ia turun dari duduknya kemudian berusaha membereskan kekacauan yang ia hasilkan.

“Jangan..”

“Aww” belum sempat Siwon melarang Adam sudah terkena pecahan gelas itu. Jarinya berdarah dan Adam meringis kesakitan.

“Gwenchana?” oanik Siwon. Ia melihat jari Adam yang terluka dan sepertinya luka itu tergores cukup dalam. Adam mengeluarkan air matanya tapi tetap saja ia tak menangis merengek. Ia enggan di depan Siwon.

“Kau berdarah.” Ucap Siwon kemudian menggendong Adam. Ia membawa Adam ke kamarnya. Kemudian mengambil kotak P3K.

Siwon meneteskan alcohol pada luka Adam dan tentu saja anak itu meringis perih. Siwon lantas mengelap darah yang masih mengucur itu dengan kapas bersih. Sayangnya darah itu tak kunjung berhenti mengalir.

Kenapa darahnya tak mau berhenti mengalir? Jangan-jangan pecahan kaca itu melukai cukup dalam.

“Jungwon-ah…apa sakit?” lirih Siwon. Adam menganggukkan kepalanya. Siwon memiringkan kepalanya bingung. Pasalnya biasanya untuk luka sekecil itu maka darah akan mulai berhenti mengalir. Tapi untuk Jungwon kini butuh beberapa waktu baru darahnya berhenti mengalir. Sepertinya memang pecahan kaca itu menancap dalam dalam jari Adam.

“Gwenchana. Aku sudah menutup lukanya. Nanti juga tak akan sakit, hm?” ucap Siwon lembut. Adam terpana dengan perlakuan Siwon. Pasalnya baru kali ini Siwon berucap lembut terhadapnya. Adam tersenyum tipis kearah Siwon. Dan hal itu tentu saja membuat Siwon merasakan kehangatan tersendiri dalam dadanya.

Dia…tersenyum padaku?

“Thanks…daddy” lirih Adam. Siwon sontak membulatkan matanya. Untuk pertama kalinya Adam memanggilnya Daddy. Dan hal itu membuat sebuah perasaan lega tersendiri. Siwon ingin memeluk anaknya itu tapi ia menahannya.

“Uhm..kembalilah ke kamarmu kalau begitu” ucap Siwon sedikit terbata. Adam menganggukkan kepalanya mengerti.

=Grey Part 7=

Shilla tersenyum tipis ketika mengingat apa yang Adam katakan ketika ia pulang tadi. Anaknya itu dengan antusias mengatakan kalau Siwon tersenyum padanya, bersikap lembut padanya, dan mengobati lukanya. Shilla tak bisa menahan secuil perasaan bahagia yang kini merasukinya.

“Butler Jo, what are you doing, hm?” Tanya Shilla ketika ia melihat Butler Jo tengah berada di dapur.

“Ah, young master asked a coffe. So here I am, making him coffe” terang Jo. Shilla menganggukkan kepalanya.

“Ehm…Butler Jo, Aunty Ahn doing groceries right now. Isn’t it a little bit too late? Don’t you want to fetch her up?” Tanya Shilla. Butler Jo sontak menepuk keningnya. Hampir lupa dengan keberadaan istrinya.

“Ah you’re right. But how about this coffe?”

“Let me do it. Just go after Aunty Ahn” ucap Shilla. Jo menganggukkan kepalanya kemudian mengucapkan terimakasih pada Shilla. Tanpa Jo tahu sebenarnya Shilla hanya ingin membuatkan kopi untuk Siwon. Ia tahu pasti bagaiman selera Siwon dalam kopi. Ia tahu pasti berapa takaran gula, kopi, dan creamer yang harus ia campurkan agar Siwon terkesan dengan kopi buatannya.

Shilla tersenyum singkat kemudian berjalan menuju kamar Siwon. Ia mengetuk pintunya pelan tapi sayangnya tak ada jawaban dari dalam. Membuat Shilla memberanikan diri untuk langsung masuk ke kamar Siwon. Ia bisa mendengar bunyi gemercik air dari dalam kamar mandi. Sepertinya Siwon tengah mandi.

Shilla berjalan ke tempat tidur Siwon dan meletakkan kopi buatannya di meja samping tempat tidur. Mejanya sedikit berantakan sehingga Shilla mengambil inisiatif untuk sedikit merapikannya. Hingga sebuah benda menarik perhatian Shilla.

Dompet Siwon. Dompet itu adalah dompet lipat yang terbuat dari kulit. Dan kebetulan kini dompet itu lipatannya terbuka. Dan sebuah foto dalam dompet itu menarik perhatian Shilla.

Foto ini..

Shilla terpana dengan foto di tangannya. Foto itu tak lain adalah fotonya bersama Adam. Foto dirinya tengah menggendong Adam yang masih berumur sekitar seminggu.

Bagaimana ia bisa mendapatkan foto ini?

Shilla memperhatikan foto di dompet itu lekat. Dalam foto itu Shilla tengah menggendong Adam dan tersenyum lembut sambil memandang bayi Adam. Ia tak tahu bagaimana Siwon mendapatkan foto itu. Tapi yang Shilla tahu adalah foto itu diambil saat dirinya berada dalam kamarnya di London dulu.

Kurasa Butler Jo yang memberikannya pada Siwon Oppa.

“Apa yang…” suara interupsi itu sontak membuat Shilla tersentak. Ia memandang Siwon yang kini telah keluar dari kamar mandi. Hanya dengan selembar bathrobe yang membalut tubuh kekarnya.

Siwon terdiam ketika ia melihat Shilla memegang dompetnya. Ia tahu pasti kalau Shilla telah melihat foto dirinya yang selalu menghiasi dompet Siwon itu.

“Aku…hanya mengantarkan kopi ini. Butler Jo membuatkannya untukmu. Keunde…dia harus buru-buru menjemput Ahn ahjuma jadi ia memintaku untuk membawakannya ke kamarmu” terang Shilla. Siwon hanya menganggukkan kepalanya sembari masih menatap Shilla hati-hati.

Katakan sesuatu Oppa..

“Foto ini…bagaimana kau bisa mendapatkannya?” Tanya Shilla hati-hati. Siwon masih bertahan dengan sikap diamnya. Ia tak menjawab sama sekali bahkan.

“Kenapa..foto ini menjadi foto dompetmu? Wae?” Tanya Shilla lirih. Ia memandang Siwon penuh harap. Berharap jawaban Siwon adalah jawaban yang memang ingin ia dengar.

Katakan itu karena kau merindukanku Oppa.

Siwon membuang mukanya pelan. “Itu…bukan urusanmu.” Jawab Siwon. Jawaban yang jujur saja sangat mengecewakan untuk Shilla.

“Itu urusanku karena…”

“Apa yang ada di dompetku, barang pribadiku itu tak ada urusannya denganmu. Sekarang kembalilah ke kamarmu!” potong Siwon. Shilla memandangnya tak percaya.

Kau terlalu menggantungkan harapanmu Shilla-ya.

“Araseo. Mianhae karena telah mengganggu privasimu” ucap Shilla dingin kemudian keluar kamar Siwon. Membuat Siwon menghela napasnya dalam.

Aku yang harusnya meminta maaf Shilla-ya. Mianhae…

Siwon mengacak-acak rambutnya kesal. Kesal pada dirinya sendiri. Kenapa setiap kali menghadapi Shilla ia selalu menyembunyikan perasaanya yang sebenarnya. Kenapa ia tak pernah bisa jujur pada wanita yang telah melahirkan anaknya itu.

Aku merindukanmu Shilla-ya.

Siwon duduk di pinggiran tempat tidurnya. Ia mengambil dompet miliknya dan mengamati foto yang selama beberapa tahun ini menjadi semangat hidupnya. Satu-satunya harta yang rasanya tak rela ia tinggalkan.

Karena aku tak bisa menggapai kalian. Karena aku begitu menginginkan kalian ada disampingku tapi kenyataan tak sejalan.

Siwon melirik kopi yang Shilla bawa untuknya. Ia mengambil cangkir kopi itu dan menyesapnya. Seketika perasaan bersalah semakin merasuk kuat dalam dada Siwon. Ia hapal betul rasa kopi yang kini tengah ia minum. Rasa yang sama seperti rasa kopi yang lima tahun lalu Shilla tak pernah lupa untuk menyajikannya.

Kau..pasti yang membuatkan ini untukku, Shilla-ya? Jeongmal mianhae…

=Grey Part 7=

“Kau memanggilku Max?” Tanya Siwon ketika ia sampai di markasnya. Beberapa menit lalu Max mengiriminya pesan singkat meminta untuk bertemu.

“Eo.”

“Ada yang penting? Tentang perkembangan kasus itu?” Tanya Siwon lagi. Max menganggukkan kepalanya. Ia meminta berkas yang kebetulan sekarang tengah Kyuhyun pegang. Ia lantas menyerahkan berkas itu pada Siwon.

“Ini..foto-foto siapa?”

“Orang yang mengikutimu” jawab Max. siwon sedikit terhenyak dengan jawaban Max.

“Maksudmu?”

“Kau sudah diikuti beberapa hari terakhir ini. Aku belum mendapatkan identitas jelas dari orang yang mengikutimu. Keunde..kurasa ini dari pihak mereka” jelas Max. seketika kecemasan menyelimuti Siwon.

“Maksudmu..mereka sudah tahu siapa aku sebenarnya?” Tanya Siwon ragu. Max hanya menukar pandang dengan Kyuhyun.

“Terlalu dini untuk mengatakan kalau identitasmu sudah terbongkar Hyung. Tapi kurasa…mereka sudah memiliki kecurigaan besar padamu” kini Kyuhyun yang angkat bicara. Siwon terduduk lemas di kursinya.

“Apa itu artinya…mereka juga sudah tahu dimana aku tinggal dan dengan siapa aku tinggal?”

“Kurasa mereka sedang mencari tahu. Aku tak bisa memastikan. Keunde..aku sudah menyuruh orang untuk menjaga rumahmu Hyung” jawab Kyuhyun. Siwon menghela napasnya berat.

It’s not safe for them.

“Marcus, Max..aku minta bantuanmu” ucap Siwon. Kedua orang yang lebih muda dari Siwon itu menganggukkan kepalanya.

“Aku tak peduli dengan penjagaan rumahku. Keunde..pastikan kau menyuruh orang untuk menjaga istri dan anakku. Beri tahu Vast tentang hal ini. Kurasa dia seorang diri menjaga mereka tak akan sanggup. Bantu Vast menjaga anak dan istriku. They’re my life”

“Lalu bagaimana denganmu? Bukan tak mungkin kau menjadi target utama mereka kan?” Max berucap khawatir.

“Aku bisa menjaga diriku sendiri. Dan lebih baik aku mati daripada aku melihat keluargaku menjadi target mereka” ucap Siwon. Max dan Kyuhyun bertukar pandang lagi. Mereka memandang Siwon prihatin.

“Ne. kami akan melakukannya sebaik mungkin” ucap Kyuhyun. Siwon tersenyum tipis kepadanya.

“Ah..ada satu lagi Andrew” ucap Max. sontak Siwon menatap Max penuh Tanya.

“Tentang..kematian Philip. Aku sudah melakukan bebapa invertigasi dan kurasa…ada kamuflase disini”

“Maksudmu?”

“Kurasa ada keterlibatan orang dalam komplotan mereka sehingga insiden kematian Philip itu bisa terjadi. Aku belum tahu pasti siapa dan apa motifnya tapi aku sedang melakukan penyelidikan lebih dalam.” Ucap Max. siwon memejamkan matanya. Mengingat kata Philip membuatnya merasakan takut yang teramat. Ketakutan yang siap menghancurkannya kapan saja.

“Kau tenang saja Hyung. Max akan menemukan jalan keluarnya. Dan tentang Philip..kami tahu kau tak bersalah disini.” Ucap Kyuhyun. Siwon hanya tersenyum tipis.

“Aku bahkan tak tahu apakah aku bersalah atau tidak Marcus. Kenyataannya…dia mati dihadapanku.di sebuah ruangan yang bahkan orang tak bisa masuk. Hanya ada aku dan dia waktu itu. Siapa yang akan percaya aku tak bersalah? May be there was not an empty gun that I hold that time”

“Hyung…”

“Gwenchana Marcus. Max..aku mengandalkanmu” ucap Siwon kemudian menepuk bahu Max singkat. Ia tersenyum singkat kemudian meninggalkan ruangan itu.

Sampai kapan akan seperti ini?

=Grey Part 7=

TAP TAP

Hanya bunyi suara langkah kaki itu yang terdengar dari seisi rumah besar Siwon. Wajar saja pasalnya sekarang sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Penghuni tengah terlelap dalam tidurnya. Hanya saja Shilla terbangun dari tidurnya karena merasakan haus dalam tenggorokannya. Ia berjalan menuruni tangga untuk mendapatkan segelas air di dapur.

“Argh!” ia mendesah lega ketika rasa dahaganya terobati. Ia meletakkan kembali gelas air putihnya dan melangkahkan kakinya kembali menuju kamarnya.

“Kajima” bisikan lirih itu sontak membuat Shilla menghentikan langkahnya. Ia memiringkan kepalanya untuk mendengarkan lebih jelas siapa gerangan yang menyuruhnya untuk tak pergi.

“Jebal. Hajima!” bisikan lirih itu terdengar semakin keras. Dan Shilla tak perlu mendengarkan untuk kedua kalinya lagi untuk tahu siapa si pemilik suara itu. itu suara Siwon, Shilla tahu pasti itu.

“Andwe!” lagi. Suara itu semakin keras dan semakin terdengar seperti gumaman tak jelas. Shilla memberanikan diri untuk melangkahkan kakinya mendekati suara Siwon itu. dan pada akhirnya ia berhenti di ruang kerja Siwon yang memang sedikit terbuka.

Shilla melongokkan kepalanya ke dalam ruangan itu. ia bisa melihat Siwon tengah terduduk di meja kerjanya dengan posisi kepalanya yang ia telungkupkan di kedua tangannya. Seperti Siwon tertidur dalam posisi duduk.

Gumaman itu masih Siwon lontarkan dari bibirnya. Sepertinya Siwon tengah mengalami mimpi atau semacamnya sehingga mengigau. Shilla lantas berjalan mendekati Siwon. Ia bisa melihat peluh yang mulai membanjiri pelipis Siwon.

Apa dia mimpi buruk?

“Jebal! Jangan lakukan itu..ehm..” Siwon terus bergumam tak jelas. Ia bergerak gelisah dalam tidurnya tapi sama sekali ia tak terbangun dari tidurnya. Shilla merasa tak tega sehingga ia mengulurkan tangannya untuk membangunkan Siwon.

“Op..ehm..hibayo! ireona!” lirih Shilla sembari menggoyangkan tubuh Siwon. Tapi sepertinya Siwon terlalu larut dalam mimpinya hingga ia sama sekali tak menghiraukan Shilla. Ia justru terus mengigau dalam tidurnya.

“Ireona! Ireonabwa!” coba Shilla lagi. Sayangnya Siwon masih tak mau bangun.

“Shilla-ya..andwe” gumaman lirih itu sontak membuat Shilla terbisu.

Dia..mimpi tentangku?

“O..oppa” untuk pertama kalinya setelah lima tahun Shilla memanggil Siwon dengan sebutan Oppa. Entah kenapa tapi semenjak kebencian meliputi hati Shilla untuk Siwon ia menjadi enggan untuk memanggil suaminya dengan sebutan itu.

“Oppa..ireona!” panggil Shilla lagi. Ia menggoyangkan tubuh Siwon semakin kuat dan hasilnya adalah Siwon terbangun dari tidurnya. Ia seperti kaget dengan kehadiran Shilla di sampingnya.

“Shi-Shilla-ya?” lirih Siwon. Shilla seketika terkesiap melihat mata Siwon yang berkaca-kaca.

Apa..mimpinya begitu buruk? Tapi tentang apa?

“Gw-gwenchana? Kau..mengigau dalam tidurmu” ucap Shilla. Siwon hanya terpaku dan terus memandang Shilla. Ia ingin memeluk Shilla dan meredakan kegelisahan dari dadanya. Mimpi yang baru saja ia alami sesungguhnya sudah ia alami seminggu terakhir ini. Mimpi buruk itu seperti roll film yang terputar terus dan terus tanpa bisa Siwon hentikan.

Mimpi tentang Shilla dan Adam yang semakin menjauh dari jangkauan Siwon. Mimpi tentang Shilla yang meninggalkan Siwon sendiri dalam hamparan asing tanpa siapapun yang menemani. Dan jujur saja saat punggung Shilla dan Adam semakin berjalan menjauh dan menjauh hingga pada akhirnya menghilang dari jangkauan Siwon membuat Siwon merasakan kesepian yang rasanya siap menggerogoti hatinya.

“Gwenchana?” Tanya Shilla  lagi. Siwon masih terdiam dan hanya memandang SHilla bisu. Membuat Shilla tentu saja tak mengerti bagaimana harus menanggapi sikap Siwon itu.

Ada apa dengannya sebenarnya?

Shilla jujur saja sedikit tak nyaman dengan tatapan SIwon terhadapnya. Pria itu tak mengatakan apapun dan hanya memandang Shilla dengan ekspresi yang Shilla tak bisa jelaskan. Pria itu memiliki jutaan misteri dan tatapannya bahkan tak sanggup Shilla artikan.

“Ehm..tidurlah dikamarmu” ucap Shilla kemudian melangkahkan kakinya menjauh dari Siwon. Sadar kalau kini Shilla menjauh membuat Siwon tersadar dari jutaan pemikiran yang ia geluti sedari tadi. Seketika bayangan mimpi buruknya kembali terngiang ketika melihat punggung Shilla menjauh.

GREP

Shilla membulatkan matanya ketika tiba-tiba Siwon memeluknya dari belakang. Ia tak menyangka akan perlakuan Siwon itu. Alhasil Shilla hanya bisa terpaku.

“Biarkan seperti ini! Sebentar saja” lirih Siwon. Shilla tak bisa menggerakkan barang satu sendi pun. Ia terdiam membatu dalam dekapan Siwon.

Siwon memejamkan matanya. Menghirup aroma rambut Shilla yang masih sama seperti dulu. Menyesap wangi tubuh Shilla yang juga masih sama seperti dulu. Aroma bayi yang serasa menenangkan itu merasuk melalui indra penciuman Siwon.

Aku menjadi lebih tenang saat memelukmu Shilla-ya.

Siwon tersenyum tipis. Ia memang merasa lebih tenang dalam dekapan Shilla. Istrinya itu selalu mempunyai efek seperti itu terhadapnya. Selalu bisa membuat Siwon tenang dan nyaman. Membuat semua kegundahannya lenyap dalam beberapa saat. Semua ketakutan akan mimpi buruknya perlahan memudar hanya dengan sebuah dekapan kecil dari Shilla.

Sementara Shilla tak mengerti harus berbuat apa. Jujur saja ia merindukan dekapan hangat Siwon. Dan jujur saja meski ia tengah membenci Siwon tapi tetep saja ia tak bisa mengendalikan detak jantungnya ketika Siwon memeluknya; seolah mengingatkannya kembali bagaimana hubungan mereka dikala dulu.

Get a hold of your self Siwon-ah. It’s not the time….yet.

Siwon menghela napasnya halus. Perlahan ia menurunkan tangan kanannya yang melingkar di dada Shilla. Tangannya terjatuh lemas seiring dengan perlahan ia menjauhkan dirinya dari Shilla. Ia menyadari kalau ia tak berhak melakukan hal itu sekarang.

“Kembalilah ke kamarmu” ucap SIwon lirih kemudian meninggalkan Shilla yang masih membatu dalam ruangan itu. Siwon menggigit bibir bawahnya ketika rasanya ia merasakan sesak di dadanya. Ia membenci keadaan seperti ini. Ketika kenyataan dan harapan tak sejalan. ketika tutur kata dan perbuatan tak sejalan.

Mianhae Shilla-ya. I’ve been a jerk for you.

Shilla membalikkan perlahan sepeninggal Siwon. Ia hanya bisa terpaku karena tak percaya apa yang sebenarnya terjadi. Siwon tiba-tiba memeluknya dan meninggalkannya begitu saja. Tidakkah itu terlalu sulit untuk Shilla deskripsikan apa maksud tindakan Siwon?

Kenapa kau selalu membuatku menebak-nebak tanpa kepastian Oppa? Tak bisakah kau mengatakan sesuatu padaku?

=Grey Part 7=

“Kapan kau datang?” Tanya Hoya sembari memeluk Shilla singkat. Shilla hanya tersenyum kearahnya. Ia tengah membawa Adam mengunjungi Hoya di apartemen Hoya. Tapi sayangnya ketika ia sampai disana Hoya tak nampak batang hidungnya. Sepertinya masih belum pulang dari pekerjaanya. Untungnya Shilla tahu password apartemen Hoya sehingga ia bisa masuk tanpa menunggu si empunya pulang.

“Sejam yang lalu.Mianhae aku langsung masuk” ucap Shilla. Hoya berdecak singkat.

“Hya! Kau seperti aku ini siapa saja. Biasanya kau masuk seenakmu kan? Jangan bersikap sok formal padaku” ucap Hoya. Shilla hanya terkekeh mendengarnya.

“Mana Adam?” Tanya Hoya ketika ia tak menemukan kehadiran Adam. Shilla menunjuk kearah kamar mandi.

“Mandi. Tadi dia bermain-main dengan eskrim dan yah kau tentu tahu dia. Saking aktifnya hingga ia menumpahkan eskrim di bajunya. Aku menyuruhnya mandi” jelas Shilla. Hoya menganggukkan kepalanya. Ia memang tahu kalau Adam terkenal aktif dan terkadang ceroboh. Tapi justru terkadang sikap Adam itu menjadi hal yang menarik untuk Hoya.

“Kenapa baru pulang? kau bilang tadi akan pulang jam 4?” Tanya Shilla. Sebelum menemui Hoya ia memang mencari tahu kapan Hoya pulang. dan pria itu bilang jam 4 ia sudah bisa pulang. tapi nyatanya sampai jam 5 lebih pria itu baru pulang.

“Ah itu..aku ada meeting mendadak tadi. Sebuah perusahaan kosmetik memintaku menjadi brand ambassador mereka” ucap Hoya. Shilla menganggukkan kepalanya mengerti.

“Hodaddy!” pekikan Adam sontak membuat Hoya menggelengkan kepalanya. Adam berlari kecil kearahnya dan tentu saja Hoya menyambutnya dengan gendongan hangat yang biasa ia lakukan.

“How’s my little angel?” Tanya Hoya. Adam mengacungkan dua jempolnya senang.

“Excelent. But I missed you so much Hodaddy” ungkap Adam. Hoya terkekeh kecil kemudian mengacak rambutnya.

“Ah matda! Here, I brought something for you” ucap Hoya kemudian meraih tas nya dan menyerahkan sebuah mobil mainan kepada Adam.

“Woah. Keren! Gomawo Hodaddy” ucap Adam senang. Ia mengambil mainan di tangan Hoya kemudian dengan antusias ia membuka kardus mainan itu. Melupakan Hoya dan Shilla karena terlalu antusias dengan mainan barunya.

“Sudah berapa kali kubilang untuk tak memanjakannya?” tegur Shilla. Hoya hanya melirik Shilla sekilas kemudian menggelengkan kepalanya.

“Aku hanya memberinya hadiah. Ada yang salah? Lagipula Adam tak mungkin menjadi anak manja hanya dengan mainan itu. I know him too well. He’ll be a good boy” ucap Hoya. Shilla hanya tersenyum mendengarnya. Ia lantas mengikuti Hoya yang kini berjalan menuju ruang TV. Ia mengambil duduk di sebelah Hoya yang kini sudah duduk di sofa dengan TV besarnya.

“Bagaimana kabarmu? Seminggu ini aku sedikit sibuk jadi jarang mengunjungimu, mendengar ceritamu” ucap Hoya. Shilla hanya memberikan senyuman tipisnya pada Hoya.

“Ehm” jawab Shilla singkat. Hoya menatapnya bingung.

“Ehm? Hya! Aku menunggu ceritamu bukan hanya sekedar gumaman kecil seperti itu.”

“Lalu aku harus menjawab apa?”

Hoya mengubah duduknya hingga kini ia menyamping dan menatap Shilla. “Terjadi sesuatu, keudaechi? Atau..ada hal yang menganggu pikiranmu? Hm?” Tanya Hoya. Shilla terkekeh kecil. Bagaimana bisa pria yang notabene bukan siapa-siapa itu tahu lebih baik tentang dirinya.

Shilla tak menjawab dan hanya diam. Masih menimang apakah ia harus memberitahu Hoya atau tidak. Tapi Hoya memang benar. Ada hal yang mengganggu pikirannya.

Tentang Siwon tentu saja.

Tadi pagi Shilla harus menelan sesak ketika ia membaca berita kedekatan Siwon dengan model yang sempat datang ke rumahnya. Dalam tabloid itu Siwon terlihat tengah makan malam berdua dengan model itu dan sepertinya suasana di restoran tempat mereka dinner cukup romantic. Membuahkan sebuah tanda Tanya besar siapakah model itu untuk Siwon? Apa hubungan mereka? Dan apakah benar kalau Siwon akan menikah lagi dengan model itu? Dan jujur saja pemikiran it uterus mengganggunya.

“Jadi memang ada masalah” komentar Hoya ketika melihat raut muka Shilla. Ekspresi diam Shilla seolah malah menjadi informasi gamblang untuk Hoya.

Shilla menghela napasnya. “Aku…tak tahu harus bagaimana menghadapinya” kata Shilla tanpa memandang Hoya sedikitpun. Ia hanya menatap layar TV dengan pandangan menerawang. Ia bahkan tak tahu program apa yang disiarkan sekarang.

“Kenapa?”

“He’s such bipolar. Terkadang dia melakukan sesuatu yang membuatku berharap kalau ia masih peduli padaku. Tapi detik berikutnya ia menjadi pria paling tak berperasaan, menghancurkan harapanku begitu saja” ungkap Shilla. Hoya hanya mendengarkan Shilla tanpa berkomentar sedikitpun. Ia tahu wanita yang ia cintai itu butuh waktu untuk mengeluarkan semua uneg-unegnya.

“Dan terkadang aku ragu dengan pernikahan ini. Aku merasa ia tak lagi peduli padaku. Merasa kalau ia masih bertahan dalam status pernikahan kami hanya untuk menghindari masalah yang aku sama sekali tak tahu pasti. Membuatku terkadang berpikir…haruskah aku mengakhiri semuanya? Haruskah aku benar-benar menjauh dari kehidupannya?”

“Shilla-ya.” Tegur Hoya. Meski ia sangat mencintai wanita disampingnya itu tapi ia sama sekali tak mau kalau Shilla mengambil keputusan tanpa pikir panjang. Ia tak mau Shilla mengambil keputusan terburu-buru dan pada akhirnya hanya membuahkan sebuah penyesalan.

“Arayo. Hanya saja…terkadang aku jengah Hobaby. Aku bingung bagaimana harus menghadapinya. Hidup satu atap dengannya, menghadapi semua sikap dinginnya. Bersikap layaknya orang asing. Kau tahu bagaimana rasanya? It’s hurt. I love him and he treat me like a stranger” lanjut Shilla. Hoya memandang Shilla iba.

“Mungkin..dia hanya butuh sedikit beradaptasi dengan perubahan Shilla-ya. Kalian tak bertemu selama 5 tahun jadi wajar kalau kalian canggung satu sama lain” Hoya mencoba memberi alasan. Shilla hanya berdecak singkat mendengarnya.

“Then..can’t he just tell me what’s going on these 5 years? Aku tak tahu apa yang begitu sulit hingga ia tak mengucapkan sepatah katapun. Keunde..bukankah aku berhak untuk tahu? Aku masih istrinya jadi kurasa aku cukup punya hak untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi kan?” hoya terdiam kali ini. Untuk yang satu ini ia tak bisa menjawab. Ia juga tak mengerti harus menjawab apa. Ia meraih Shilla dan memeluknya.

“Apa salah kalau aku hanya ingin meminta kejelasan darinya? Aku hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku hanya butuh ia menjelaskan padaku. Aku hanya butuh…permintaan maaf darinya. Apa aku salah? Huh?” tambah Shilla. Hoya merasakan kaos yang ia pakai basah, menandakan kalau Shilla tengah meneteskan air matanya kini.

“Aku harus bagaimana Hobaby? Haruskah aku menyerah? Atau..haruskah aku terus menunggunya? Katakan sesuatu Hobaby. Jangan sepertinya yang tak mau mengatakan apapun. Marhae!” isak Shilla.

Hoya tak mengatakan apapun dan hanya membiarkan Shilla menangis di dadanya. Ia mengelus puncak kepala Shilla berusaha menenangkan wanita itu. Dan jujur saja melihat Shilla menangis untuk kesekian kali karena suaminya membuat Hoya merasakan perih tersendiri. Kalau ia boleh berharap ia ingin menggantikan posisi Siwon, hanya saja apakah ia bisa? Itu menjadi pertanyaan besar dalam hidup Hoya selama ini.

=Grey Part 7=

Adam sedikit kerepotan memakai sepatunya. Sedari tadi ia konsentrasi mengikat tali sepatunya hingga tak sadar kalau ibunya sedari tadi sebenarnya tengah mengamatinya. Shilla menggelengkan kepalanya kemudian berjongkok di hadapan Adam. Dan membantu anaknya itu memakai sepatunya.

“Aigo. Kau masih belum bisa memakai sepatu, hm?” Tanya Shilla lembut. Adam memberengut singkat.

“Bukan begitu Mommy. Adam hanya..terburu-buru makanya kacau memakai sepatunya” ucap Adam berusaha membela diri. Sontak Shilla terkekeh kecil dengan jawaban anaknya itu

“Geudae? araseo” ucap Shilla mengalah. Adam hanya memperhatikan ibunya itu mengikat tali sepatunya. Sembari mengamati bagaimana caranya ibunya mengikat tali sepatu hingga terlihat rapi itu.

“Cha! Sudah selesai Adam. My baby boy is handsome now” ucap Shilla. Adam tersenyum lembut mendengarnya.

“Ah iya..tidak apa kan kalau yang mengantarmu Butler Jo? Mom janji pulang sekolah Mom yang jemput. Hm?” Tanya Shilla. Adam menganggukkan kepalanya.

“It’s okay Mommy. Adam berangkat dulu kalau begitu, ne?” ucap Adam lantas mengecup pipi Shilla singkat dan menghampiri Jo yang sudah menunggunya di mobil.

Shilla menggelengkan kepalanya akan tingkah Adam. Anaknya itu selalu hyperactive. Satu-satunya yang bisa membuat Adam diam adalah ketika ia sakit. Dan jujur saja Shilla lebih memilih Adam berlari kesana-kemari, bertingkah polah, daripada harus melihat anaknya itu sakit.

Shilla tersenyum singkat kemudian membereskan piring sarapan Adam yang kebetulan Adam tinggalkan begitu saja di meja ruang tamu. Anaknya itu terlalu terburu-buru tadi hingga membawa sarapannya ke ruang tamu.

“Eo?” Shilla menautkan alisnya bingung ketika ia melihat sebuah map biru tergeletak di meja tamu dekat piring kotor Adam. Ia mengambil berkas itu dan melihat isinya.

Ini..dokumen Siwon Oppa? Dia pasti lupa tadi.

Shilla menggelengkan kepalanya kemudian memungut dokumen itu. Ia berniat meletakkan kembali dokumen itu di kamar Siwon tapi ia ragu.

Bagaimana kalau dokumen ini penting? Dia pasti kebingungan mencarinya sekarang.

Shilla menghela napasnya kemudian mengurungkan niatnya untuk hanya sekedar meletakkan berkas itu di kamar Siwon. Ia malah berjalan ke kamarnya dan mengambil kunci mobilnya. Berniat menyerahkan dokumen itu ke kantor Siwon secara langsung.

=Grey Part 7=

TING

Seiring bunyi pintu lift itu terbuka Shilla melongokkan kesana kemari mencari ruangan Siwon. Pasalnya Siwon tak lagi bekerja di kantornya yang dulu, mungkin selama lima tahun ini Shilla di London Siwon sudah berkembang pesat dalam bisnisnya. Shilla tak tahu.

Siwon menganggukkan kepalanya sopan kepada seorang lelaki yang berpapasan dengannya. “Ehm chogi..dimana ruangan Choi Hwijangnim?” Tanya Shilla sopan. Lelaki yang sepertinya karyawan Siwon itu menunjuk ke sebuah ruangan besar di lantai itu.

“Disana Agassi. Keunde..sudahkah Anda membuat janji? Kurasa sekretaris Choi Hwijangnim tak akan mengijinkan tamu masuk kecuali sudah membuat janji” terang orang itu sopan.

“Ah ne. aku hanya mampir sebentar untuk menyerahkan berkas ini yang kebetulan Hwijangnim tinggal di rumah” jelas Shilla. Sontak karyawan itu memandang Shilla heran.

“Apa..agassi istri dari Hwijangnim?”

“Ah ne” lirih Shilla. Lelaki itu tersenyum lembut kearah Shilla.

“Senang bertemu denganmu Agassi. Selama ini kami tak pernah tahu bagaimana rupa istri Hwijangnim. Bahkan beberapa karyawan juga ragu apakah Hwijangnim sudah beristri atau belum karena kenyataanya kami tak pernah melihat Agassi mengunjungi Hwijangnim. Ah jwesonghamnida kalau aku terlalu banyak bicara. Silakan langsung masuk saja Agassi” ucap pria itu. Shilla terkekeh kecil mendengarnya.

“Ne gomawoyo” ucap Shilla kemudian berjalan menuju ruangan Siwon. Ruangan besar itu kini Nampak sepi. Meja sekretaris yang berada di luar ruangan Siwon bahkan kosong.

Kemana sekretarisnya?

ia menatap ruangan Siwon yang sedikit terbuka itu. “Mungkin sekretarisnya sedang menghadap Siwon Oppa” gumam Shilla. Ia berjalan mendekati ruangan itu.

“Tidakkah kau ingin menjelaskan sesuatu padanya?” sayup Shilla mendengar sebuah suara datang dari ruangan Siwon. Ia memiringkan kepalanya karena rasanya ia familiar dengan suara itu. Shilla berjalan mendekat ke ruangan Siwon yang nyatanya tak tertutup rapat itu. Ia bisa melihat dari celah ruangan itu kalau seorang pria tengah berhadapan dengan Siwon.

“Saat waktunya tepat aku akan menjelaskan padanya, Vast”

Vast? Nuguya?

“Tapi…Shilla butuh penjelasanmu.”

Shilla sontak membulatkan matanya ketika ia mendengar namanya disebut oleh pria bernama Vast yang sejujurnya Shilla tak kenal itu siapa. Ia hanya bisa melihat punggung Vast sehingga ia sama sekali tak tahu bagaimana rupa pria itu.

“Tidak sekarang” jawab Siwon singkat.

“Keunde..dia terluka dengan sikap diammu Hyung. Dia ingin mendengar sebuah kalimat penjelasan darimu. Meski itu sederhana tapi setidaknya ia tahu apa yang terjadi, kan?”

“Penjelasan itu toh tak akan pernah sederhana. Kalaupun aku harus menjelaskan aku tak tahu harus menjelaskan dari mana”

“Kalau begitu cobalah! Setidaknya jangan buat dia terus-terusan menerka dan pada ujungnya ia hanya terluka dengan pemikirannya sendiri” Siwon terdiam seketika. Dan jujur saja diluar ruangan itu Shilla masih menerka siapa Vast gerangan dan apa hubungannya dengan Siwon. Kenapa juga namanya harus dibawa dalam percakapan mereka.

“Berhenti mengguruiku Vast” ucap SIwon. Pria bernama Vast itu tak gentar dengan ucapan Siwon itu.

“Mianhae Hyung kalau aku terkesan menggurui. Aku tak pernah bermaksud seperti itu. Keunde…tak bisakah kalian berhenti menyakiti hati kalian masing-masing?”

“Mwo?”

“Sikap diammu hanya akan menyakiti kalian berdua Hyung. She deserves your explanation.” Ucap Vast. Shilla masih terus mendengarkan percakapan itu. Mungkin terkesan tidak sopan karena mencuri dengar pembicaraan orang lain. Tapi rasa penasaran Shilla mengalahkan segalanya.

“Naega ara” ucap Siwon. Vast terdiam sejenak.

“Mungkin ini bukan tempatku untuk ikut campur. Keunde..kurasa sikap diammu sedikit kurang tepat Hyung. Maksudku selama lima tahun ini kurasa sudah cukup untukmu menjauhinya. Tidakkah kau pikir sekarang saatnya untuk kau menjelaskan masalahnya?” ucap Vast hati-hati.

“Kau tahu masalah itu semakin rumit sekarang Vast. Aku tak mau mengambil resiko untuk membahayakan mereka”

Membahayakan? Keunde wae?

“Tapi sampai kapan Hyung? Sampai kapan kau akan terus mendiamkan mereka? Mereka keluarga kecilmu. Mereka juga membutuhkanmu di sisinya. Shilla membutuhkanmu sebagai suami dan Adam..dia membutuhkanmu sebagai ayahnya”

“Vast!” ingat Siwon. Ia merasa Vast sudah terlampau ikut campur masalahnya kini. Dan jujur saja Siwon adalah orang yang tipikal tidak suka jika masalahnya dicampuri orang lain.

Vast menggelengkan kepalanya. “Ani. Ijinkan aku bicara Hyung. Selama ini aku sudah cukup diam dan hanya mengikuti apa maumu. Keunde..sekarang ijinkan aku mengutarakan apa yang aku pikirkan selama ini”

“Vast!”

“Hyung! Listen to me please! They need your figure as their husband and dad. Kau selama ini lari dari tanggung jawabmu. Aku tahu itu untuk kebaikan mereka. Tapi apakah itu yang mereka lihat? Mereka melihatmu sebaliknya Hyung. Mereka menyalahkanmu. And it hurt me a lot. You know why?” ucap Vast. Siwon hanya diam seperti Shilla yang hanya diam sembari menerka apa yang akan Vast katakan berikutnya.

“Karena dua orang yang kusayangi tersakiti dengan cara yang berbeda. Berhenti bersikap pengecut Hyung”

“Lee Howon!” Siwon memekik tak terima.

DEG

Shilla tersentak  ketika mendengar nama itu keluar begitu saja dari bibir Siwon. Ia tak menyangka bahwa pria yang sedari tadi berbicara dengan Siwon adalah Hoya.

“Your job is keeping her safe. Tak perlu menambah job dengan menjadi guru untukku. Aku tahu apa yang harus kulakukan” tambah Siwon. Dan seketika itu Shilla seakan tersadar bahwa Hoya sudah mengenal lama Siwon.

Keeping me safe? It’s mean…

“Aku tahu. Tugasku adalah menjaganya. Tugasku hanyalah memastikan Shilla dan Adam hidup dengan baik. Dengan selamat. Keunde..aku peduli dengan mereka. Aku hanya ingin yang terbaik untuk mereka. Maaf kalau pada akhirnya aku membuatmu kecewa, Hyung” ucap Hoya kemudian membalikkan badannya berniat meninggalkan ruangan Siwon. Sayangnya ketika ia membalikkan badannya ia justru dibuat terkejut dengan kehadiran Shilla disana.

“Shilla-ya?” lirih Hoya. Ucapan lirih Hoya itu sontak membuat Siwon mengikuti arah pandang Hoya dan sama dengan Hoya, Siwon juga terkejut dengan kehadiran Shilla. Shilla hanya terdiam terpaku di ambang pintu ruangan Siwon. Ia memandang dua pria yang jujur saja berarti dalam kehidupannya tak percaya.

How could this be..

Ketiga orang itu hanya terpaku untuk beberapa saat. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir ketiganya. Hanya saja Shilla menatap kedua orang itu kecewa. Baik Hoya atau Siwon dapat melihat raut muka kecewa dan sedih yang Shilla tunjukkan.

TESS

Setetes air mata itu entah kenapa mengalir dari kelopak mata Shilla. Hanya saja Shilla merasakan perih di dadanya kini. Kenyataan kalau selama ini telah dibohongi membuatnya menjadi manusia paling bodoh sedunia. Membuatnya merasa kalau ia terlalu naïf hingga percaya begitu saja pada orang asing.

Shilla membalikkan badannya. Ia meninggalkan berkas yang tadi ia ingin berikan untuk Siwon di meja sekretarisnya yang sampai sekarang belum kembali. Setelah itu ia mempercepat langkahnya meninggalkan ruangan itu.

“Shilla-ya!” Hoya memanggil Shilla ketika ia melihat wanita itu membalikkan badannya hendak menjauh. Hoya menatap Siwon lagi. Bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Ia ingin mengejar Shilla tapi rasanya yang lebih tepat mengejar Shilla dan memberikan penjelasan kepada Shilla adalah Siwon yang notabene adalah suaminya.

Siwon mengerti arti tatapan Hoya. Siwon menggerakkan kepalanya mengikuti arah SHilla pergi. Sebagai tanda pada Hoya agar mengejar Shilla. Hoya mengerti dan langsung berlari mengejar Shilla.

“Arggh!” Siwon berteriak frustasi seketika. Ia ingin menjadi orang yang mengejar Shilla. Tapi ia merasa Hoya lebih bisa menenangkan Shilla dan memberinya penjelasan. Meski sejujurnya kenyataan itu juga menyakiti perasaan Siwon. Tapi Shilla memang lebih mendengarkan Hoya daripada dirinya, kan?

Kenapa harus jadi seperti ini?

Mungkin Hoya benar. Siwon memang pengecut. Hanya saja ia benar-benar tak tahu harus bagaimana menghadapi peliknya hidupnya kini. Ia hanya berharap semuanya akan segera berakhir. Berakhir bahagia.

 

To be continued…

 

So, bagaimana twist nya? Kayanya sebagaian kalian ada yg bener nebak..haha..yup Hoya is Vast.. Ho means Vast..hehe

Kalo makin aneh bin gaje ni ff saya mohon maaf..lol 😀

Sorry for typos